Pengunjung
Kamis, 14 April 2011
Samijoyo All Star Luncurkan Kaus Pram
Blora - Memperingati lima tahun meninggalnya penulis dan sastrawan besar Pramoedya Ananta Toer tahun ini, Samijoyo All Star Production kembali meluncurkan kaus Pram. Dalam desain kaus itu termaktub kalimat 'Sejarah Akan Membuktika: Siapa yang benar, saya atau penguasa'. Eko Arifianto, pemilik Samijoyo All Star Production, mengutarakan, kaus warna hitam hasil kreasinya itu di lempar ke pasaran dengan harga Rp 50.000. Untuk pemesanan bisa menghubungi 081328775879. [R]
Indonesia Hadapi Tantangan Transparansi Penegakan Hukum
Makassar - Saat ini Indonesia masih menghadapi tantangan yang cukup serius yaitu membangun kembali transparansi penegakan hukum sebagai bentuk dinamika kehidupan berbangsa dan bernegara.
Ketua Mahkamah Agung (MA), Harifin Andi Tumpa, di Universitas Hasanuddin Makassar, Kamis mengatakan di era modern saat ini, khususnya sejak reformasi bergulir, transparansi merupakan suatu hal yang tidak bisa dihindari, termasuk dalam hal penegakan hukum di Indonesia.
Praktik-praktik penegakan hukum yang selama ini ditunjukkan oleh para penegak hukum, masih menunjukkan adanya ketidakterbukaan terhadap masyarakat, sehingga menimbulkan rendahnya kepercayaan masyarakat terhadap lembaga penegak hukum.
"Di lingkungan penegak hukum, masih tidak terdapat transparansi dalam setiap proses. Seharusnya dalam setiap tahapan proses, penegak hukum menyampaikan hasilnya, sehingga para pencari keadilan dapat mengetahui apakah proses tersebut sudah berjalan sesuai dengan prosedur," ungkapnya.
Dalam hal ini, proses penegakan hukum harus sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang harus disampaikan secara transparan kepada para pencari keadilan.
Hal ini banyak terkuak dalam kasus aparat penegak hukum yang seringkali memanfaatkan hukum sebagai alat untuk melahirkan impunitas yaitu kondisi dimana seseorang bisa dengan mudahnya terhindar dari jerat hukum.
"Selain itu, terdapat pula kasus rekayasa berita acara yang kemudian bermuara pada putusan, yang dilakukan karena adanya negosiasi-negosiasi antara pihak-pihak, baik secara langsung maupun melalui calo perkara," tuturnya.
Meskipun begitu, kata dia, buruknya transparansi penegakan hukum tidak dapat dilimpahkan seluruhnya kepada aparat penegak hukum, karena hal tersebut juga tidak terlepas dari peranan pihak dalam perkara, termasuk advokat.
Dalam beberapa kasus mafia hukum yang terungkap, tidak jarang keberadaan advokat memegang peranan penting yang mengatur perjalanan dari hasil suatu perkara, seperti yang terjadi dalam kasus Gayus Tambunan, Susno Duaji, dan kasus Hakim Ibrahim.
"Rendahnya transparansi penegakan hukum inilah yang menjadi salah satu faktor terbesar sehingga penegakan hukum di Indonesia masih dalam situasi yang carut marut," imbuhnya.
Oleh karena itu, transparansi penegakan hukum sangat diperlukan untuk mengindari terjadinya manipulasi fakta, penyalahgunaan kekuasaan, dan ketidakjujuran. [R/Ant]
Ketua Mahkamah Agung (MA), Harifin Andi Tumpa, di Universitas Hasanuddin Makassar, Kamis mengatakan di era modern saat ini, khususnya sejak reformasi bergulir, transparansi merupakan suatu hal yang tidak bisa dihindari, termasuk dalam hal penegakan hukum di Indonesia.
Praktik-praktik penegakan hukum yang selama ini ditunjukkan oleh para penegak hukum, masih menunjukkan adanya ketidakterbukaan terhadap masyarakat, sehingga menimbulkan rendahnya kepercayaan masyarakat terhadap lembaga penegak hukum.
"Di lingkungan penegak hukum, masih tidak terdapat transparansi dalam setiap proses. Seharusnya dalam setiap tahapan proses, penegak hukum menyampaikan hasilnya, sehingga para pencari keadilan dapat mengetahui apakah proses tersebut sudah berjalan sesuai dengan prosedur," ungkapnya.
Dalam hal ini, proses penegakan hukum harus sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang harus disampaikan secara transparan kepada para pencari keadilan.
Hal ini banyak terkuak dalam kasus aparat penegak hukum yang seringkali memanfaatkan hukum sebagai alat untuk melahirkan impunitas yaitu kondisi dimana seseorang bisa dengan mudahnya terhindar dari jerat hukum.
"Selain itu, terdapat pula kasus rekayasa berita acara yang kemudian bermuara pada putusan, yang dilakukan karena adanya negosiasi-negosiasi antara pihak-pihak, baik secara langsung maupun melalui calo perkara," tuturnya.
Meskipun begitu, kata dia, buruknya transparansi penegakan hukum tidak dapat dilimpahkan seluruhnya kepada aparat penegak hukum, karena hal tersebut juga tidak terlepas dari peranan pihak dalam perkara, termasuk advokat.
Dalam beberapa kasus mafia hukum yang terungkap, tidak jarang keberadaan advokat memegang peranan penting yang mengatur perjalanan dari hasil suatu perkara, seperti yang terjadi dalam kasus Gayus Tambunan, Susno Duaji, dan kasus Hakim Ibrahim.
"Rendahnya transparansi penegakan hukum inilah yang menjadi salah satu faktor terbesar sehingga penegakan hukum di Indonesia masih dalam situasi yang carut marut," imbuhnya.
Oleh karena itu, transparansi penegakan hukum sangat diperlukan untuk mengindari terjadinya manipulasi fakta, penyalahgunaan kekuasaan, dan ketidakjujuran. [R/Ant]
Roda Perekonomian Terancam Putus Akibat Kerusakan Jalan
Jambi- Roda perekonomian di sejumlah kawasan di Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi terancam putus akibat kondisi jalan di daerah itu banyak yang rusak parah.
Salah satunya adalah jalan menuju Kecamatan Dendang, Kecamatan Berbak, dan sejumlah jalan menuju desa-desa di Kecamatan Muarasabak Timur.
Dari pantauan ANTARA, di Muarasabak, ibu kota Kabupaten Tanjung Jabung Timur (Tanjabtim), Kamis, kondisi jalan menuju Kecamatan Dendang menuju arah ibu kota kabupaten maupun Kota Jambi dikeluhkan sejumlah warga maupun sopir-sopir angkutan.
Yanto (37) salah warga Dendang yang sehari-hari bekerja sebagai sopir mengaku sangat terganggu akan kondisi jalan yang ada.
Kondisi jalan sepanjang 15 kilometer itu, katanya, banyak berlubang dan berlumpur. Sehingga, tidak jarang banyak angkutan sawit maupun karet terguling yang ujung-ujungnya justru menyebabkan kerugian yang mengancam kondisi perekonomian masyarakat di daerah itu.
"Di sini angkutan banyak didominasi sawit dan karet, apalagi ini jalan lintas satu-satunya yang ada di Kecamatan Dendang. Kami berharap bupati yang baru benar-benar memperhatikan kondisi jalan di Tanjabtim. Sebab, jika tidak segera diperbaiki, warga disini akan kesulitan memasarkan hasil produksi kebunnya," ujar Yanto.
Hal yang sama juga dikatakan Puji (40) salah seorang warga Kecamatan Muarasabak Timur, perempuan yang biasa berjualan disejumlah pasar di Tanjabtim ini mengaku sangat terganggu oleh kondisi jalan yang rusak.
"Sudah lama jalan di Muarasabak Timur belum diperbaiki. Padahal ini adalah jalan utama menuju beberapa daerah ekonomi," ujarnya.
Menurut Puji, Kabupaten Tanjabtim belum memiliki pusat perdagangan, sehingga, kegiatan ekonomi masyarakat berada disejumlah lokasi desa maupun kelurahan yang berbeda-beda tiap harinya.
Akibatnya, para pedagang seperti dirinya harus berpindah setiap hari sesuai jadwal pasar untuk berdagang. Kondisi tersebut, katanya, sangat terganggu oleh kondisi jalan yang rusak.
"Tapi mau bagaimana lagi, itulah jalan satu-satunya, yang jelas akibat kondisi jalan beberapa harga barang cukup tinggi untuk ongkos transportasi," katanya.
Sementara itu, Bupati Tanjabtim, Zumi Zola berjanji, pada periode masa pemerintahannya akan memfokuskan diri pada perbaikan infrastruktur jalan di daerahnya.
"Sudah saya tegaskan sejak saya dilantik kemarin, kami akan fokus pada perbaikan infrastruktur. Untuk itu, masyarakat saya harap bisa bersabar, terlebih dahulu saya akan mendata seluruh jalan dan kondisinya untuk kemudian memberlakukan percepatan peningkatan infrastruktur di Tanjung Jabung Timur," jelas bupati termuda di Indonesia ini. [R/Ant]
Salah satunya adalah jalan menuju Kecamatan Dendang, Kecamatan Berbak, dan sejumlah jalan menuju desa-desa di Kecamatan Muarasabak Timur.
Dari pantauan ANTARA, di Muarasabak, ibu kota Kabupaten Tanjung Jabung Timur (Tanjabtim), Kamis, kondisi jalan menuju Kecamatan Dendang menuju arah ibu kota kabupaten maupun Kota Jambi dikeluhkan sejumlah warga maupun sopir-sopir angkutan.
Yanto (37) salah warga Dendang yang sehari-hari bekerja sebagai sopir mengaku sangat terganggu akan kondisi jalan yang ada.
Kondisi jalan sepanjang 15 kilometer itu, katanya, banyak berlubang dan berlumpur. Sehingga, tidak jarang banyak angkutan sawit maupun karet terguling yang ujung-ujungnya justru menyebabkan kerugian yang mengancam kondisi perekonomian masyarakat di daerah itu.
"Di sini angkutan banyak didominasi sawit dan karet, apalagi ini jalan lintas satu-satunya yang ada di Kecamatan Dendang. Kami berharap bupati yang baru benar-benar memperhatikan kondisi jalan di Tanjabtim. Sebab, jika tidak segera diperbaiki, warga disini akan kesulitan memasarkan hasil produksi kebunnya," ujar Yanto.
Hal yang sama juga dikatakan Puji (40) salah seorang warga Kecamatan Muarasabak Timur, perempuan yang biasa berjualan disejumlah pasar di Tanjabtim ini mengaku sangat terganggu oleh kondisi jalan yang rusak.
"Sudah lama jalan di Muarasabak Timur belum diperbaiki. Padahal ini adalah jalan utama menuju beberapa daerah ekonomi," ujarnya.
Menurut Puji, Kabupaten Tanjabtim belum memiliki pusat perdagangan, sehingga, kegiatan ekonomi masyarakat berada disejumlah lokasi desa maupun kelurahan yang berbeda-beda tiap harinya.
Akibatnya, para pedagang seperti dirinya harus berpindah setiap hari sesuai jadwal pasar untuk berdagang. Kondisi tersebut, katanya, sangat terganggu oleh kondisi jalan yang rusak.
"Tapi mau bagaimana lagi, itulah jalan satu-satunya, yang jelas akibat kondisi jalan beberapa harga barang cukup tinggi untuk ongkos transportasi," katanya.
Sementara itu, Bupati Tanjabtim, Zumi Zola berjanji, pada periode masa pemerintahannya akan memfokuskan diri pada perbaikan infrastruktur jalan di daerahnya.
"Sudah saya tegaskan sejak saya dilantik kemarin, kami akan fokus pada perbaikan infrastruktur. Untuk itu, masyarakat saya harap bisa bersabar, terlebih dahulu saya akan mendata seluruh jalan dan kondisinya untuk kemudian memberlakukan percepatan peningkatan infrastruktur di Tanjung Jabung Timur," jelas bupati termuda di Indonesia ini. [R/Ant]
Kesuksesan Bersama
Blora - Surprise! Ya, Kamis (14/4) pagi, merupakan salah satu hari yang sangat membahagiakan bagi Dra Sri Murtiningsih MS, Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Jateng. Betapa tidak, di pendapa rumah dinas bupati Blora, ternyata ia dinobatkan oleh Ikatan Penyuluh Keluarga Berencana (IPeKB) sebagai Ibu IPeKB Jateng dan motivator sejati program KB di provinsi ini.
''Ini surprise buat saya,'' ujarnya. Namun alumnus Jurusan Ilmu Sosial Politik (Sospol) Universitas Diponegoro (Undip) 1979 yang 28 tahun bertugas di BKKBN Pusat, itu menyebut kesuksesan yang diraih BKKBN Jateng selama ini, adalah berkat kerjasama banyak pihak. ''Saya sangat menghargai semangat teman-teman di lapangan yang luar biasa. Ini adalah penghargaan untuk Jateng,'' tegasnya.
Menjadi Kepala BKKBN Jateng sejak Juni 2009, lulusan Pasca Sarjana Universitas Indonesia (UI) pada Konsentrasi Lingkungan dan Ekologi manusia, Murti -sapaan akrab Kepala BKKBN Jateng- pun merasa menemukan suasana yang baru sekaligus nyaman, yang jauh berbeda jika dibandingkan saat ia di Jakarta.
''Saya bertugas di berbagai bidang saat di BKKBN Pusat. Namun di Jateng, di lapangan, saya menemukan sesuatu yang lain, yaitu keseimbangan hidup antara alam dan manusia yang tulus. Kita harus bergandeng tangan agar lebih baik lagi,'' tandasnya. [R]
''Ini surprise buat saya,'' ujarnya. Namun alumnus Jurusan Ilmu Sosial Politik (Sospol) Universitas Diponegoro (Undip) 1979 yang 28 tahun bertugas di BKKBN Pusat, itu menyebut kesuksesan yang diraih BKKBN Jateng selama ini, adalah berkat kerjasama banyak pihak. ''Saya sangat menghargai semangat teman-teman di lapangan yang luar biasa. Ini adalah penghargaan untuk Jateng,'' tegasnya.
Menjadi Kepala BKKBN Jateng sejak Juni 2009, lulusan Pasca Sarjana Universitas Indonesia (UI) pada Konsentrasi Lingkungan dan Ekologi manusia, Murti -sapaan akrab Kepala BKKBN Jateng- pun merasa menemukan suasana yang baru sekaligus nyaman, yang jauh berbeda jika dibandingkan saat ia di Jakarta.
''Saya bertugas di berbagai bidang saat di BKKBN Pusat. Namun di Jateng, di lapangan, saya menemukan sesuatu yang lain, yaitu keseimbangan hidup antara alam dan manusia yang tulus. Kita harus bergandeng tangan agar lebih baik lagi,'' tandasnya. [R]
Wartawan Tahlilan untuk Rosihan Anwar
Wonosobo - Puluhan Wartawan yang bertugas di Kabupaten Wonosobo membacakan yasin dan tahlil yang ditujukan kepada wartawan senior Rosihan Anwar. Hal itu dilakukakan karena pendiri Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) itu meninggal dunia Kamis (14/4/2011) pagi pukul 08.15 WIB di Rumah Sakit Metro Medical Center (MMC) Jakarta diusianya yang ke 89 tahun.
Sekretaris PWI Jateng V Muharno Zarka mengatakan aksi doa bersama para wartawan di Wonosobo itu sebagai bentuk penghormatan kepada tokoh Rosihan Anwar yang meninggal dunia. Menurutnya beliau sosok wartawan lintas generasi. Yakni dari pra, kemerdekaan, hingga usai kemerdekaan.
“Kami pelaku pers di Wonosobo sangat berduka.Setelah doa bersama ini akan kami gelar diskusi seputar sepak terjang Rosihan Anwar terkait implikasi historis pers nasional,” katanya.
Muharno menilai Rosihan Anwar layak jadi pahlawan pers nasional mengingat jasa-jasanya bagi perubahan bangsa Indonesai sangat besar. Selain itu, sebagai jurnalis beliau tidak hanya mencatat peristiwa namun bisa memberi kritik sosial kepada public demi kemajuan di semua lini bidang kehidupan berbangsa dan bernegara.
“Pemikiran Rosihan Anwar patut jadi referensi peliputan,” ungkapnya.
Hal senada dikatakan Ronaldo Bramantio salah seorang jurnalis dari media elektronik. Selaku jurnalis yunior ia merasakan kehilangan yang luar biasa. Karena sampai sekarang tampaknya belum ada jurnlais yang bisa mengantikan ketohohan sosok Rosihan Anwar.
“Rosihan adalah sosok tonggak awal kebebasan pers di Indonesia,” tuturnya.
Setelah para wartawan menggelar doa bersama di ruang balai wartawan Wonosobo mereka lantas menunaikan shalat ghoib di musala kompleks pendapa bupati Wonosobo. Setelah itu mereka kembali melanjutkan liputannya. [R/Yudi]
Sekretaris PWI Jateng V Muharno Zarka mengatakan aksi doa bersama para wartawan di Wonosobo itu sebagai bentuk penghormatan kepada tokoh Rosihan Anwar yang meninggal dunia. Menurutnya beliau sosok wartawan lintas generasi. Yakni dari pra, kemerdekaan, hingga usai kemerdekaan.
“Kami pelaku pers di Wonosobo sangat berduka.Setelah doa bersama ini akan kami gelar diskusi seputar sepak terjang Rosihan Anwar terkait implikasi historis pers nasional,” katanya.
Muharno menilai Rosihan Anwar layak jadi pahlawan pers nasional mengingat jasa-jasanya bagi perubahan bangsa Indonesai sangat besar. Selain itu, sebagai jurnalis beliau tidak hanya mencatat peristiwa namun bisa memberi kritik sosial kepada public demi kemajuan di semua lini bidang kehidupan berbangsa dan bernegara.
“Pemikiran Rosihan Anwar patut jadi referensi peliputan,” ungkapnya.
Hal senada dikatakan Ronaldo Bramantio salah seorang jurnalis dari media elektronik. Selaku jurnalis yunior ia merasakan kehilangan yang luar biasa. Karena sampai sekarang tampaknya belum ada jurnlais yang bisa mengantikan ketohohan sosok Rosihan Anwar.
“Rosihan adalah sosok tonggak awal kebebasan pers di Indonesia,” tuturnya.
Setelah para wartawan menggelar doa bersama di ruang balai wartawan Wonosobo mereka lantas menunaikan shalat ghoib di musala kompleks pendapa bupati Wonosobo. Setelah itu mereka kembali melanjutkan liputannya. [R/Yudi]
PBNU Minta Akhiri Kekerasan di Libya
Jakarta- Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mendesak semua pihak mengakhiri kekerasan dan lebih mendorong proses dialog dalam penyelesaian krisis politik di Libya.
"Kekerasan tidak boleh diatasi dengan kekerasan," kata Ketua Umum PBNU, KH Said Aqil Siroj, usai pertemuan tertutup dengan Duta Besar Inggris untuk Indonesia, Martin Alan Hatful, di kantor PBNU di Jakarta, Kamis.
Ia mengakui, Presiden Libya, Muamar Gaddafi, memang pemimpin diktator.
Namun, katanya, penyelesaian krisis politik di negara kaya minyak itu tetap harus diupayakan secara damai melalui dialog.
Hal yang sama juga dikemukakan Said Aqil saat menerima kunjungan Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia, Scott Marciel, yang datang sesudah rombongan Dubes Inggris.
Persoalan Libya salah satu isu yang dibicarakan PBNU dengan Dubes Inggris dan Dubes AS, selain isu lainnya seperti tentang Timur Tengah, perubahan iklim, dan pendidikan.
Kepada Dubes Martin Hatful, Said Aqil menyampaikan bahwa Inggris selama ini dinilai sebagai negara yang paling baik di mata dunia muslim dibandingkan dengan negara Eropa lainnya.
Ia mengatakan, komitmen Inggris terhadap kebebasan beragama dan penghargaan terhadap kesetaraan telah dibuktikan dengan adanya warga negara itu beragama Islam yang menjadi anggota parlemen dan pejabat publik.
Ia berharap, Inggris mampu mempertahankan citra positif itu dengan tidak mengambil sikap dan kebijakan yang salah.
"Inggris jangan sampai salah dalam mengambil sikap yang nantinya bisa mengubah citranya di dunia muslim. Kalau bisa citranya semakin bagus di dunia muslim," katanya.
Martin Hatful menjelaskan, keterlibatan Inggris dalam operasi militer di Libya untuk menjalankan resolusi PBB yang ditujukan melindungi warga sipil dari serangan militer pendukung pemerintahan Gaddafi.
"Ini bukan konflik antara Barat dengan Islam," kata Martin Hatful. [R/Ant]
"Kekerasan tidak boleh diatasi dengan kekerasan," kata Ketua Umum PBNU, KH Said Aqil Siroj, usai pertemuan tertutup dengan Duta Besar Inggris untuk Indonesia, Martin Alan Hatful, di kantor PBNU di Jakarta, Kamis.
Ia mengakui, Presiden Libya, Muamar Gaddafi, memang pemimpin diktator.
Namun, katanya, penyelesaian krisis politik di negara kaya minyak itu tetap harus diupayakan secara damai melalui dialog.
Hal yang sama juga dikemukakan Said Aqil saat menerima kunjungan Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia, Scott Marciel, yang datang sesudah rombongan Dubes Inggris.
Persoalan Libya salah satu isu yang dibicarakan PBNU dengan Dubes Inggris dan Dubes AS, selain isu lainnya seperti tentang Timur Tengah, perubahan iklim, dan pendidikan.
Kepada Dubes Martin Hatful, Said Aqil menyampaikan bahwa Inggris selama ini dinilai sebagai negara yang paling baik di mata dunia muslim dibandingkan dengan negara Eropa lainnya.
Ia mengatakan, komitmen Inggris terhadap kebebasan beragama dan penghargaan terhadap kesetaraan telah dibuktikan dengan adanya warga negara itu beragama Islam yang menjadi anggota parlemen dan pejabat publik.
Ia berharap, Inggris mampu mempertahankan citra positif itu dengan tidak mengambil sikap dan kebijakan yang salah.
"Inggris jangan sampai salah dalam mengambil sikap yang nantinya bisa mengubah citranya di dunia muslim. Kalau bisa citranya semakin bagus di dunia muslim," katanya.
Martin Hatful menjelaskan, keterlibatan Inggris dalam operasi militer di Libya untuk menjalankan resolusi PBB yang ditujukan melindungi warga sipil dari serangan militer pendukung pemerintahan Gaddafi.
"Ini bukan konflik antara Barat dengan Islam," kata Martin Hatful. [R/Ant]
Pengungsi Lahar Masih Butuh Bantuan
Magelang - Aliran bantuan dari para donatur dan relawan untuk pengungsi korban banjir lahar dingin menurun drastis. Kondisi ini, membuat stok logistik di berbagai lokasi pengungsian mulai menipis.
Tempat Pengungsian Akhir (TPA) Tanjung Muntilan, misalnya, dalam seminggu terakhir tidak ada donatur yang datang menyalurkan bantuan. Padahal, di TPA Tanjung masih ada 593 pengungsi dari Desa Sirahan, Kecamatan Salam, dan warga Drojogan, Desa Adikarto, Muntilan.
Para pengungsi ini, mulai menempati lokasi pengungsian ini sejak 9 Januari lalu atau sudah hampir empat bulan. "Sekarang makin sedikit bantuan yang datang. Kalau pun ada donatur datang, paling seminggu sekali," kata petugas Dinas Tenaga Kerja Sosial dan Transmigrasi Kabupaten Magelang di TPA Tanjung Harjono.
Harjono menduga, semakin seretnya bantuan ini akibat lamanya waktu pengungsian. Jika dihitung dari masa erupsi Gunung Merapi maka TPA Tanjung ini sudah digunakan selama hampir tujuh bulan.
Menurut dia, saat ini sejumlah kebutuhan pengungsi bahkan sudah habis. Sebut saja, air mineral dengan kebutuhan 10 dus per hari, lauk pauk, biaya antarjemput anak ke sekolah dan obat-obatan. Selain itu, susu balita dan untuk orang lanjut usia serta mie instan juga sudah menipis.
Ia menuturkan, untuk memenuhi kebutuhan makan dan minum para relawan, tinggal mengandalkan bantuan pemerintah. Seperti diketahui, setiap pengungsi diberi jatah hidup berupa beras 0,4 kg dan uang Rp4.500 per jiwa per hari. Dengan jumlah itu, pengungsi hanya bisa makan dengan sayur dan lauk tempe atau telur.
Selain itu, kata dia, para pengungsi juga membutuhkan bantuan uang saku sekolah dan biaya transportasi. Hal ini, karena mereka harus bersekolah dari lokasi pengungsian, padahal orang tua mereka tidak bekerja.
Setiap hari, 125 pengungsi anak-anak diantar ke sekolah dengan menggunakan dua unit truk. "Ada dua truk milik Pemerintah yang kami siagakan untuk mengantar, namun karena tidak ada anggaran, jadi petugas harus mencari donatur untuk membeli solar," jelas Harjono.
Selain di TPA Tanjung, sejumlah lokasi pengungsian juga masih membutuhkan bantuan. Yakni, Balai Desa Blongkeng, Kecamatan Ngluwar, Balai Desa Tersan Gede, Salam serta Dusun Sudimoro, Adikarto, Muntilan. [R/CN]
Tempat Pengungsian Akhir (TPA) Tanjung Muntilan, misalnya, dalam seminggu terakhir tidak ada donatur yang datang menyalurkan bantuan. Padahal, di TPA Tanjung masih ada 593 pengungsi dari Desa Sirahan, Kecamatan Salam, dan warga Drojogan, Desa Adikarto, Muntilan.
Para pengungsi ini, mulai menempati lokasi pengungsian ini sejak 9 Januari lalu atau sudah hampir empat bulan. "Sekarang makin sedikit bantuan yang datang. Kalau pun ada donatur datang, paling seminggu sekali," kata petugas Dinas Tenaga Kerja Sosial dan Transmigrasi Kabupaten Magelang di TPA Tanjung Harjono.
Harjono menduga, semakin seretnya bantuan ini akibat lamanya waktu pengungsian. Jika dihitung dari masa erupsi Gunung Merapi maka TPA Tanjung ini sudah digunakan selama hampir tujuh bulan.
Menurut dia, saat ini sejumlah kebutuhan pengungsi bahkan sudah habis. Sebut saja, air mineral dengan kebutuhan 10 dus per hari, lauk pauk, biaya antarjemput anak ke sekolah dan obat-obatan. Selain itu, susu balita dan untuk orang lanjut usia serta mie instan juga sudah menipis.
Ia menuturkan, untuk memenuhi kebutuhan makan dan minum para relawan, tinggal mengandalkan bantuan pemerintah. Seperti diketahui, setiap pengungsi diberi jatah hidup berupa beras 0,4 kg dan uang Rp4.500 per jiwa per hari. Dengan jumlah itu, pengungsi hanya bisa makan dengan sayur dan lauk tempe atau telur.
Selain itu, kata dia, para pengungsi juga membutuhkan bantuan uang saku sekolah dan biaya transportasi. Hal ini, karena mereka harus bersekolah dari lokasi pengungsian, padahal orang tua mereka tidak bekerja.
Setiap hari, 125 pengungsi anak-anak diantar ke sekolah dengan menggunakan dua unit truk. "Ada dua truk milik Pemerintah yang kami siagakan untuk mengantar, namun karena tidak ada anggaran, jadi petugas harus mencari donatur untuk membeli solar," jelas Harjono.
Selain di TPA Tanjung, sejumlah lokasi pengungsian juga masih membutuhkan bantuan. Yakni, Balai Desa Blongkeng, Kecamatan Ngluwar, Balai Desa Tersan Gede, Salam serta Dusun Sudimoro, Adikarto, Muntilan. [R/CN]
Melihat dari Dekat Ritual "Jati Nganten"
Blora - Menebang pohon jati sama sulitnya saat merawatnya. Tidak bisa asal-asalan melakukan penebangan jati, apalagi masyarakat memiliki kepercayaan, bahwa dari sekian jati yang akan ditebang, pasti ada yang memiliki 'keramat'.
Berdasarkan kepercayaan ini, maka dipilihlah satu pohon jati yang kemudian dianggap sebagai 'jati nganten'. Di sanalah ritual akan digelar, sebelum dimulai penebangan. Doa-doa dipanjatkan, agar blandong (penebang) yang bekerja diberi keselamatan dalam melaksanakan tugasnya hingga akhir.
Ritual dengan memanjatkan doa-doa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa sebelum memulai penebangan jati, juga terlihat saat Kantor Pemangku Hutan (KPH) Blora akan memulai penebangan di Petak 121 A RPH Nglawungan, BKPH Nglawungan, akhir Maret lalu.
Sebagaimana dalam upacara selametan lainnya, dalam ritual tersebut juga ada tumpengan dan aneka jajan pasar. 'Ubo rampai' itu lalu diletakkan bawah 'jati nganten', kemudian dipimpin tokoh masyarakat, doa-doa dipanjatkan diikuti khusyuk para blandong. Sebelum doa dilakukan, tokoh masyarakat yang memimpin upacara selametan membakar kemeyan terlebih dahulu.
''Doa ini kita panjatkan kepada Allah Swt agar pekerja diberikan keselamatan dalam menjalankan tugasnya sampai akhir,'' terang Mulyono, Modin Desa Sumberejo, Kecamatan Tunjungan, pemimpin ritual.
Tebang Pertama
Waji, warga yang sudah empat tahun tinggal di hutan jati yang diapit oleh Gunung Gamping, Gunung Turoyo, Gunung Kepencil, dan Gunung Kertojoyo, mengatakan, dalam kepercayaan masyarakat sekitar hutan sampai saat ini, memang ada pohon-pohon yang dikeramatkan. Tak terkecuali pohon jati.
"Niki sampun dados kepercayaane masyarakat, bilih jati-jati niku dipun keramatake. Milo menawi bade dipun tebang, kedah mawi selametan rumiyin. (Ini sudah menjadi kepercayaan masyarakat, bahwa ada jati yang keramatkan. Maka saat akan menebang, harus menggelar selametan terlebih dahulu," ujar lelaki kelahiran 59 tahun lalu itu.
Mulyono, modin desa yang memimpin jalannya selametan mengemukakan, ritual yang digelar sebelum penebangan itu bukan hal syirik. ''Pada dasarnya, semua permohonan ini kami tujukan kepada Allah Swt, Tuhan Yang Maha Kuasa, agar dalam melakukan penebangan diberikan keselamatan," tegasnya.
Usai selametan, tumpeng dan ubo rampai ritual itu dimakan bersama oleh para blandong dan semua yang hadir di situ. Tak ketinggalan, Wakil Kepala Administratur (Waka ADM) KPH Blora Budi Santoso, Asper RPH NGlawungan Kastur, dan para pejabat di lingkungan KPH Blora yang hadir dalam ritual menjelang penebangan jati dilakukan, ikut menikmati hidangan yang ada.
Setelah beberapa saat beristirahat setelah makan 'nasi kajatan' dan jajanan pasar yang ada, baru kemudian penebangan dilakukan. Tidak sembarangan jati yang ditebang terlebih dahulu. ''Ingkang dipun tebang jati nganten rumiyin. Kersane mburine anut. (Yang ditebang jati nganten dulu, supaya belakangnya mengikuti,'' terang Mulyono.
Selain ritual yang digelar, hal lain yang menarik dalam prosesi penebangan jati di tengah hutan yang harus menyusuri jalanan berbatu yang cukup curam dan tajam itu, adalah adanya sapi-sapi besar yang digunakan 'nyarad' jati-jati yang telah ditebang. Nyarad adalah memindahkan jati-jati ke truk-truk yang telah tersedia, yang selanjutkan dikumpulkan di tempat penimbunan kayu. ''Pada zaman dulu jati di-sarad dan diangkut menggunakan Lori, tetapi saat ini sudah ada truk,'' ujar HUmas KPH Blora Teguh Agusman. [R]
Berdasarkan kepercayaan ini, maka dipilihlah satu pohon jati yang kemudian dianggap sebagai 'jati nganten'. Di sanalah ritual akan digelar, sebelum dimulai penebangan. Doa-doa dipanjatkan, agar blandong (penebang) yang bekerja diberi keselamatan dalam melaksanakan tugasnya hingga akhir.
Ritual dengan memanjatkan doa-doa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa sebelum memulai penebangan jati, juga terlihat saat Kantor Pemangku Hutan (KPH) Blora akan memulai penebangan di Petak 121 A RPH Nglawungan, BKPH Nglawungan, akhir Maret lalu.
Sebagaimana dalam upacara selametan lainnya, dalam ritual tersebut juga ada tumpengan dan aneka jajan pasar. 'Ubo rampai' itu lalu diletakkan bawah 'jati nganten', kemudian dipimpin tokoh masyarakat, doa-doa dipanjatkan diikuti khusyuk para blandong. Sebelum doa dilakukan, tokoh masyarakat yang memimpin upacara selametan membakar kemeyan terlebih dahulu.
''Doa ini kita panjatkan kepada Allah Swt agar pekerja diberikan keselamatan dalam menjalankan tugasnya sampai akhir,'' terang Mulyono, Modin Desa Sumberejo, Kecamatan Tunjungan, pemimpin ritual.
Tebang Pertama
Waji, warga yang sudah empat tahun tinggal di hutan jati yang diapit oleh Gunung Gamping, Gunung Turoyo, Gunung Kepencil, dan Gunung Kertojoyo, mengatakan, dalam kepercayaan masyarakat sekitar hutan sampai saat ini, memang ada pohon-pohon yang dikeramatkan. Tak terkecuali pohon jati.
"Niki sampun dados kepercayaane masyarakat, bilih jati-jati niku dipun keramatake. Milo menawi bade dipun tebang, kedah mawi selametan rumiyin. (Ini sudah menjadi kepercayaan masyarakat, bahwa ada jati yang keramatkan. Maka saat akan menebang, harus menggelar selametan terlebih dahulu," ujar lelaki kelahiran 59 tahun lalu itu.
Mulyono, modin desa yang memimpin jalannya selametan mengemukakan, ritual yang digelar sebelum penebangan itu bukan hal syirik. ''Pada dasarnya, semua permohonan ini kami tujukan kepada Allah Swt, Tuhan Yang Maha Kuasa, agar dalam melakukan penebangan diberikan keselamatan," tegasnya.
Usai selametan, tumpeng dan ubo rampai ritual itu dimakan bersama oleh para blandong dan semua yang hadir di situ. Tak ketinggalan, Wakil Kepala Administratur (Waka ADM) KPH Blora Budi Santoso, Asper RPH NGlawungan Kastur, dan para pejabat di lingkungan KPH Blora yang hadir dalam ritual menjelang penebangan jati dilakukan, ikut menikmati hidangan yang ada.
Setelah beberapa saat beristirahat setelah makan 'nasi kajatan' dan jajanan pasar yang ada, baru kemudian penebangan dilakukan. Tidak sembarangan jati yang ditebang terlebih dahulu. ''Ingkang dipun tebang jati nganten rumiyin. Kersane mburine anut. (Yang ditebang jati nganten dulu, supaya belakangnya mengikuti,'' terang Mulyono.
Selain ritual yang digelar, hal lain yang menarik dalam prosesi penebangan jati di tengah hutan yang harus menyusuri jalanan berbatu yang cukup curam dan tajam itu, adalah adanya sapi-sapi besar yang digunakan 'nyarad' jati-jati yang telah ditebang. Nyarad adalah memindahkan jati-jati ke truk-truk yang telah tersedia, yang selanjutkan dikumpulkan di tempat penimbunan kayu. ''Pada zaman dulu jati di-sarad dan diangkut menggunakan Lori, tetapi saat ini sudah ada truk,'' ujar HUmas KPH Blora Teguh Agusman. [R]
Langganan:
Postingan (Atom)