Blora - Ketua Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) DPR-RI, Marwan Ja'far menggembleng kader muda partai itu di MI Bustanul Ulum Desa Kedungwungu, Kecamatan Todanan, Blora, Selasa (12/4).
Acara bertajuk 'Dialog kepemudaan bersama Marwan Ja’far' tersebut digelar dalam upaya meningkatkan peran pemuda dalam rangka ikut serta pembangunan daerah. Selain Marwan, hadir pula Arwani (Dosen Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta), Hasanudin
Wahid (Tim Ahli KomisI IV DPR-RI), dan Dalhar Muhammadun (Direktur Lembaga Penelitian dan Aplikasi Wacana/LPAW Blora).
Marwan Ja’far mengutarakan, Blora memiliki banyak potensi dan sangat kaya sumber daya alam (SDA). ''Tetapi sampai saat ini Blora masih kesulitan air dan menjadi salah satu daerah tertinggal di Jateng. Ini tentu menjadi tugas berat bagi Bupati Blora yang baru,” katanya di depan 300-an peserta dialog yang hadir.
Menurutnya, salah satu yang harus menjadi konsentrasi bupati terpilih saat ini, adalah pembangunan infrastruktur. Hal tersebut dipandang sebagai salah satu solusi mendorong pembangunan daerah dan perekonomian masyarakat.
''Blora harus bisa maju dan sejajar seperti kabupaten lain di Jateng. Saya sebagai Anggota Komisi IV yang membidangi infrastruktur akan mengintensifkan usulan kepada Bupati Blora,'' paparnya.
Kedaulatan Pangan
Hasanudin Wahid mengatakan, terkait program pro rakyat, PKB memiliki sikap yang jelas. ''PKB mempunyai program kedaulatan pangan. Kami menolak impor sapi di Indonesia,'' tegasnya. Menurutnya, penolakan impor sapi ini agar tidak mematikan peternak di negeri sendiri.
Sedang Arwani memaparkan tentang potensi yang banyak tersedia di Blora. ''Blora memiliki banyak sapi. Pupuk organik biogas sangat bagus untuk tanaman, oleh karenanya, mari kita kembangkan pupuk dari kotoran sapi.''
Dalhar Mumammadun berpesan kepada kader muda agar memaksimalkan potensi yang dimiliki dan peka terhadap keadaan (lingkungan-Red). “Seandainya seluruh pemuda yang hadir di forum ini kritis dan peka terhadap keadaan, maka ia pasti bisa meraih apa yang diinginkan,'' tegasnya.
Namun begitu, kritisisme dan kepekaan sosial belum lah cukup. ''Kita butuh relasi atau jaringan. Dengan jaringan inilah, potensi yang dimiliki, kritisisme, dan kepekaan sosial, akan mempunyai daya lebih untuk mencapai sesuatu yang diinginkan,'' tambahnya.
Sementara Maslikan, ketua pimpinan anak cabang (PAC) Todanan, Blora, mengungkapkan, forum yang digelar itu memang disediakan sebagai media berdiskusi dan sharing dengan anggota DPR RI yang diundang. ''Harapannya tentu Bapak Marwan Ja'far bisa membantu masyarakat desa di sini, dan memberikan pengarahan bagaimana pemuda itu bisa berperan dalam pembangunan daerah,'' ujarnya. [R]
Pengunjung
Selasa, 12 April 2011
Desa Gumiwang Juara Festival Kuda Lumping
Wonosobo - Kelompok kesenian kuda lumping Desa Gumiwang berhasil meraih predikat juara pertama dalam Festival Kuda Lumping dalam rangka HUT Jadi ke 10 Kecamatan Sukoharjo di lapangan sepakbola kota setempat. Adapun juara dua diraih kelompok kuda kepang desa Karanganyar dan kelompok kesenian dari Desa Suroyudan. Masing-masing mendapat uang pembinaan dan tropi.
Berdasar informasi yang dikumpulkan koran ini, festival yang berlangsung sehari itu diikuti sebanyak delapan kelompok kesenian yang berasal dari 6 Desa. Tiap kelompok menampilkan dua jenis tarian kuda lumping dan kuda kepang dengan ketentuan aspek kualifikasi penilaian performa, harmonisasi antara gerakan dan tarian, dan kostum penampilan.
Camat Sukoharjo Dudi Wardoyo mengatakan kegiatan itu diselenggarakan sebagai upaya melestarikan kesenian tradisional (mass culture). Pasalnya keberadaan seni rakyat terlebih kuda lumping dan jenis seni rakyat lainnya terancam punah oleh serangan arus budaya pop yang ditawarkan pemilik modal (high culture). Sehingga kehidupan rakyat terkikis dari falsafah hidup dalam tradisi budaya Jawa.
“Ini juga untuk menggali potensi sekaligus kaderisasi seni rakyat di wilayah Kecamatan Sukoharjo ” tuturnya Sabtu (9/4/2011).
Menurutnya potensi seni rakyat di Kecamatan Sukoharjo untuk tari kuda lumping sangat besar. Saat ini keberadaan mereka terus tumbuh sebagai satu kesatuan iktikad baik dari masyarakat di Kecamatan Sukoharjo untuk terus nguri-uri kebudayaan dari pewaris negeri ini.[R/Yudi]
Berdasar informasi yang dikumpulkan koran ini, festival yang berlangsung sehari itu diikuti sebanyak delapan kelompok kesenian yang berasal dari 6 Desa. Tiap kelompok menampilkan dua jenis tarian kuda lumping dan kuda kepang dengan ketentuan aspek kualifikasi penilaian performa, harmonisasi antara gerakan dan tarian, dan kostum penampilan.
Camat Sukoharjo Dudi Wardoyo mengatakan kegiatan itu diselenggarakan sebagai upaya melestarikan kesenian tradisional (mass culture). Pasalnya keberadaan seni rakyat terlebih kuda lumping dan jenis seni rakyat lainnya terancam punah oleh serangan arus budaya pop yang ditawarkan pemilik modal (high culture). Sehingga kehidupan rakyat terkikis dari falsafah hidup dalam tradisi budaya Jawa.
“Ini juga untuk menggali potensi sekaligus kaderisasi seni rakyat di wilayah Kecamatan Sukoharjo ” tuturnya Sabtu (9/4/2011).
Menurutnya potensi seni rakyat di Kecamatan Sukoharjo untuk tari kuda lumping sangat besar. Saat ini keberadaan mereka terus tumbuh sebagai satu kesatuan iktikad baik dari masyarakat di Kecamatan Sukoharjo untuk terus nguri-uri kebudayaan dari pewaris negeri ini.[R/Yudi]
Langganan:
Postingan (Atom)