Yogyakarta - Pertumbuhan jumlah penduduk yang begitu pesat serta perubahan perilaku hidup sehat yang terjadi di Kabupaten Bantul, merupakan salah satu faktor penyebab meningkatnya volume sampah yang terjadi di daerah itu.
Meningkatnya volume sampah yang mengancam Kabupaten Bantul tersebut, menurut Ketua Komisi C DPRD Bantul, Drs Agus Subagyo. Saat ini, tercatat produksi sampah mencapai 10 ton per hari, dari periode sebelum yang sekitar 5 ton.
Ledakan sampah ini, menurut Agus Subagyo, tidak dapat dihindari, karena pertumbuhan jumlah masyarakat serta perubahan perilaku hidup sehat yang terjadi dalam lingkungan masyarakat kita. "Sejak beberapa bulan terakhir ini, ledakan sampah memang cukup tinggi," kata Agus di Gedung KPRI Bantul pada acara pendapat Raperda Pengelolaan Sampah, Jumat (25/3/2011).
Lebih lanjut Aus mengatakan, untuk membatasi ledakan sampah saat ini tengah dirancang Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) Pengelolaan Sampah yang menginduk pada Undang-undang No 18 tahun 2008. Diharapkan, jika raperda ini menjadi peraturan daerah (Perda), dapat mengikat dan memaksa masyarakat untuk mengelola sampah secara mandiri. Pengelolaan yang dilakukan di sumber sampah adalah kunci pengurangan produksi sampah.
Selain itu, juga musti dilakukan pemanfaatan ulang, dan daur ulang sampah. "Jika mekanisme ini berlangsung baik, sampah dapat menjadi sumber daya energi yang berguna," kata politisi dari Partai Golkar ini. Dengan pengelolaan yang terpadu, maka Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Piyungan, akan menjadi tempat pemprosesan sampah menjadi sumber energi.
Agus menuturkan, pada tahun 2012, TPA Piyungan akan ditutup karena volume yang sudah memenuhi kapasitas. Dia menegaskan bahwa wacana perluasan TPA akan membawa implikasi baru terhadap masyarakat, terutama dalam hubungan sosial.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar