Pengunjung

Senin, 18 April 2011

Anggaran Perawatan Makam Kartini Minim

Rembang- Status pahlawan nasional tak lantas membuat kompleks makam RA Kartini mendapat perhatian ekstra dari Pemkab Rembang. Tahun ini, pemkab setempat hanya menganggarkan Rp 6 juta untuk perawatan salah satu tujuan wisata ziarah yang berlokasi di Desa/Kecamatan Bulu, Kabupaten Rembang itu.
Terakhir, pemkab sempat merenovasi makam dengan membuat pendapa di depan kompleks makam 2008 lalu. Namun karena kesalahan teknis, atap bangunan tersebut kini sudah bocor saat hujan deras turun.
“Kesalahan teknis pemasangan atap pendapa yang terlalu rendah dengan atap kompleks pemakaman itu tak diperhitungkan pengembang saat pelaksanaan pembangunan pendapa dilakukan,” ujar Suranto SH, Kepala Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertran) Kabupaten Rembang, Selasa (19/4).
Disebutkan, Pemkab Rembang telah menunjuk Dinsosnakertrans setempat untuk mengurus perawatan makam pahlawan. Suranto menyebutkan, tahun ini pihaknya hanya mendapat alokasi anggaran Rp 30 juta untuk perawatan makam pahlawan di Rembang.
Penggunaan anggaran terbesar tersedot ke penataan makam pahlawan Giri Bhakti di Desa Kabongan Kidul untuk membuat sumur untuk peziarah dan mendukung penataan taman makam pahlawan. “Untuk makam kartini hanya dianggarkan Rp 6 juta. Itu pun untuk perawatan kecil saja,” jelasnya.
Suranto menambahkan, minimnya angaran perawatan makam tokoh emansipasi itu bukan bermaksud mengecilkan peran Kartini. Disebutkan, makam Kartini yang berada di komplek makam keluarga Djojo Adhiningrat, mantan Bupati Rembang, sehingga diperlukan izin dari pihak keluarga untuk menambah bangunan di areal pemakaman.
Sebagai tokoh pahlawan nasional, makam RA Kartini banyak dikunjungi peziarah, khususnya menjelang tanggal 21 April. Tahun ini, perayaan puncak peringatan Hari Kartini tingkat Jawa Tengah akan dipusatkan di Kabupaten Rembang. “Pemerintah pusat kabarnya akan mengucurkan anggaran untuk perawatan makam pahlawan nasional. Tapi jumlahnya berapa kami belum bisa memastikannya,” tandasnya. [R/CN]

8.300 Hektar Lahan di 4 Kecamatan Kritis

Wonosobo- Lahan hutan lindung seluas 8300 hektar di Kecamatan Kejajar, Garung, Kertek, dan Watumalang saat ini benar-benar kritis. Upaya penyadaran dari Pemkab masih nihil lantaran tingkat kesadaran masyarakat yang tinggal di kawasan perbukitan dan pegunungan itu kurang. Karena itu Pemkab menarget penanaman 3 juta bibit dalam kurun waktu tiga tahun mendatang.
“Kami berharap kepada semua yang hadir turut memberikan kontribusi secara nyata untuk menghijaukan kembali alam Wonosobo,” kata bupati HA Kholiq Arif Msi di gedung Serba Guna Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi di Jakarta kepada 500 anggota Ikatan Keluarga Wonosobo (IKW) se Jabodetabek Minggu (17/4).
Hadir dalam acara tersebut Wakil Bupati Wonosobo Dra Hj Maya Rosida MM, Sekretaris Daerah Pemda Wonosobo Drs Eko Sutrisno Wibowo MM beberapa kepala SKPD. Acara yang berlangsung kurang lebih selama setengah hari itu juga dimeriahkan pentas seni dan jamuan kuliner khas Wonosobo.
Ketua IKW Sunarno mengatakan temu kangen yang diselenggarakan ke 14 kalinya tersebut sebagai upaya merekatkan semangat kekeluargaan warga asal Wonosobo di Jabodetabek. Kata dia hingga kini tercatat sebanyak 1280 anggota yang bergabung IKW dengan prediksi total keseluruhan 2800 anggota.
“Sosialisasi IKW belum optimal, kami akan bekerja lebih ekstra keras lagi agar IKW lebih dikenal warga asli Wonosobo di Jabodetabek,” ucapnya.
Selain bekerja lebih giat, Sunarno menyatakan siap mendukung ajakan bupati untuk menyediakan benih yang akan ditanam di lahan kritis demi mewujudkan Wonosobo yang hijau dan asri seperti tempo dulu.
”Kami semua anggota IKW siap mendukung upaya penghijauan di kabupaten Wonosobo,” tandasnya. [R/Yudi]