Pengunjung

Senin, 11 April 2011

Spesialis Pelukis Wayang dari Randublatung

Menyelesaikan studi di Jurusan Tari Akademi Seni Karawitan Indonesia (ASKI) Solo, namun kini aktivitas kesenimanannya lebih banyak tercurah untuk melukis wayang.

Blora - Belajar di Jurusan Tari Akademi Seni Karawitan Indoensia (Aski) Solo, Sudarto, seniman kelahiran Randublatung, 20 Januari 1957 ini justru saat ini lebih menenggelamkan diri di dunia seni lukis.
Di seni lukis pun, tak sembarangan ia mau melukis.''Saya cuma melukis wayang,'' katanya saat ditemui Suara Merdeka di Aula Kantor Dinas Perhubungan Pariwisata Kebudayaan Komunikasi dan Informatika (DPPKKI), baru-baru ini.
Sudarto bukanlah pegawai di DPPKKI. Namun belakangan, ia memang lebih mudah ditemui di kantor dinas yang bersebelahan dengan Akademi Keperawatan yang berada di bawah Poltekkes Kementerian Kesehatan itu. Di sana, warga RT 1 RW I Desa Wulung, Kecamatan Randublatung, ini sedang menyelesaikan beberapa lukisan wayang dari para relasinya, khususnya dari DPPKKI.
Pilihannya menjadi spesialis pelukis wayang pun tidak salah. Bahkan, dari situ seniman yang sempat menjadi ''penghuni'' Taman Budaya Jawa Tengah di Semarang, justru mendapatkan berkah yang luar biasa. Betapa tidak, sejumlah tokoh besar nasional, tak sedikit yang memesan untuk dibuatkan lukisan wayang olehnya.
Sebut saja di antaranya Almarhun KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Mardiyanto (mantan Gubernur Jateng), Matori Abdul Jalil, Saifullah Yusuf, dan Sri Edi Swasono. "Kebanyakan Bupati di Jateng dan Jatim juga sudah mengoleksi lukisan wayang saya. Namun anehnya belum ada satu pun bupati Blora yang memesan lukisan wayang pada saya," candanya sembari tersenyum.

Sejak Kecil
Sudarto pun tak pernah mau menghilangkan 'sejarah' melukis wayang yang digelutinya. Setiap orang yang meminta dilukiskan wayang, selalu dimemintainya tanda tangan berikut nama terang.
'Buku sejarah' yang memuat nama terang dan tanda tangan pemesan lukisan wayang kepadanya, itu disimpan rapi hingga sekarang. Melihat lembaran-lembaran 'prasasti' pemesan lukisan wayang Sudarto, ternyata pemesan tidak cuma dari Indonesoa, namun ada juga yang dari luar negeri. "Saya pernah mendapatkan pesanan lukisan dari S Paul Somohardjo asal Suriname," ujarnya.
Belajar melukis saat ia masih berada di bangku kelas II SMPN Randublatung, yaitu pada 1973. Lama keluar dari daerah kelahirannya, namun kini ia memilih kembali di tengah masyarakat yang telah membesarkannya. "Saya sudah lama ingin kembali ke Blora, namun baru kesampaian sekarang. Saya ingin mengabdikan diri pada kota kelahiran saya," ujar lelaki yang pernah menggelar pameran di berbagai kota besar seperti Jakarta, Semarang, dan Surabaya.
Kini, ditengah-tengah kesibukannya melukis wayang, ia juga ikut membina Sanggar Tari Gading Wulung di Randublatung. "Hanya sebagai sesepuh, untuk memotivasi anak-anak saja," katanya merendah. (Rosidi)

2 komentar:

  1. sukses nggih mas darto... pemuda wulung dan randublatung pada umumnya "dipanas panasi" mas biar ikut kayak sampean... itung2 ngisi waktu dengan kegiatan yang positif (alhamdulillah) bisa jadi mata pencaharian

    BalasHapus
    Balasan
    1. Matur nuwunn jg tak jawab di blog ke njenengan.salam

      Hapus