Jakarta - Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir di Semenanjung Muria dan wilayah lain di Indonesia harus dihentikan. Peristiwa bencana gempa dan tsunami di Jepang yang menyebabkan rusaknya reaktor nuklir disana, harus menjadi perhatian serius, dan dijadikan alasan penolakannya.
"Kejadian rusaknya, bocornya PLTN di Fukushima harus jadi perhatian serius. Pertama Jepang yang sangat berpengalaman dalam bidang Nuklir, punya kecermatan melakukan kontrol, dan masyarakatnya sangat tertib dan disiplin saja, begitu terkena dampak mengalami kesulitan besar. Apalagi kita. Oleh sebab itu WALHI konsisten menolak PLTN di Muria dan di Indonesia," kata Direktur Nasional Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) Berry N Furqan, Selasa (15/3) siang.
Menurut Berry, pembangunan PLTN di Indonesia-yang dalam kacamata WALHI sebagai negeri darurat bencana- terkesan dipaksakan, disaat upaya memaksimalkan sumber energi bentuk lain belum juga dilakukan.
Berry mengaku pada saat mengisi sesi diskusi di Lemhanas, yang berkembang dan mendominasi pemikiran peserta adalah Nuklir
sebagai energi alternatif terbaik pada saat energi fosil menipis sampai habis.
"Ya ini karena ada unsur pemaksaan. Mengapa tidak kita lakukan kajian yang maksimal tentang energi angin, arus laut, matahari, panas bumi, juga budidaya tanaman bahan baku biofuell. Potensi kita sangatlah melimpak. Mengapa harus jumping ke nuklir," kata pria asal Kalsel tersebut.
Menurutnya hingga kini masih ada dua pendapat berbeda tentang keamanan PLTN Muria, tentang apakah Gunung di daerah tersebut mati atau hanya tidur. Di sisi lain Berry juga meminta masyarakat tidak boros dalam pemakaian listrik, selain ekonomis, juga ramah lingkungan. Namun perlu dicegah terjadinya pencurian listrik.
"Karena bila orang mencuri listrik, maka dia pasti akan cenderung boros, karena merasa berlimpah, dan tak perlu bayar," katanya. [R/CN]
"Kejadian rusaknya, bocornya PLTN di Fukushima harus jadi perhatian serius. Pertama Jepang yang sangat berpengalaman dalam bidang Nuklir, punya kecermatan melakukan kontrol, dan masyarakatnya sangat tertib dan disiplin saja, begitu terkena dampak mengalami kesulitan besar. Apalagi kita. Oleh sebab itu WALHI konsisten menolak PLTN di Muria dan di Indonesia," kata Direktur Nasional Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) Berry N Furqan, Selasa (15/3) siang.
Menurut Berry, pembangunan PLTN di Indonesia-yang dalam kacamata WALHI sebagai negeri darurat bencana- terkesan dipaksakan, disaat upaya memaksimalkan sumber energi bentuk lain belum juga dilakukan.
Berry mengaku pada saat mengisi sesi diskusi di Lemhanas, yang berkembang dan mendominasi pemikiran peserta adalah Nuklir
sebagai energi alternatif terbaik pada saat energi fosil menipis sampai habis.
"Ya ini karena ada unsur pemaksaan. Mengapa tidak kita lakukan kajian yang maksimal tentang energi angin, arus laut, matahari, panas bumi, juga budidaya tanaman bahan baku biofuell. Potensi kita sangatlah melimpak. Mengapa harus jumping ke nuklir," kata pria asal Kalsel tersebut.
Menurutnya hingga kini masih ada dua pendapat berbeda tentang keamanan PLTN Muria, tentang apakah Gunung di daerah tersebut mati atau hanya tidur. Di sisi lain Berry juga meminta masyarakat tidak boros dalam pemakaian listrik, selain ekonomis, juga ramah lingkungan. Namun perlu dicegah terjadinya pencurian listrik.
"Karena bila orang mencuri listrik, maka dia pasti akan cenderung boros, karena merasa berlimpah, dan tak perlu bayar," katanya. [R/CN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar