Blora - Pemuda Muhammadiyah Blora menggelar Rapat Pimpinan Daerah (Rapimda) di Aula SMK 1 Muhammadiyah Randublatung, Minggu (20/3). Salah satu pengurus oemuda muhammadiyah Dwi Bagus S mengatakan, Rapimda Muhammdiyah dilaksanakan dengan agenda utama laporan pertanggungjawaban pengurus periode 2007-2010 yang dilanjutkan dengan penetapan pengurus periode 2010-2013. Hadir dalam kesempatan itu tokoh pemuda muhammadiyah Blora Sofa Muthohar dan Sukisno.
Pengunjung
Sabtu, 19 Maret 2011
KNKEI KSEI Undip 2011
Semarang - Kelompok Studi Ekonomi Islam (KSEI) Universitas Diponegoro (Undip) Semarang bekerjasama dengan Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) Semarang, Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI) Jateng, dan Shariah Banking Training Center (SBTC) Semarang akan mengadakan Kuliah Non Kurikuler Ekonomi Islam 2011 pada April hingga Juli mendatang. Info lebih lanjut hubungi Firda, HP: 085225863291.
127 Negara Tandatangani Traktat Sumber Genetik Tumbuhan
Bali - Sebanyak 127 negara menandatangani traktat sumber genetik tumbuhan untuk pangan dan pertanian sehingga tujuan untuk menghindarkan dunia dari kelaparan akibat perubahan iklim global bisa segera disusun.
Penandatanganan traktat pada Pertemuan Ke-4 Traktat Internasional itu tentang Sumber Genetik Tumbuhan untuk Pangan dan Pertanian (ITPGRFA).
Lewat penandatanganan tarktat itu, bank gen yang terdiri dari 1,5 juta sampel tanaman dari 64 jenis tanaman pangan penting dunia bisa diimplementasikan melalui mekanisme sistem multilateral.
Selain keberhasilan penandatangan traktat ini, sejumlah penandatangan dari kalangan ilmuwan, masih dalam proses menentukan agar koleksi tanaman pangan itu bisa tersedia melalui sistem pembagian keuntungan sebagaimana dimaknai dalam traktat.
"Negara-negara penentu masih mendesak penandatangan lain agar cepat bergerak untuk menolong dunia keluar dari bahaya kelaparan akibat perubahan iklim global ini," kata konsultan dan bekas pejabat interim Sekretaris Traktat Clive Stannard.
Dia menyatakan, penandatangan ini merupakan capaian paling penting yang pernah dunia hasilkan yang memungkinkan dunia mendapat akses terhadap sumber paling berharganya, yaitu keragaman tanaman yang menentukan ketersediaan pangan.
Pakta global, katanya, telah membangun landasan kuat bagi penyebarluasan kesejahteraan berasal dari keragaman pangan dunia. Juga memungkinkan untuk saling membagikan keuntungan yang bisa diraih dari pertukaran sumber daya ini.
Ia menegaskan bahwa seperenam pihak penandatangan telah memutuskan agar koleksi sumber daya hayati pangan mereka ini bisa tersedia dalam payung traktat. Namun masih diperlukan lebih banyak komitmen internasional serta mekanisme tertentu yang hingga saat ini masih belum terwujud.
Sekretaris Badan Pelaksana Traktat Shakeel Bhatti secara terpisah menyatakan, tiada satupun negara --baik makmur ataupun miskin-- yang memiliki semua sumber pangannya di dalam wilayah negaranya sendiri yang cukup untuk memenuhi keperluan mereka.
"Berlatar perubahan iklim global yang terjadi dan pertumbuhan luar biasa penduduk maka melestarikan dan membagi keragaman tanaman pangan dalam skala global adalah satu keharusan," katanya.
Perubahan iklim global membayangi pelaksanaan kongres keempat di Bali kali ini dan memberi kontribusi terhadap 29 persen kenaikan harga pangan dunia.
Masalah-masalah seperti ini diakui banyak negara peserta menimbulkan kerawanan, mulai dari penambahan penyebaran kemiskinan hingga instabilitas politik banyak negara.
Melalui Traktat ini, antara 600 dan 800 contoh koleksi tanaman pangan dipertukarkan setiap hari melalui Kesepakatan Standard Transfer Material Traktat, yang menjadi instrumen untuk mengatasi permasalah hukum. Permasalahan ini telah lama terjadi antara pemulia tanaman pangan dan peneliti untuk mendapatkan akses terhadap koleksi plasma nutfah itu.
Sebelumnya, Menteri Pertanian Indonesia Suswono menyatakan, Indonesia akan menjadi negara berkembang pertama di dunia yang secara nyata menawarkan kontribusi keuangan untuk membiayai traktat. Besaran dana yang disediakan Indonesia adalah 100.000 dolar AS, yang dinilai sangat nyata oleh banyak pihak.
"Kami, para menteri, memiliki kewajiban penerapan traktat ini. Kami sangat mengetahui kepentingan dan peran unik plasma nutfah pangan dan pertanian ini bagi pencegahan kehilangan keragamanan hayati dan perubahan iklim global. Ini bentuk pernyataan betapa traktat ini penting untuk menuju tujuan pembangunan milenium," kata Suswono. [R/Ant]
Penandatanganan traktat pada Pertemuan Ke-4 Traktat Internasional itu tentang Sumber Genetik Tumbuhan untuk Pangan dan Pertanian (ITPGRFA).
Lewat penandatanganan tarktat itu, bank gen yang terdiri dari 1,5 juta sampel tanaman dari 64 jenis tanaman pangan penting dunia bisa diimplementasikan melalui mekanisme sistem multilateral.
Selain keberhasilan penandatangan traktat ini, sejumlah penandatangan dari kalangan ilmuwan, masih dalam proses menentukan agar koleksi tanaman pangan itu bisa tersedia melalui sistem pembagian keuntungan sebagaimana dimaknai dalam traktat.
"Negara-negara penentu masih mendesak penandatangan lain agar cepat bergerak untuk menolong dunia keluar dari bahaya kelaparan akibat perubahan iklim global ini," kata konsultan dan bekas pejabat interim Sekretaris Traktat Clive Stannard.
Dia menyatakan, penandatangan ini merupakan capaian paling penting yang pernah dunia hasilkan yang memungkinkan dunia mendapat akses terhadap sumber paling berharganya, yaitu keragaman tanaman yang menentukan ketersediaan pangan.
Pakta global, katanya, telah membangun landasan kuat bagi penyebarluasan kesejahteraan berasal dari keragaman pangan dunia. Juga memungkinkan untuk saling membagikan keuntungan yang bisa diraih dari pertukaran sumber daya ini.
Ia menegaskan bahwa seperenam pihak penandatangan telah memutuskan agar koleksi sumber daya hayati pangan mereka ini bisa tersedia dalam payung traktat. Namun masih diperlukan lebih banyak komitmen internasional serta mekanisme tertentu yang hingga saat ini masih belum terwujud.
Sekretaris Badan Pelaksana Traktat Shakeel Bhatti secara terpisah menyatakan, tiada satupun negara --baik makmur ataupun miskin-- yang memiliki semua sumber pangannya di dalam wilayah negaranya sendiri yang cukup untuk memenuhi keperluan mereka.
"Berlatar perubahan iklim global yang terjadi dan pertumbuhan luar biasa penduduk maka melestarikan dan membagi keragaman tanaman pangan dalam skala global adalah satu keharusan," katanya.
Perubahan iklim global membayangi pelaksanaan kongres keempat di Bali kali ini dan memberi kontribusi terhadap 29 persen kenaikan harga pangan dunia.
Masalah-masalah seperti ini diakui banyak negara peserta menimbulkan kerawanan, mulai dari penambahan penyebaran kemiskinan hingga instabilitas politik banyak negara.
Melalui Traktat ini, antara 600 dan 800 contoh koleksi tanaman pangan dipertukarkan setiap hari melalui Kesepakatan Standard Transfer Material Traktat, yang menjadi instrumen untuk mengatasi permasalah hukum. Permasalahan ini telah lama terjadi antara pemulia tanaman pangan dan peneliti untuk mendapatkan akses terhadap koleksi plasma nutfah itu.
Sebelumnya, Menteri Pertanian Indonesia Suswono menyatakan, Indonesia akan menjadi negara berkembang pertama di dunia yang secara nyata menawarkan kontribusi keuangan untuk membiayai traktat. Besaran dana yang disediakan Indonesia adalah 100.000 dolar AS, yang dinilai sangat nyata oleh banyak pihak.
"Kami, para menteri, memiliki kewajiban penerapan traktat ini. Kami sangat mengetahui kepentingan dan peran unik plasma nutfah pangan dan pertanian ini bagi pencegahan kehilangan keragamanan hayati dan perubahan iklim global. Ini bentuk pernyataan betapa traktat ini penting untuk menuju tujuan pembangunan milenium," kata Suswono. [R/Ant]
Menulis Buku di Tengah Kesedihan
KETEGARAN Prof Bacharuddin Jusuf Habibie patut diacungi jempol. Meski hatinya tengah hancur karena ditinggal sang istri, Hasri Ainun Besari menemui ajal, tetapi Mantan Presiden RI itu berusaha tetap semangat beraktivitas, termasuk melakukan penelitian serta pengembangan bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) yang memang telah menjadi santapan rutin.
Dia mengakui, tidak bisa langsung kembali beraktivitas usai ditinggal pergi istri kesayangan untuk selamanya. Perlahan, kesedihan itu mulai disingkirkan dengan mengumpulkan catatan-catatan yang ditulis sejak Ainun mulai terdeteksi sakit keras hingga menghadapi masa-masa kritis. Kumpulan catatan itulah yang kemudian menjadi buku "Habibie dan Ainun" atas usulan beberapa kerabat dekat.
"Katanya, buku tentang ungkapan hati saya menghadapi masa kritis istri, berpotensi laku keras. Saya sih prinsipnya bagi pengalaman. Tapi setelah saya cek, ternyata benar, belum genap satu bulan sudah banyak orang yang mencari," kata dia di sela kuliah umum bertema 'Perkembangan Teknologi dan Wawasan Kebangsaan' di Gedung Prof Soedarto Universitas DiponegoroTembalang, Semarang, Sabtu (19/3), yang dihadiri Rektor Undip Prof Sudharto P Hadi MES PhD beserta jajaran Pembantu Rektor dan Dekan.
Habibie menceritakan, hatinya mulai tercabik sejak Ainun masuk ke Rumah Sakit Ludwig Maximilians-Universitat, Klinikum Grohadern, Munchen, Jerman hingga menjalani sembilan kali operasi.
Saat itu, bisa dibilang masa vakumnya dari dunia iptek. "Jiwa dan raga total mengurus Ibu karena saya benar-benar mencintainya. Semoga kami bisa bertemu kembali di Akhirat kelak," pintanya, diiringi isak tangis.
Kecintaan itu pula yang mendorong Mantan Menteri Ristek era Soeharto itu rela pindah sementara ke Jerman guna memperlancar pengobatan sang istri, meski sebetulnya jiwa nasionalisme membuatnya berat meninggalkan Tanah Air. Pengobatan itu total dibiayai dengan asuransi yang telah dibayar preminya sejak awal pernikahan Habibie-Ainun. "Untung ada asuransi, kalau tidak, mungkin saya tak mampu. Setelah ini, saya akan lebih banyak di Indonesia," tuturnya. [R/CN]
Dia mengakui, tidak bisa langsung kembali beraktivitas usai ditinggal pergi istri kesayangan untuk selamanya. Perlahan, kesedihan itu mulai disingkirkan dengan mengumpulkan catatan-catatan yang ditulis sejak Ainun mulai terdeteksi sakit keras hingga menghadapi masa-masa kritis. Kumpulan catatan itulah yang kemudian menjadi buku "Habibie dan Ainun" atas usulan beberapa kerabat dekat.
"Katanya, buku tentang ungkapan hati saya menghadapi masa kritis istri, berpotensi laku keras. Saya sih prinsipnya bagi pengalaman. Tapi setelah saya cek, ternyata benar, belum genap satu bulan sudah banyak orang yang mencari," kata dia di sela kuliah umum bertema 'Perkembangan Teknologi dan Wawasan Kebangsaan' di Gedung Prof Soedarto Universitas DiponegoroTembalang, Semarang, Sabtu (19/3), yang dihadiri Rektor Undip Prof Sudharto P Hadi MES PhD beserta jajaran Pembantu Rektor dan Dekan.
Habibie menceritakan, hatinya mulai tercabik sejak Ainun masuk ke Rumah Sakit Ludwig Maximilians-Universitat, Klinikum Grohadern, Munchen, Jerman hingga menjalani sembilan kali operasi.
Saat itu, bisa dibilang masa vakumnya dari dunia iptek. "Jiwa dan raga total mengurus Ibu karena saya benar-benar mencintainya. Semoga kami bisa bertemu kembali di Akhirat kelak," pintanya, diiringi isak tangis.
Kecintaan itu pula yang mendorong Mantan Menteri Ristek era Soeharto itu rela pindah sementara ke Jerman guna memperlancar pengobatan sang istri, meski sebetulnya jiwa nasionalisme membuatnya berat meninggalkan Tanah Air. Pengobatan itu total dibiayai dengan asuransi yang telah dibayar preminya sejak awal pernikahan Habibie-Ainun. "Untung ada asuransi, kalau tidak, mungkin saya tak mampu. Setelah ini, saya akan lebih banyak di Indonesia," tuturnya. [R/CN]
Gatot Pranoto dan Keinsafan Masa Lalu
Nama Gatot Pranoto tidak bisa dipisahkan dari yayasan pemerhati budaya Mahameru di Blora. Sebuah organisasi yang kini mengelola museum yang menyimpan berbagai peninggalan sejarah masa lalu.
Gatot Pranoto bukanlah nama asing di mata para kolektor barang antik. Pasalnya, sebelum menjadi orang yang getol menyelamatkan warisan sejarah budaya, khususnya di kota kelahirannya, ia adalah penjual barang-barang antic yang cukup dikenal. Tidak hanya di Blora, tetapi hamper seluruh wilayah Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Cukup lama laki-laki kelahiran 9 Oktober 1959 ini ‘bekerjasama’ dengan para pemburu barang-barang antik. “Nama saya sudah cukup familiar di telinga para pemburu barang antik saat itu,” kenangnya yang mengku berjualan barang antic sejak 1979.
Waktu itu, ia kuliah di Yogyakarta. Benda-benda pusaka bukan barang yang utama. “Justru yang saya jual waktu itu rata-rata kayu, kerami, kain, dan logam. Semuanya dari Blora. Sementara pembelinya tidak cuma dari dalam negeri, tetapi ada yang dari luar negeri,” ujarnya.
Ia berkecimpung di dunia jual-beli barang antik sekitar 10 tahun. Namun lambat laun, ia pun insaf, dan kegiatan jual-beli barang antic yang dilakoninya adalah aktifitas yang kurang baik. “Keadaan, degradasi perilaku, serta jati diri yang dalam situasi pragmatisme dan konsumerisme yang mengkhawatirkan, telah menyadarkan saya,” katanya.
Keadaan berubah 180 derajat. Dari penjual barang-barang antic, Gatot Pranoto menjadi sosok yang sangat getol untuk menyelamatkan warisan budaya masa lalu. Baginya, warisan budaya dan peninggalan-peninggalan sejarah masa lalu, harus lah dijaga dan dilindungi sebagai pembelajaran. “Warisan masa lalu itu bisa menjadi infiltrasi terhadap budaya asing,” paparnya.
Di mata Paryanto, keinsafan Gatot Pranoto berdampak besar bagi masyarakat Blora. “Berangkat dari pengalamannya, Pak gatot menjadi penganjur untuk nguri-uri budaya,” katanya.
Pak Gatot Pranoto pula, tambahnya, yang berjuang membangun kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga sejarah, seni, dan budaya. “Sebelum ada Pak Gatot tidak ada yang peduli. Mahameru awalnya juga banyak yang mencibir. Tetapi kami memahami, proses penyadaran masyarakat akan pentingnya warisan sejarah masa lalu memang belum selesai, tetapi masih harus diperjuangkan,” tandasnya. (Rosidi)
Gatot Pranoto bukanlah nama asing di mata para kolektor barang antik. Pasalnya, sebelum menjadi orang yang getol menyelamatkan warisan sejarah budaya, khususnya di kota kelahirannya, ia adalah penjual barang-barang antic yang cukup dikenal. Tidak hanya di Blora, tetapi hamper seluruh wilayah Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Cukup lama laki-laki kelahiran 9 Oktober 1959 ini ‘bekerjasama’ dengan para pemburu barang-barang antik. “Nama saya sudah cukup familiar di telinga para pemburu barang antik saat itu,” kenangnya yang mengku berjualan barang antic sejak 1979.
Waktu itu, ia kuliah di Yogyakarta. Benda-benda pusaka bukan barang yang utama. “Justru yang saya jual waktu itu rata-rata kayu, kerami, kain, dan logam. Semuanya dari Blora. Sementara pembelinya tidak cuma dari dalam negeri, tetapi ada yang dari luar negeri,” ujarnya.
Ia berkecimpung di dunia jual-beli barang antik sekitar 10 tahun. Namun lambat laun, ia pun insaf, dan kegiatan jual-beli barang antic yang dilakoninya adalah aktifitas yang kurang baik. “Keadaan, degradasi perilaku, serta jati diri yang dalam situasi pragmatisme dan konsumerisme yang mengkhawatirkan, telah menyadarkan saya,” katanya.
Keadaan berubah 180 derajat. Dari penjual barang-barang antic, Gatot Pranoto menjadi sosok yang sangat getol untuk menyelamatkan warisan budaya masa lalu. Baginya, warisan budaya dan peninggalan-peninggalan sejarah masa lalu, harus lah dijaga dan dilindungi sebagai pembelajaran. “Warisan masa lalu itu bisa menjadi infiltrasi terhadap budaya asing,” paparnya.
Di mata Paryanto, keinsafan Gatot Pranoto berdampak besar bagi masyarakat Blora. “Berangkat dari pengalamannya, Pak gatot menjadi penganjur untuk nguri-uri budaya,” katanya.
Pak Gatot Pranoto pula, tambahnya, yang berjuang membangun kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga sejarah, seni, dan budaya. “Sebelum ada Pak Gatot tidak ada yang peduli. Mahameru awalnya juga banyak yang mencibir. Tetapi kami memahami, proses penyadaran masyarakat akan pentingnya warisan sejarah masa lalu memang belum selesai, tetapi masih harus diperjuangkan,” tandasnya. (Rosidi)
Di Mahameru, Mata Rantai Sejarah itu Tersimpan
Blora - Ingin tahu seperti apa mata rantai (sejarah) masyarakat Blora tempo dulu? Tengoklah museum Mahameru yang berada satu kompleks dengan Taman Tirtonadi. Di sana, tersimpan bermacam koleksi yang menandai perjalanan panjang sejara leluhur masyarakat Kota Satai.
Gatot Pranoto, Ketua Yayasan Mahameru, menyebut museum yang dikelola oleh Yayasan pemerhati budaya yang dipimpinnya, memiliki koleksi yang cukup lengkap. Ia bahkan pernah menyebut, koleksi museum Mahameru itu lebih lengkap dibandingkan dengan museum arkeologi Sangiran. “Kita memiliki koleksi mulai dari masa pra sejarah, Hindu-Budha (klasik), Islam, hingga masa kolonial,” katanya.
Peralatan berburu manusia purba seperti kapak genggam dan batu, koleksi masa Hindu-Budha antara lain berupa gerabah, patung, bibir sumur kuno yang sezaman dengan Candi Plaosan Lor di sebelah timur-laut candi Prambanan, serta plat bau. Koleksi masa Islam, di antaranya kitab kalam berbentuk tulisan tangan yang kertasnya dari kulit binatang, Alquran tulisan tangan, serta tafsir alquran.
Rekam jejak perjalanan masyarakat Blora pada masa kolonial, ditandai dengan berbagai peninggalan, seperti landasan meriam, pistol VOC, kamera kuno, radio kuno, filter air, loster, serta papan iklan masa lampau. Selain itu, ada juga topeng perunggu, azimat zaman Pangeran Diponegoro, wayang kulit, wayang golek, timbangan dari kayu, alat pemintal benang, lumpang-alu, dan tatakan soko.
Tetapi tidak cuma itu. Masih banyak koleksi lain di museum yang embrionya sudah ada sejak 1999. Paryanto, ketua divisi kajian seni, budaya, dan sejarah di Yayasan Mahameru mengatakan, museum peninggalan warisan sejarah Blora ini memiliki nilai yang sangat penting.
“Koleksi museum Mahameru ini bisa menunjukkan kita mengenai sejarah, seni, dan budaya para leluhur kita di masa lalu, sehingga harus kita pahami. Sayang, kebanyakan masyarakat tidak tahu dan malas belajar untuk itu. Padahal, koleksi yang ada di museum Mahameru, itu bisa menunjukkan jati diri masyarakat Blora,” ujarnya.
Proses Penyadaran
Museum Mahameru adalah “proyek jangka pendek” yang digagas Yayasan Mahameru. Perkumpulan pemerhati budaya di Blora ini, secara resmi berdiri pada 16 Mei 2001 dengan Akta Notaris yang dikeluarkan oleh R Tidore Iwan Wijaya SH.
“Embrio berdirinya yayasan ini beberapa tahun sebelum kita notariskan. Namun sejak sebelum itu, kami dan teman-teman pemerhati budaya sudah sepakat akan memakai ‘Mahameru’ sebagai nama yayasan (organisasi),” terang Gatot Pranoto.
Gatot menyebut pendirian Museum Mahameru sebagai proyek jangka pendek, karena bagi dia dan para pegiat Mahameru lainnya, yang jauh lebih berat adalah membangun kesadaran masyarakat melalui berbagai koleksinya. “Untuk merealisasikan ini bukan hal yang sederhana, sehingga butuh keterlibatan banyak pihak yang sama-sama pemerhati budaya,” jelasnya.
Setelah terbentuk sebuah komunitas pemerhati budaya, ini juga tidak lantas persoalan proses penyadaran kepada masyarakat selesai. Pasalnya, sebelum terjun ke masyarakat, bangunan kesadaran di internal mesti selesai terlebih dahulu. “Kami harus membangun kesadaran komunal terlebih dahulu,” paparnya.
Selanjutnya, baru kepada tahap penyadaran secara lebih luas bisa dilakukan, melalui sumber primer yang ada, yaitu koleksi museum Mahameru. “Seterusnya, baru ini menjadi bahan refleksi untuk membangun Blora,” ungkapnya.
Refleksi dimaksud tidak sekadar tahu bagaimana Blora di masa lalu, melainkan sampai pada bangunan kesadaran terkait sumber daya manusia (SDM) dan sumber daya alam (SDA) yang ada. “Kombinasi SDM dan SDA inilah asset yang sangat berharga untuk membangun Blora, baik jangka pendek, jangka menengah, maupun jangka panjang,” tegasnya.
Menurut sosok yang pernah mengenyam pendidikan di Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, sampai saat ini, rencana pembangunan jangka pendek dan jangka panjang, belum memanfaatkan SDM dan SDA yang sesuai karakter masyarakat Blora. “Bagaimana bisa merencanakan pembangunan secara baik, jika tidak memahami karakter orang Blora,” lanjutnya.
Bupati Blora Djoko Nugroho kepada Suara Merdeka mengatakan, museum Mahameru menyimpan sejarah masa lalu yang tak terperikan. “Museum ini menyimpan sejarah purbakala yang tak ternilai. Kami akan memperhatikannya. Tetapi untuk saat ini, konsentrasi belum ke arah sana. Nanti kita pikirkan,” ujarnya. (Rosidi)
Gatot Pranoto, Ketua Yayasan Mahameru, menyebut museum yang dikelola oleh Yayasan pemerhati budaya yang dipimpinnya, memiliki koleksi yang cukup lengkap. Ia bahkan pernah menyebut, koleksi museum Mahameru itu lebih lengkap dibandingkan dengan museum arkeologi Sangiran. “Kita memiliki koleksi mulai dari masa pra sejarah, Hindu-Budha (klasik), Islam, hingga masa kolonial,” katanya.
Peralatan berburu manusia purba seperti kapak genggam dan batu, koleksi masa Hindu-Budha antara lain berupa gerabah, patung, bibir sumur kuno yang sezaman dengan Candi Plaosan Lor di sebelah timur-laut candi Prambanan, serta plat bau. Koleksi masa Islam, di antaranya kitab kalam berbentuk tulisan tangan yang kertasnya dari kulit binatang, Alquran tulisan tangan, serta tafsir alquran.
Rekam jejak perjalanan masyarakat Blora pada masa kolonial, ditandai dengan berbagai peninggalan, seperti landasan meriam, pistol VOC, kamera kuno, radio kuno, filter air, loster, serta papan iklan masa lampau. Selain itu, ada juga topeng perunggu, azimat zaman Pangeran Diponegoro, wayang kulit, wayang golek, timbangan dari kayu, alat pemintal benang, lumpang-alu, dan tatakan soko.
Tetapi tidak cuma itu. Masih banyak koleksi lain di museum yang embrionya sudah ada sejak 1999. Paryanto, ketua divisi kajian seni, budaya, dan sejarah di Yayasan Mahameru mengatakan, museum peninggalan warisan sejarah Blora ini memiliki nilai yang sangat penting.
“Koleksi museum Mahameru ini bisa menunjukkan kita mengenai sejarah, seni, dan budaya para leluhur kita di masa lalu, sehingga harus kita pahami. Sayang, kebanyakan masyarakat tidak tahu dan malas belajar untuk itu. Padahal, koleksi yang ada di museum Mahameru, itu bisa menunjukkan jati diri masyarakat Blora,” ujarnya.
Proses Penyadaran
Museum Mahameru adalah “proyek jangka pendek” yang digagas Yayasan Mahameru. Perkumpulan pemerhati budaya di Blora ini, secara resmi berdiri pada 16 Mei 2001 dengan Akta Notaris yang dikeluarkan oleh R Tidore Iwan Wijaya SH.
“Embrio berdirinya yayasan ini beberapa tahun sebelum kita notariskan. Namun sejak sebelum itu, kami dan teman-teman pemerhati budaya sudah sepakat akan memakai ‘Mahameru’ sebagai nama yayasan (organisasi),” terang Gatot Pranoto.
Gatot menyebut pendirian Museum Mahameru sebagai proyek jangka pendek, karena bagi dia dan para pegiat Mahameru lainnya, yang jauh lebih berat adalah membangun kesadaran masyarakat melalui berbagai koleksinya. “Untuk merealisasikan ini bukan hal yang sederhana, sehingga butuh keterlibatan banyak pihak yang sama-sama pemerhati budaya,” jelasnya.
Setelah terbentuk sebuah komunitas pemerhati budaya, ini juga tidak lantas persoalan proses penyadaran kepada masyarakat selesai. Pasalnya, sebelum terjun ke masyarakat, bangunan kesadaran di internal mesti selesai terlebih dahulu. “Kami harus membangun kesadaran komunal terlebih dahulu,” paparnya.
Selanjutnya, baru kepada tahap penyadaran secara lebih luas bisa dilakukan, melalui sumber primer yang ada, yaitu koleksi museum Mahameru. “Seterusnya, baru ini menjadi bahan refleksi untuk membangun Blora,” ungkapnya.
Refleksi dimaksud tidak sekadar tahu bagaimana Blora di masa lalu, melainkan sampai pada bangunan kesadaran terkait sumber daya manusia (SDM) dan sumber daya alam (SDA) yang ada. “Kombinasi SDM dan SDA inilah asset yang sangat berharga untuk membangun Blora, baik jangka pendek, jangka menengah, maupun jangka panjang,” tegasnya.
Menurut sosok yang pernah mengenyam pendidikan di Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, sampai saat ini, rencana pembangunan jangka pendek dan jangka panjang, belum memanfaatkan SDM dan SDA yang sesuai karakter masyarakat Blora. “Bagaimana bisa merencanakan pembangunan secara baik, jika tidak memahami karakter orang Blora,” lanjutnya.
Bupati Blora Djoko Nugroho kepada Suara Merdeka mengatakan, museum Mahameru menyimpan sejarah masa lalu yang tak terperikan. “Museum ini menyimpan sejarah purbakala yang tak ternilai. Kami akan memperhatikannya. Tetapi untuk saat ini, konsentrasi belum ke arah sana. Nanti kita pikirkan,” ujarnya. (Rosidi)
Gedung Bersejarah Diminta Direnovasi
Jakarta - 12 Gedung bersejarah di kawasan Kota Tua terancam ambruk karena tidak dirawat dengan baik oleh pemiliknya. Pemprov DKI mengaku telah meminta kepada pemilik untuk merenovasi gedung-gedung tua itu.
"Kami ini juga tidak kurang meminta supaya pemilik gedung memperbaiki gedung-gedung. Kita sudah lakukan itu," ujar Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Pemprov DKI, Arie Budiman saat berbincang dengan detikcom, Minggu (20/3/2011).
Menurut Arie, 12 gedung tersebut statusnya milik swasta sehingga jajarannya hanya berhak untuk mengimbau. Perawatan terhadap gedung-gedung bernilai sejarah tersebut diserahkan kepada para pemilik yakni BUMN dan perusahaan swasta itu.
"Dalam UU tentang Cagar Budaya, para pemilik juga harus merawat gedung yang dinilai bersejarah. Tapi itukan tergantung niatan dari pemiliknya, kita tidak bisa juga melakukan renovasi," terangnya.
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan sendiri bersedia mengambil alih gedung-gedung tua itu, namun hal tersebut bukan perkara mudah karena perlu anggaran besar. "Selain itu, belum tentu pemiliknya mau menjualnya. Jadi ini memang dilematis," imbuhnya.
Sebelumnya, Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kota Tua, Candrian Attahiyat menyatakan ada 12 gedung di kawasan Kota Tua yang saat ini kondisinya sangat mengkhawatirkan karena terancam ambruk. Gedung-gedung tersebut telah lama tidak digunakan dan tidak dirawat oleh pemiliknya.
"Ada 12 gedung yang saat ini kondisinya rawan ambruk. Itu terjadi karena gedung-gedung itu sudah rusak, tua dan tidak terawat dengan baik," Candrian.
Menurut Candrian, salah satu gedung yakni gedung Cipta Niaga yang berada di Jl Kali Besar Timur dan Kali Besar Barat yang masuk kawasan Taman Fatahillah, atapnya sudah pernah ambruk sebanyak dua kali.
"Ini sangat mengkhawatirkan tentunya. 12 Gedung itu juga sudah lama tidak lagi digunakan oleh pemiliknya," paparnya
Menurutnya dari 12 gedung tersebut, 10 diantaranya adalah milik BMUN, sedangkan 2 sisanya milik perusahaan swasta. Gedung-gedung itu saat ini dibiarkan tidak terurus oleh pemiliknya.
"Karena itu milik swasta, kita tidak bisa merenovasinya. Tetapi kalau mereka mau memperbaiki harus konsultasi pemugaran dengan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI," terang Candrian. [R/dtc]
"Kami ini juga tidak kurang meminta supaya pemilik gedung memperbaiki gedung-gedung. Kita sudah lakukan itu," ujar Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Pemprov DKI, Arie Budiman saat berbincang dengan detikcom, Minggu (20/3/2011).
Menurut Arie, 12 gedung tersebut statusnya milik swasta sehingga jajarannya hanya berhak untuk mengimbau. Perawatan terhadap gedung-gedung bernilai sejarah tersebut diserahkan kepada para pemilik yakni BUMN dan perusahaan swasta itu.
"Dalam UU tentang Cagar Budaya, para pemilik juga harus merawat gedung yang dinilai bersejarah. Tapi itukan tergantung niatan dari pemiliknya, kita tidak bisa juga melakukan renovasi," terangnya.
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan sendiri bersedia mengambil alih gedung-gedung tua itu, namun hal tersebut bukan perkara mudah karena perlu anggaran besar. "Selain itu, belum tentu pemiliknya mau menjualnya. Jadi ini memang dilematis," imbuhnya.
Sebelumnya, Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kota Tua, Candrian Attahiyat menyatakan ada 12 gedung di kawasan Kota Tua yang saat ini kondisinya sangat mengkhawatirkan karena terancam ambruk. Gedung-gedung tersebut telah lama tidak digunakan dan tidak dirawat oleh pemiliknya.
"Ada 12 gedung yang saat ini kondisinya rawan ambruk. Itu terjadi karena gedung-gedung itu sudah rusak, tua dan tidak terawat dengan baik," Candrian.
Menurut Candrian, salah satu gedung yakni gedung Cipta Niaga yang berada di Jl Kali Besar Timur dan Kali Besar Barat yang masuk kawasan Taman Fatahillah, atapnya sudah pernah ambruk sebanyak dua kali.
"Ini sangat mengkhawatirkan tentunya. 12 Gedung itu juga sudah lama tidak lagi digunakan oleh pemiliknya," paparnya
Menurutnya dari 12 gedung tersebut, 10 diantaranya adalah milik BMUN, sedangkan 2 sisanya milik perusahaan swasta. Gedung-gedung itu saat ini dibiarkan tidak terurus oleh pemiliknya.
"Karena itu milik swasta, kita tidak bisa merenovasinya. Tetapi kalau mereka mau memperbaiki harus konsultasi pemugaran dengan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI," terang Candrian. [R/dtc]
Surat Kongres AS Soal Ahmadiyah
Pontianak - Menteri Agama Suryadharma Ali menyebut surat berkaitan Ahmadiyah yang ditandatangani 27 anggota Kongres Amerika Serikat adalah hal biasa.
"Saya belum baca suratnya sehingga belum tahu isinya. Surat itu ditujukan kepada Bapak Presiden, jadi biarlah beliau yang terlebih dahulu mengetahui isinya," kata menteri di sela-sela kunjungan kerja ke Kanwil Kementerian Agama Kalimantan Barat, Jumat pagi.
Suryadharma mengatakan, adalah hal biasa bagi Kongres AS mengirimkan surat semacam itu. "Karena itu, kita juga anggap hal itu biasa-biasa saja," katanya.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa, Kamis, mengatakan pemerintah akan mendalami surat tersebut.
Sedangkan Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi mengatakan, SKB adalah keputusan yang telah melalui berbagai pembahasan oleh berbagai pihak. "Dari unsur agama juga ikut, bukan pemerintah saja. Itu keputusan terbaik ketika itu," katanya. [R/Ant]
"Saya belum baca suratnya sehingga belum tahu isinya. Surat itu ditujukan kepada Bapak Presiden, jadi biarlah beliau yang terlebih dahulu mengetahui isinya," kata menteri di sela-sela kunjungan kerja ke Kanwil Kementerian Agama Kalimantan Barat, Jumat pagi.
Suryadharma mengatakan, adalah hal biasa bagi Kongres AS mengirimkan surat semacam itu. "Karena itu, kita juga anggap hal itu biasa-biasa saja," katanya.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa, Kamis, mengatakan pemerintah akan mendalami surat tersebut.
Sedangkan Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi mengatakan, SKB adalah keputusan yang telah melalui berbagai pembahasan oleh berbagai pihak. "Dari unsur agama juga ikut, bukan pemerintah saja. Itu keputusan terbaik ketika itu," katanya. [R/Ant]
Banjir Lahar Dingin Tutup Jalur Magelang-Yogya
Magelang - Banjir lahar dingin kembali menerjang Kali Putih di Desa Jumoyo, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Material vulkanik banjir lahar dingin sampai meluap dan menutupi jalur Magelang-Yogyakarta.
Material lahar dingin yang membungkus jalan setebal 1.5 meter dengan panjang 500 hingga 600 meter, membuat jalur Magelang menuju Yogyakarta dialihkan.
Dari pantauan detikcom Sabtu(18/3/2011), sejak pukul 16.45 WIB terjadi hujan deras di kawasan puncak Gunung Merapi. Akibatnya, tiga di antara 12 alur sungai di Merapi terjadi banjir lahar dingin.
“Tiga sungai itu adalah Kali Putih, Kali Opak dan Kali Boyong yang paling besar mengalami banjir lahar dingin,” kata Yusuf warga Desa Jumoyo, Kecamatan Salam kepada detikcom.
Hujan deras yang turun semakin menambah peningkatan debit air di ketiga alur sungai, terutama di alur Kali Putih sehingga banjir lahar dingin semakin membesar.
Setelah mendapatkan informasi dari Pos Pengamatan Merapi Ngepos, Kecamatan Srumbung, Magelang bahwa kepala banjir sudah lewat Jalan Raya Magelang-Yogya tepatnya di KM 13, maka petugas SAR dan kepolisian Polres Magelang langsung melakukan penutupan dengan memasang tiga portal penghalang. Namun masih ada beberapa pemakai jalan terutama kendaraan bermotor ingin menerobos portal karena ingin menyaksikan kepala banjir yang lewat.
Setelah sekitar 15 menit kemudian, kepala banjir yang membawa material vulkanik berupa batu, pasir, lumpur dan puing-puing kayu kecil hingga besar melewati jemabatan Kali Putih dan sebagian material banjir meluap.
Sampai saat ini, jalan Raya Magelang-Yogyakarta masih dialihkan. Untuk jalur dari arah Magelang dialihkan dari depan kantor Polsek Muntilan berbelok kekanan menuju ke Desa Gunungpring, Kecamatan Muntilan, Magelang kemudian menuju ke Kecamatan Ngluwar dan kearah Kalibawang, Kulonprogo, Yogyakarta.
Sebaliknya dari arah Yogyakarta menuju ke Magelang dialihkan dari
Kecamatan Tempel, Sleman, Yogyakarta menuju kea rah Ngluwar dan masuk ke Kabupaten Magelang melalui Kalibawang.
Lima alat berat, yang terdiri dari tiga eskavator dan dua alat berat jenis loder mulai diturunkan oleh petugas Bina Marga Jawa Tengah untuk membersihkan material banjir lahar dingin yang menyelimuti jalan Raya Magelang-Yogyakarta. [R/dtc]
Material lahar dingin yang membungkus jalan setebal 1.5 meter dengan panjang 500 hingga 600 meter, membuat jalur Magelang menuju Yogyakarta dialihkan.
Dari pantauan detikcom Sabtu(18/3/2011), sejak pukul 16.45 WIB terjadi hujan deras di kawasan puncak Gunung Merapi. Akibatnya, tiga di antara 12 alur sungai di Merapi terjadi banjir lahar dingin.
“Tiga sungai itu adalah Kali Putih, Kali Opak dan Kali Boyong yang paling besar mengalami banjir lahar dingin,” kata Yusuf warga Desa Jumoyo, Kecamatan Salam kepada detikcom.
Hujan deras yang turun semakin menambah peningkatan debit air di ketiga alur sungai, terutama di alur Kali Putih sehingga banjir lahar dingin semakin membesar.
Setelah mendapatkan informasi dari Pos Pengamatan Merapi Ngepos, Kecamatan Srumbung, Magelang bahwa kepala banjir sudah lewat Jalan Raya Magelang-Yogya tepatnya di KM 13, maka petugas SAR dan kepolisian Polres Magelang langsung melakukan penutupan dengan memasang tiga portal penghalang. Namun masih ada beberapa pemakai jalan terutama kendaraan bermotor ingin menerobos portal karena ingin menyaksikan kepala banjir yang lewat.
Setelah sekitar 15 menit kemudian, kepala banjir yang membawa material vulkanik berupa batu, pasir, lumpur dan puing-puing kayu kecil hingga besar melewati jemabatan Kali Putih dan sebagian material banjir meluap.
Sampai saat ini, jalan Raya Magelang-Yogyakarta masih dialihkan. Untuk jalur dari arah Magelang dialihkan dari depan kantor Polsek Muntilan berbelok kekanan menuju ke Desa Gunungpring, Kecamatan Muntilan, Magelang kemudian menuju ke Kecamatan Ngluwar dan kearah Kalibawang, Kulonprogo, Yogyakarta.
Sebaliknya dari arah Yogyakarta menuju ke Magelang dialihkan dari
Kecamatan Tempel, Sleman, Yogyakarta menuju kea rah Ngluwar dan masuk ke Kabupaten Magelang melalui Kalibawang.
Lima alat berat, yang terdiri dari tiga eskavator dan dua alat berat jenis loder mulai diturunkan oleh petugas Bina Marga Jawa Tengah untuk membersihkan material banjir lahar dingin yang menyelimuti jalan Raya Magelang-Yogyakarta. [R/dtc]
Jurnalis Aceh Gelar Doa Untuk Jepang
Banda Aceh - Puluhan jurnalis di Banda Aceh menggelar aksi peduli dan doa bersama untuk musibah tsunami yang melanda Jepang pekan lalu.
"Hari ini tepat sepekan musibah gempa dan tsunami melanda Jepang, dan kegiatan ini adalah wujud kepedulian para pekerja media untuk korban," sebut Oki Rahmatna Tiba, saat memimpin renungan di tugu "Thanks to The World" di lapangan Blang Padang, Banda Aceh, Jumat.
Menurut Oki, lokasi renungan dan doa pun sengaja dipilih di lapangan Blang Padang, karena di lapangan ini dikumpulkan semua tugu perahu bertuluskan nama-nama negara yang pernah membantu Aceh untuk proses rehabilitasi pascagempa dan tsunami tahun 2004.
"Aceh juga pernah mengalami hal yang sama, jadi kita sangat bisa memahami apa yang dirasakan oleh masyarakat Jepang saat ini, dan kami berdoa agar mereka tetap semangat dan tabah, dan kemudian bisa bangkit segera dari kesedihan," kata Oki.
Hal senada juga diungkapkan oleh Eva Zain, seorang pekerja LSM, yang turut dalam kegiatan renungan tersebut.
"Aceh juga pernah mendapat kepedulian yang besar dari Jepang, saat Aceh dilanda gempa dan tsunami, kini meski kita belum mampu memberi bantuan secara materi, namun dukungan dan doa terus kita kirimkan dari sini, semoga warga Jepang bisa tetap tegar," ujar Eva.
Seorang warga Jepang, Saiki Natsuko, yang ikut dalam kegiatan renungan ini mengatakan, sangat terharu atas kegiatan renungan yang digelar oleh para pekerja media dan para aktifis masyarakat sipil tersebut.
"Selaku warga Jepang, saya berterimakasih atas doa dan renungan yang dikirimkan dari teman-teman, informasi kegiatan ini juga sudah saya kirimkan melalui akun twitter, dan bisa langsung diketahui oleh teman-teman dan keluarga saya di Jepang," jelas Natsuko.
Selain pekerja media dan aktifis masyarakat sipil, para warga yang sedang berada di lapangan Blang Padang ini pun turut memberikan ucapan dan doa, yang dituliskan pada lembar-lembar kertas yang kemudian ditempelkan di tugu "thanks to the world". [R/Ant]
"Hari ini tepat sepekan musibah gempa dan tsunami melanda Jepang, dan kegiatan ini adalah wujud kepedulian para pekerja media untuk korban," sebut Oki Rahmatna Tiba, saat memimpin renungan di tugu "Thanks to The World" di lapangan Blang Padang, Banda Aceh, Jumat.
Menurut Oki, lokasi renungan dan doa pun sengaja dipilih di lapangan Blang Padang, karena di lapangan ini dikumpulkan semua tugu perahu bertuluskan nama-nama negara yang pernah membantu Aceh untuk proses rehabilitasi pascagempa dan tsunami tahun 2004.
"Aceh juga pernah mengalami hal yang sama, jadi kita sangat bisa memahami apa yang dirasakan oleh masyarakat Jepang saat ini, dan kami berdoa agar mereka tetap semangat dan tabah, dan kemudian bisa bangkit segera dari kesedihan," kata Oki.
Hal senada juga diungkapkan oleh Eva Zain, seorang pekerja LSM, yang turut dalam kegiatan renungan tersebut.
"Aceh juga pernah mendapat kepedulian yang besar dari Jepang, saat Aceh dilanda gempa dan tsunami, kini meski kita belum mampu memberi bantuan secara materi, namun dukungan dan doa terus kita kirimkan dari sini, semoga warga Jepang bisa tetap tegar," ujar Eva.
Seorang warga Jepang, Saiki Natsuko, yang ikut dalam kegiatan renungan ini mengatakan, sangat terharu atas kegiatan renungan yang digelar oleh para pekerja media dan para aktifis masyarakat sipil tersebut.
"Selaku warga Jepang, saya berterimakasih atas doa dan renungan yang dikirimkan dari teman-teman, informasi kegiatan ini juga sudah saya kirimkan melalui akun twitter, dan bisa langsung diketahui oleh teman-teman dan keluarga saya di Jepang," jelas Natsuko.
Selain pekerja media dan aktifis masyarakat sipil, para warga yang sedang berada di lapangan Blang Padang ini pun turut memberikan ucapan dan doa, yang dituliskan pada lembar-lembar kertas yang kemudian ditempelkan di tugu "thanks to the world". [R/Ant]
Telkomsel Incar Pendapatan Musik Digital Rp1,4 Triliun
Jakarta - Operator seluler PT Telkomsel menargetkan total pendapatan dari layanan musik digital pada 2011 sebesar Rp1,2 triliun-Rp1,4 triliun, meningkat dibanding tahun 2010 sekitar Rp550 miliar.
"Peningkatan pendapatan dari musik digital didorong tingginya animo permintaan aktivasi pelanggan Telkomsel yang meningkat hingga kali lipat," kata VP Digital Music & Content Management Telkomsel, Krish Pribadi, disela acara satu Tahun Langit Musik Telkomsel, di Jakarta, Sabtu.
Menurut Krish, pendapatan layanan musik digital terbesar Telkomsel adalah ring back tone (RBT) yang pada tahun 2011 diperkirakan mencapai Rp800 miliar, atau naik dari tahun sebelumnya sekitar Rp 500 miliar.
Sedangkan pendapatan dari layanan unduh musik secara penuh ("full track") diperkirakan mencapai Rp3 miliar-Rp4 miliar pada 2011, dari sebelumnya hanya Rp2 triliun.
Layanan full track dapat diunduh dari Langit Musik Telkomsel yang merupakan toko musik digital.
Jumlah pelanggan yang mengakses Langit Musik menurut Krish, sudah mencapai 12 juta pelanggan dari total pelanggan Telkomsel saat ini sekitar 97 juta.
Sementara jumlah pelanggan yang mengaktifkan layanan RBT diperkirakan akan menembus 20 juta pelanggan dari sebelumnya hanya 9 juta.
Pada layanan Langit Musik, pelanggan dimungkinkan dapat mengunduh musik baik dalam bentuk nada sambung pribadi (NSP), full song, mini song, dan video clip.
Saat ini Telkomsel bekerjsama dengan sekitar 100 mitra label rekaman, content provider, digital store provider, dan platform provider yang menyediakan 72.000 NSP, 15.000 lagu, 3.000 mini song, dan 1.000 videoclip.
Krish menambahkan, Langit Musik merupakan komitmen Telkomsel untuk mengembangkan industri kreatif nasional, khususnya untuk memfasilitasi mitranya, seperti label rekaman, artis, content provider.
Total bisnis industri musik digital nasional dari produk legal mencapai Rp2 triliun-Rp2,5 triliun, sedangkan jika dihitung dengan illegal mencapai sekitar Rp4,5 triliun.
"Pada industri musik digital ini (non pertunjukan) Telkomsel menguasai pangsa pasar hingga 60 persen," tegasnya.
Ia menambahkan, untuk mengembangkan layanan musik digital Telkomsel, perusahaan mengalokasikan dana sebesar Rp40 miliar-Rp45 miliar.
Pada 2010, dari sekitar Rp42 triliun total pendapatan perseroan, sebesar 5-5,5 persen di antara disumbang dari layanan musik digital. [R/Ant]
"Peningkatan pendapatan dari musik digital didorong tingginya animo permintaan aktivasi pelanggan Telkomsel yang meningkat hingga kali lipat," kata VP Digital Music & Content Management Telkomsel, Krish Pribadi, disela acara satu Tahun Langit Musik Telkomsel, di Jakarta, Sabtu.
Menurut Krish, pendapatan layanan musik digital terbesar Telkomsel adalah ring back tone (RBT) yang pada tahun 2011 diperkirakan mencapai Rp800 miliar, atau naik dari tahun sebelumnya sekitar Rp 500 miliar.
Sedangkan pendapatan dari layanan unduh musik secara penuh ("full track") diperkirakan mencapai Rp3 miliar-Rp4 miliar pada 2011, dari sebelumnya hanya Rp2 triliun.
Layanan full track dapat diunduh dari Langit Musik Telkomsel yang merupakan toko musik digital.
Jumlah pelanggan yang mengakses Langit Musik menurut Krish, sudah mencapai 12 juta pelanggan dari total pelanggan Telkomsel saat ini sekitar 97 juta.
Sementara jumlah pelanggan yang mengaktifkan layanan RBT diperkirakan akan menembus 20 juta pelanggan dari sebelumnya hanya 9 juta.
Pada layanan Langit Musik, pelanggan dimungkinkan dapat mengunduh musik baik dalam bentuk nada sambung pribadi (NSP), full song, mini song, dan video clip.
Saat ini Telkomsel bekerjsama dengan sekitar 100 mitra label rekaman, content provider, digital store provider, dan platform provider yang menyediakan 72.000 NSP, 15.000 lagu, 3.000 mini song, dan 1.000 videoclip.
Krish menambahkan, Langit Musik merupakan komitmen Telkomsel untuk mengembangkan industri kreatif nasional, khususnya untuk memfasilitasi mitranya, seperti label rekaman, artis, content provider.
Total bisnis industri musik digital nasional dari produk legal mencapai Rp2 triliun-Rp2,5 triliun, sedangkan jika dihitung dengan illegal mencapai sekitar Rp4,5 triliun.
"Pada industri musik digital ini (non pertunjukan) Telkomsel menguasai pangsa pasar hingga 60 persen," tegasnya.
Ia menambahkan, untuk mengembangkan layanan musik digital Telkomsel, perusahaan mengalokasikan dana sebesar Rp40 miliar-Rp45 miliar.
Pada 2010, dari sekitar Rp42 triliun total pendapatan perseroan, sebesar 5-5,5 persen di antara disumbang dari layanan musik digital. [R/Ant]
Bahasa Inggris Bukan Standar RSBI
Semarang - Pengajaran seluruh mata pelajaran dengan Bahasa Inggris seharusnya tidak menjadi standar utama di rintisan sekolah berstandar internasional (RSBI) atau sekolah berstandar internasional (SBI). Pasalnya, tidak ada jaminan pembelajaran dengan komunikasi Bahasa Inggris, bisa meningkatkan kompetensi siswa.
"Bahkan selama ini kecenderungannya, siswa justru tidak paham yang diajarkan guru karena tidak menguasai komunikasi dengan Bahasa Inggris. Begitu juga sebaliknya, penguasaan bahasa inggris belum bisa. Tak heran, justru banyak siswa RSBI yang kurang maksimal belajar.
Tidak ada jaminan RSBI yang mengharuskan siswanya berbahasa asing, kualitasnya juga internasional," kata pengamat pendidikan dari Unnes dan Unissula, Prof Retmono. Menurutnya, kalau memang pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Nasional ingin meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris para siswa di tingkat SMP maupun SMA, bukan dengan mengajarkan seluruh mata pelajaran dengan Bahasa Inggris.
"Bukan masalah banyak siswa yang tidak menguasai Bahasa Inggris, tetapi lebih kepada mengedepankan kearifan lokal demi meningkatkan jiwa nasionalisme siswa. Di Jepang atau negara maju, mana ada RSBI/SBI yang pembelajarannya harus dengan Bahasa Inggris," tutur dia.
Globalisasi memang sudah membelit, tetapi kata dia, bukan berarti pembelajaran diarahkan condong ke pendidikan asing. Guna meningkatkan kompetensi siswa, pemerintah harus mendorong para pengelola RSBI/SBI mengoptimalkan fasilitas yang dimiliki.
Retmono memandang, meski sudah banyak sekolah berstatus RSBI/SBI dan sistem tersebut sudah berlangsung bertahun-tahun, tetapi dalam implementasinya, belum optimal. Bahkan, tak sedikit lulusan yang dihasilkan bermutu lebih rendah dibanding sekolah di luar RSBI/SBI.
Untuk itu, evaluasi RSBI/SBI harus dilakukan secepatnya dengan membentuk panitia khusus atau komisi yang menilai seberapa jauh keuntungan dan kekurangan RSBI/SBI. Penilaian tersebut terkait seberapa efektif tingginya anggaran yang digelontorkan dengan sistem pengajaran dan kualitas lulusan. "Jika memang keuntungannya lebih banyak, RSBI/SBI patut dilanjutkan," ungkapnya.
Dalam evaluasi tersebut, Kemendiknas harus mendengar suara warga atau stake holder pendidikan yang menghendaki pemerataan kualitas dan keadilan dalam pendidikan. "Proses dan hasil evalusasi harus dipublikasikan dan dilakukan transparan. Salah satu yang harus diikutkan dalam evaluasi yakni membandingkan hasil ujian nasional siswa RSBI/SBI dengan sekolah biasa," kata Retmono. [R/CN]
"Bahkan selama ini kecenderungannya, siswa justru tidak paham yang diajarkan guru karena tidak menguasai komunikasi dengan Bahasa Inggris. Begitu juga sebaliknya, penguasaan bahasa inggris belum bisa. Tak heran, justru banyak siswa RSBI yang kurang maksimal belajar.
Tidak ada jaminan RSBI yang mengharuskan siswanya berbahasa asing, kualitasnya juga internasional," kata pengamat pendidikan dari Unnes dan Unissula, Prof Retmono. Menurutnya, kalau memang pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Nasional ingin meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris para siswa di tingkat SMP maupun SMA, bukan dengan mengajarkan seluruh mata pelajaran dengan Bahasa Inggris.
"Bukan masalah banyak siswa yang tidak menguasai Bahasa Inggris, tetapi lebih kepada mengedepankan kearifan lokal demi meningkatkan jiwa nasionalisme siswa. Di Jepang atau negara maju, mana ada RSBI/SBI yang pembelajarannya harus dengan Bahasa Inggris," tutur dia.
Globalisasi memang sudah membelit, tetapi kata dia, bukan berarti pembelajaran diarahkan condong ke pendidikan asing. Guna meningkatkan kompetensi siswa, pemerintah harus mendorong para pengelola RSBI/SBI mengoptimalkan fasilitas yang dimiliki.
Retmono memandang, meski sudah banyak sekolah berstatus RSBI/SBI dan sistem tersebut sudah berlangsung bertahun-tahun, tetapi dalam implementasinya, belum optimal. Bahkan, tak sedikit lulusan yang dihasilkan bermutu lebih rendah dibanding sekolah di luar RSBI/SBI.
Untuk itu, evaluasi RSBI/SBI harus dilakukan secepatnya dengan membentuk panitia khusus atau komisi yang menilai seberapa jauh keuntungan dan kekurangan RSBI/SBI. Penilaian tersebut terkait seberapa efektif tingginya anggaran yang digelontorkan dengan sistem pengajaran dan kualitas lulusan. "Jika memang keuntungannya lebih banyak, RSBI/SBI patut dilanjutkan," ungkapnya.
Dalam evaluasi tersebut, Kemendiknas harus mendengar suara warga atau stake holder pendidikan yang menghendaki pemerataan kualitas dan keadilan dalam pendidikan. "Proses dan hasil evalusasi harus dipublikasikan dan dilakukan transparan. Salah satu yang harus diikutkan dalam evaluasi yakni membandingkan hasil ujian nasional siswa RSBI/SBI dengan sekolah biasa," kata Retmono. [R/CN]
Indonesia Jangan Buru-buru Bangun PLTN
Semarang - Krisis nuklir di Fukushima yang berlangsung menyusul gempa dan tsunami melanda Jepang, harus dijadikan referensi bagi negara mana pun yang memiliki fasilitas pembangkit listrik tenaga nuklir. Termasuk oleh Indonesia yang berencana membangun PLTN untuk suplai energi di masa mendatang.
"Jangan melihat PLTN tabu. Tapi juga jangan langsung memutuskan perlunya membangun tanpa melihat hasil kajian," kata B.J. Habibie usai kuliah umum "Perkembangan Teknologi dan Wawasan Indonesia" di Universitas Diponegoro, Tembalang, Semarang, Sabtu (19/3/2011).
Pernyataannya di atas menjawab pertanyaan urgensi pembangunan PLTN di Indonesia. Mantan Presiden RI itu mengingatkan bahwa pembangunan PLTN berkaitan dengan aspek ekonomi dan kebutuhan energi, sehingga perlu melihat terlebih dulu hasil kajian.
Saat ini para pakar nuklir di Jepang dan Perancis sedang melakukan kajian terhadap krisis di Fukushima. Rekomendasi hasil kajian itu, menurut Habibie akan sangat berpengaruh prosedur penanganan keamanan fasilitas pembangkit energi yang memanfaatkan teknologi nuklir. "Lihat saja dulu kajian pakar di sana," ujar mantan menristek era Presiden Soeharto itu. [R/dtc]
"Jangan melihat PLTN tabu. Tapi juga jangan langsung memutuskan perlunya membangun tanpa melihat hasil kajian," kata B.J. Habibie usai kuliah umum "Perkembangan Teknologi dan Wawasan Indonesia" di Universitas Diponegoro, Tembalang, Semarang, Sabtu (19/3/2011).
Pernyataannya di atas menjawab pertanyaan urgensi pembangunan PLTN di Indonesia. Mantan Presiden RI itu mengingatkan bahwa pembangunan PLTN berkaitan dengan aspek ekonomi dan kebutuhan energi, sehingga perlu melihat terlebih dulu hasil kajian.
Saat ini para pakar nuklir di Jepang dan Perancis sedang melakukan kajian terhadap krisis di Fukushima. Rekomendasi hasil kajian itu, menurut Habibie akan sangat berpengaruh prosedur penanganan keamanan fasilitas pembangkit energi yang memanfaatkan teknologi nuklir. "Lihat saja dulu kajian pakar di sana," ujar mantan menristek era Presiden Soeharto itu. [R/dtc]
Gereja Pantekosta di Kediri Terima Paket Misterius
Kediri - Sebuah paket misterius yang diduga berisi bom juga diterima Gereja Pantekosta di Indonesia (GPdI) Cabang Kecamatan Kepung, Kabupaten Kediri.
Informasi yang berhasil dihimpun detiksurabaya.com menyebutkan, paket tersebut
diterima seorang petugas di GPdI yang berlokasi di Desa Damarwulan.
Dari kurir yang mengirimkannya, paket disebutkan berisi buku. Namun kecurigaan muncul karena tidak tertera identitas lengkap pengirimnya.
"Dari kecurigaan itu, pihak gereja akhirnya melapor ke polisi," kata seorang warga
yang tinggal di sekitar lokasi saat dihubungi detiksurabaya.com, Sabtu (19/3/2011).
Sementara Komandan Kompi I Sat Brimob Detasemen C Polda Jatim di Kediri, Dwi Warsito juga membenarkan adanya paket mencurigakan yang diduga bom dan diterima oleh sebuah gereja.
Pihaknya bahkan sudah mengirimkan satu regu Tim Penjinak Bom (Jibom) ke
lokasi kejadian, setelah sebelumnya diminta oleh Polres Kediri.
"Saya sendiri tidak ikut, ada pekerjaan di kantor. Anggota Jibom sudah berangkat
sekitar satu jam yang lalu," kata Dwi.
Dwi menambahkan, pihaknya sudah memberikan instruksi awal ke aparat kepolisian yang sudah ada di lokasi, agar tidak melakukan tindakan penjinakan tanpa prosedur.
Penjianakan diminta menggu kedatangan Jibom ke lokasi.
"Informasinya anggota Jibom sudah di lokasi. Mungkin akan segera dilakukan peledakan," pungkasnya. [R/dtc]
Informasi yang berhasil dihimpun detiksurabaya.com menyebutkan, paket tersebut
diterima seorang petugas di GPdI yang berlokasi di Desa Damarwulan.
Dari kurir yang mengirimkannya, paket disebutkan berisi buku. Namun kecurigaan muncul karena tidak tertera identitas lengkap pengirimnya.
"Dari kecurigaan itu, pihak gereja akhirnya melapor ke polisi," kata seorang warga
yang tinggal di sekitar lokasi saat dihubungi detiksurabaya.com, Sabtu (19/3/2011).
Sementara Komandan Kompi I Sat Brimob Detasemen C Polda Jatim di Kediri, Dwi Warsito juga membenarkan adanya paket mencurigakan yang diduga bom dan diterima oleh sebuah gereja.
Pihaknya bahkan sudah mengirimkan satu regu Tim Penjinak Bom (Jibom) ke
lokasi kejadian, setelah sebelumnya diminta oleh Polres Kediri.
"Saya sendiri tidak ikut, ada pekerjaan di kantor. Anggota Jibom sudah berangkat
sekitar satu jam yang lalu," kata Dwi.
Dwi menambahkan, pihaknya sudah memberikan instruksi awal ke aparat kepolisian yang sudah ada di lokasi, agar tidak melakukan tindakan penjinakan tanpa prosedur.
Penjianakan diminta menggu kedatangan Jibom ke lokasi.
"Informasinya anggota Jibom sudah di lokasi. Mungkin akan segera dilakukan peledakan," pungkasnya. [R/dtc]
186 Pelajar SLTA Bersaing di English Contest 2011
Tegal - Sebanyak 186 pelajar SLTA dan MA negeri maupun swasta se-Karesidenan Pekalongan, bersaing ketat di ajang Eglish Contest 2011 di Kampus UPS Tegal Jl.Halmahera No 1, Selasa (8/3).
Lomba itu digelar Himpunan Mahasiswa Bahasa Inggris FKIP UPS Tegal, dengan dua kategori. Yaitu lomba Pidato Bahasa Inggris (Speech Contest) dan Cerdas Cermat Bahasa Inggris (English Quicky Macky).
“Tahun ini cukup banyak pesertanya. Bahkan dari sisi kualitas, mengalami peningkatan. Kemungkinan tiap perwakilan sekolah yang dikirim untuk mengikuti lomba ingin menunjukan kemajuan kualitas berbahasa Inggrisnya. Jadi persaingannya sangat ketat,” ucap Dekan FKIP Dr Hj Siti Hartinah DS MM didampingi Kepala Prodi PBI H Sumartono SPd.
Keduanya sangat mengapresiasikan kegiatan tersebut. Salah satunya, karena meningkatkan kreativitas siswa dalam menerapkan bahasa Inggris secara komunikatif, serta menjalin silaturahim antara Prodi Bahasa Inggris dengan sekolah.”
Agenda Tahunan
Ketua HMPS Prodi PBI Veny Verawati mengatakan, kegiatan tersebut merupakan agenda tahunan dari serangkaian program-program fakultas. Sedang ketua panitia, Ekfindar Diliana, mengemukakan, lomba diikuti perwakilan 46 SMA/MA dengan jumlah peserta sebanyak 186 peserta.
Perinciannya, 81 peserta mengikuti Speech Contest dan 105 peserta bertarung ketat di ajang Quicky Macky yang terbagi dalm 35 regu. “Pemenang lomba mendapatkan trofi , piagam penghargaan dan uang pembinaan. Sedang juara umum berhak atas piala bergilir Rektor UPS Tegal,” ucap peraih beasiswa IELSP Chort 9 yang diselenggarakn oleh IIEF Jakarta. [R/Abdus Syakur]
Langganan:
Postingan (Atom)