Pengunjung

Rabu, 30 Maret 2011

From Jogja With Love

Jakarta - Sampai kapan Jogja akan tetap menjadi Istimewa? Apa yang membuat Jogja tetap istimewa, sebagaimana, petilan lirik lagu yang ditembangkan Kill The DJ dan Jogja Hiphop Foundation di awal Pentas Musikal Plesetan Laskar Dagelan: From Jogja With Love di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta, mulai Selasa (29/3/2011) hingga Rabu (30/3/2011)? "Karena negeri dan orangnya juga istimewa", demikian paling tidak yang tersurat dari lakon yang disutradarai Djaduk Ferianto, yang berangkat dari cerita jenaka Agus Noor, dan balutan penataan musik Kill The DJ, dengan supervisi tim kreatif Butet Kartaredjasa.
Menyimak pementasan gladi resik, yang oleh Butet disebut latihan biasa pada Senin (28/3) malam, sebagaimana lazimnya gelaran teater Gandrik yang notabene juga dimotori dua anak maestro tari Bagong Kusudihardjo itu, seperti menyaksikan parade kelucuan yang tak berkesudahan. Meski tawaran isyu yang mereka tawarkan kali ini, tentu saja, sebagaimana isyu yang Gandrik usung, atau Butet usung dalam beberapa lakon monolognya, bukan isyu yang kacangan.
Yaitu, sebagimana ditulis Agus Noor dalam pamlet pertunjukan, berikhtiar, "Memotret bagaimana Jogja adalah bagian penting dari proses menjadi Indonesia. Karena, ada sejarah yang tak terpisahkan dari masyarakat Jogja dan Indonesia. Sebuah proses yang mesti terus ditumbuhkan, hingga kita makin meyakini bahwa Indonesia hari ini adalah INDONESIA KITA. Indonesia milik bersama". Tapi, karena dari mula mengusung semangat pentas musikal plesetan, maka sepanjang pertunjukan, tak bisa dihindari yang terjadi adalah dagelan parikena layaknya pentas kelompok humor legendari Srimulat.
Ya, sepanjang pertunjukan pabrik tawa dari Jogja yang diperkuat para "natural born traditional artist" itu tak henti-hentinya mengocok perut, dengan menyindir siapapun yang ingin disindirnya. Bahkan ketika baru detik pertama tiba, ketika suara presiden SBY yang terdengar dari pidato sedang menegaskan bahwa keberadaan Jogja yang Istimewa dengan sistem monarki, sebenarnya bertabrakan dengan alam demokrasi. Pada detik itu juga, Marwoto, pelawak yang handal itu, langsung mampu memancing tawa bersama tiga kompatriotnya: Gareng Rakasiwi, Jonet, dan Wisben.
Mereka berempat, layaknya sesi goro-goro pada pertunjukan wayang kulit, menyindir siapa saja yang pada masa kini, sedang menjadi pusat perhatian pemberitaan. Dari kasus mantan narapidana yang ngotot memimpin organisasi sepakbola tertinggi di negeri ini meski sudah tidak dikehendaki publik, sampai kasus narapidana yang bebas melancong ke mana saja dia suka di bawah lindungan institusi negara, hingga anggota dewan yang terhormat yang berebut kursi tidak hanya di parlemen, "Bahkan hingga berebut kursi di pesawat terbang," kata Marwoto menyindir kasus anggota DRP Roy Suryo, yang ngotot enggan beranjak dari kursi pesawat, meski waktu penerbangannya keliru.

Forum Kreatif
Apalagi ketika adegan Hanung Bramantyo yang memerankan dirinya sendiri dan Susilo Nugroho tiba, kelucuan seperti menemui rumahnya kembali. Hanung yang sutradara, dan peraih dua piala Citra itu, seperti tidak ada apa-apannya ketika beradu improvisasi dengan Den Baguse Ngarso di atas panggung. Tidak juga ketika dia bermain tik tak dengan Yu Ningsih. Bahkan bisa dikatakan, dihadapan Den Baguse, Marwoto dan Yu Ningsih, Hanung yang mencoba tampil jenaka itu, tenggelam jauh dengan tiga seniman tradisi itu.
Tapi, dagelan tetaplah dagelan. Sebagaimana dikatakan Djaduk, pertunjukannnya kali ini merupakan bentuk musikal plesetan, dengan mengolah anasir musik hip-hop ke dalam kultur kehidupan masyarakat Jogja. Tidak berlebihan hampir di setiap babak, Kill The DJ atau Marzuki bersama Jogja HipHop Foundatiopn menjadi menu utama cerita lewat sejumlah single lagu mereka. Bahkan terkadang, kehadiran hiphop Jawa itu, tidak hanya menjadi latar cerita, tapi juga sekaligus jantungnya.
Kisah berlatar belakang hiruk-pikuk Jogja ketika isu monarki begitu ramai, dengan tambahan drama situasi, di mana sejumlah komedian merasa kehilangan pekerjaan: karena makin hari merasa makin kalah lucu dari para politikus, dihantarkan dengan kejenakaan yang terjaga. Tidak berlebihan pula, jika selama dua hari pementasan mereka, tiket seharga Rp 75 ribu hingga Rp 200 ribu sold out. Bahkan Butet mengatakan, tiket seharga Rp 100 ribu bertempat di tangga gedung pertunjukan, juga ludes terjual.
Selebihnya, lakon yang juga diperkuat Show Imah, Dibyo Primus, Rotra, Jahanan, Ki Jarot, dan Yu Beruk itu mengalir dengan suka-suka, dan menghantam siapa saja. Sebagai sebuah seri pertama dari serangkaian pementasan yang disiapkan dalam lakon Indonesia Kita. Yang menurut Butet, minimal digelar setiap dwi bulan itu, Pentas Musikal Plesetan Laskar Dagelan: From Jogja With Love, diharapkan benar-benar menjadi forum kreatif yang mempertemukan bermacam potensi kesenian yang ada dari berbagai daerah. Untuk kemudian saling berinteraksi dan berdialog secara kreatif, dan memunculkan ekspresi-ekspresi baru. Karena, sebagaimana dikatakan Butet, "Indonesia Kita berangkat dari kesadaran bahwa kesenian bisa menjadi rumah bersama, tempat bertumbuhnya kesadaran saling mengapresiasi dan menghargai keberagaman," katanya. [R/CN]

Kritik Cerdas ‘ala Eko Budiharjo

Judul buku : Ger-geran Democrazy (Kumpulan Gayeng Semarang)
Penulis : Prof. Ir. Eko Budiharjo, M.Sc
Penerbit : Yayasan Karyawan Suara Merdeka
Cetakan I : Juni 20004
Tebal : 265 + xviii
-------------------------------------------

Kritik, bagi sebagian orang, dipandang sebagai hal yang biasa. Bahkan ada orang yang memang suka dikritik. Kritik dimaksud adalah kritik yang bersifat konstrukrif. Bukan sebaliknya: destruktif. Tetapi sebagian orang juga menganggap kritik karena perasaan tidak suka atau tidak sepakat atas suatu hal.
Untuk itu, karena tidak semua orang bisa (dan mau) dikritik, maka diperlukan manajemen, agar kritik itu tidak menimbulkan perdebatan, apalagi perpecahan. Kritik konstruktif, tentu menjadi satu alternatif. Kritik yang tidak akan menjadikan orang yang dikritik, marah. Karena -meminjam bahasanya Gus Mus- kritik sebenarnya merupakan wujud kasih dari sayang. “Hanya orang yang peduli lah yang mau mengritik.”
Bagaimana manajemen kritik yang baik dan tidak menimbulkan perpecahan, telah diajarkan Eko Budiharjo, dalam “Ger-geran Democrazy” yang diterbitkan “Suara Merdeka” pada Juni 2004. Buku lama, tapi sangat menarik untuk dibaca.
Buku ini merupakan kumpulan tulisannya di rubric ‘Gayeng Semarang” Suara Merdeka. Tulisan-tulisannya, lebih banyak berisi kritik, dan berangkat dari kondisi riil yang terjadi dimasyarakat. Bahkan sampai hal-hal yang kecil sekalipun, yang terkadang tak pernak terlintas dibenak kita. Seperti terlihat dalam tulisan yang berjudul ewuh-pakewuh dan empan papan.
Ia juga seringkali menyoroti kehidupan politik dan perilaku politik rakyat Indonesia. Negara yang (katanya) menganut paham demokrasi. Yang menempatkan hak asasi diatas segala-galanya, namun ternyata, perilaku yang dipraktikkan, sering melanggar aturan dan hak-hak asasi orang lain. Apalagi pasca bergulirnya reformasi. Era yang menghendaki kebebasan berpendapat, dan berserikat, tapi malah ditafsirkan sebagai era yang bisa berbuat semaunya dan sebebas-bebasnya. Sehingga, budayawan yang juga rektor Universitas Diponegoro (Undip) semarang, itupun meng-cover permasalahan tersebut lewat tulisannya yang berjudul “Democrazy.”
Banyak lagi tulisan-tulisannya dalam buku itu, yang sebenarnya nylekit dan sering menelanjangi para pejabat. Namun anehnya, tidak ada rasa tersinggung dan benci kepada eko. Malah, mereka (kebanyakan) merasa senang mendapatkan kritik yang membangun tersebut, karena merasa di-elingke.
Apa resepnya sehingga tulisannya yang sebenarnya (seringkali) nylekit dan suka ‘menelanjangi’ itu, tidak membuat yang dikritik tersinggung?
Ternyata, cendekiawan yang di setiap forum (seminar, kesenian, bahkan saat upacara wisudha sarjana) selalu ‘keranjingan’ membaca puisi itu, meramu kritik-kritiknya dalam tulisan- tulisan yang kocak. Kritik yang dikemas dengan nada guyon. Sehingga orang yang membaca pun lebih terasa diajak bercanda meskipun sebenarnya dikritik.
Mardiyanto. Gubernur jawa tengah dalam komentarnya di buku ini menulis, “Tulisan-tulisan eko budiharjo merupakan kontrol sosial dalam bahasa lugas bergaya cablaka banyumasan. Tulisan-tulisan ringan yang tak menyakiti dan menimbulkan dendam itu sangat dibutuhkan dalam masa reformasi”
Bisa jadi, mantan Ketua Forum Rektor itu, meniru gaya Abu Nawas. Tokoh fenomenal islam yang sangat cerdik, cerdas, dan juga sufi itu. Oleh rajanya: Harun Al-Rasyid, Ia selalu diminta membuat lelucon-lelucon yang kocak dan segar. Sehingga, seminggu saja abu nawas tidak dating menghadap raja, disuruhnyalah pengawal menjenguknya, “Apa gerangan yang menimpa abu nawas sehingga tidak menghadap raja.” Hebatnya, tidak dengan raja dan masyarakat saja yang diajak bercanda. “Sedang Tuhan pun diajaknya bercanda.”
Apa yang dilakukan Eko Budiharjo, tidak jauh berbeda dengan yang dilakukan Almarhum Gus Dur dalam setiap melontarkan kritiknya, yang senang “Melawan dengan Lelucon.” Mau tahu isi buku Eko Budiharjo? Cari, dan bacalah! [R]

Antisipasi Konvoi, Umumkan Kelulusan via Pos

Blora - Kebijakan tegas rencananya akan dikeluarkan oleh Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) terkait pengumuman Ujian Nasional (UN) tahun ini, yakni berupa larangan hura-hura atau konvoi usai pengumuman UN dilakukan.
"Sejak dulu sebenarnya konvoi setelah pengumuman UN sudah dilarang, tetapi anak-anak selalu melanggarnya. Konvoi dan hura-hura itu sangat berdampak, khususnya bagi pengguna jalan," kata Kepala Bidang Pendidikan Menengah (Kabid Dikmen), Marsono.
Keprihatinan Marsono tersebut, ditambah dengan maraknya aksi corat-coret seragam yang dinilainya sebagai budaya yang tidak baik. "Seragam setelah lulus jangan dicorat-coret, tetapi berikan pada orang lain yang membutuhkan. Ini lebih bermanfaat."
Sementara itu, terkait kebijakan pelarangan konvoi ini, Marsono akan mengkomunikasikan lebih lanjut dengan Kepala Disdikpora, Slamet Pamuji. "Saya akan konsultasi terlebih dahulu dengan Bapak Kepala Disdikpora. Kemungkinan kita akan mengedarkan surat resmi terkait larangan konvoi pasca UN ke sekolah-sekolah," ujarnya.
Selain kemungkinan pengeluaran surat resmi pelarangan konvoi bagi siswa usai UN, untuk menghindari terjadinya hura-hura itu pihak Disdikpora juga akan mencoba mencari terobosan dengan mengumumkan hasil ujian via pos.
"Kami berniat mengumumkan hasil UN nanti via pos. Ini sepertinya lebih aman dan bisa menghiindarkan anak-anak dari aksi konvoi. Selain itu, anak yang tidak lulus juga tidak akan down mental," papar Marsono.
Kepala Kantor Pos Blora, Safnil, Selasa (29/3/2011) mengatakan, kerjasama pengumuman hasil UN via pos sangat mungkin dilakukan. "Secara prinsip sangat bisa. Kalau memang ada wacana pengumuman hasil UN via pos, secepatnya saya akan menemui Bapak Kepala Disdikpora atau yang berwenang untuk koordinasi," tegasnya. [R]

Penyelesaian Lumpur Sidoarjo, Prioritaskan Hak Rakyat

Jakarta - Sekretaris Kabinet Dipo Alam mengingatkan kembali agar masalah sosial kemasyarakatan dalam penyelesaian lumpur Sidoarjo diprioritaskan.
Pernyataan Sekretaris Kabinet tersebut disampaikan dalam rapat pembahasan penanganan dampak semburan lumpur Sidoarjo, di Sekretariat Kabinet di Jakarta, Rabu.
Dalam rapat yang dihadiri oleh Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM, Kepala Badan Pelaksana Minyak dan Gas, Kepala Badan Geologi, Kementerian ESDM, Staf Khusus Presiden Bidang Pangan dan Energi serta pejabat Kementerian Keuangan, Sekretaris Kabinet menegaskan, penyelesaian penanganan dampak semburan lumpur lapindo harus memprioritaskan hak-hak rakyat dan masyarakat di area terdampak
Sekretaris Kabinet meminta agar penyelesaian kewajiban kepada masyarakat pada area terdampak, baik oleh PT Lapindo Brantas maupun Pemerintah perlu segera dilakukan mengingat biaya sosial, ekonomi dan politik yang ditanggung baik oleh Pemerintah, pemerintah daerah maupun masyarakat sudah sangat tinggi.
Sekretaris Kabinet juga menegaskan bahwa Pemerintah tidak bisa membiarkan masalah ini menjadi "status quo" dan harus segera diambil keputusan yang tetap berpegang pada asas keadilan dan berpihak pada rakyat, khususnya bagi masyarakat yang terkena dampak luapan lumpur Sidoarjo.
Pada kesempatan yang sama, Sekretaris Kabinet juga mengingatkan bahwa penyelesaian semua kewajiban PT Lapindo Brantas kepada masyarakat yang terkena dampak semburan lumpur Lapindo akan mempengaruhi kelanjutkan rencana eksplorasi 4 (empat) sumur gas di Kecamatan Tanggulangin, Sidoarjo. [R/Ant]

SBY Peragu, Sosok JK Dirindukan

Jakarta - Sejumlah tokoh yang menamakan diri Dewan Penyelamat Negara (Depan) bertemu dengan mantan Wapres Jusuf Kalla (JK). Selain mengadukan kekecewaan mereka pada SBY, mereka juga meminta agar JK mencalonkan diri kembali dalam Pilpres 2014.
Pengamat politik Charta Politika, Yunarto Wijaya, menilai JK memang lebih populer setelah gagal memenangi pemilihan presiden tahun 2009 lalu. Rakyat yang kecewa pada SBY yang dinilai peragu dan kurang tegas, merindukan sosok JK yang profesional dan berani gerak cepat.
"Yang menjadi titik lemah SBY kan hal yang rutin dikritik. SBY dinilai plin plan, lamban dan lama mengambil keputusan," ujar Yunarto kepada detikcom, Rabu (30/3/2011).
Yunarto menjelaskan, akibatnya rakyat menginginkan figur yang tegas. Berdasarkan riset Charta Politika, di daerah rural atau pedesaan, sosok militer yang dinilai tegas seperti Prabowo menjadi populer.
"Sedangkan di daerah perkotaan, masyarakat mendambakan tokoh dari profesional yang cekatan dan tegas serta berani mengambil keputusan. Sosok JK muncul bersama Sri Mulyani," terangnya.
Yunarto menambahkan, JK semakin populer saat pemerintahan SBY-Boediono bergulir. Rakyat mengingat, dulu JK yang memback up SBY jika ada masalah.
"Dulu kan SBY-JK saling melengkapi, manakala ada titik lemah. Dalam memori pendek masyarakat itu yang terjadi," katanya.
Namun langkah JK untuk kembali mencalonkan diri dalam Pilpres 2014, dinilai berat. Selain faktor usia yang sudah memasuki kepala tujuh, JK pun kini tidak lagi memimpin partai politik besar sekelas Golkar. "Ini akan sulit," tutupnya.
Sebelumnya sejumlah tokoh yang menamakan diri Dewan Penyelamat Negara (Depan) bertemu dengan mantan Wapres Jusuf Kalla (JK) untuk menyampaikan kekecewaannya terhadap pemimpin negara saat ini. Depan juga meminta JK untuk menjadi presiden menggantikan SBY.
"Rakyat merindukan kepemimpinan seperti dulu, ada kejelasan, ada kecepatan dan praktis seperti Pak JK. Kalau Pak JK mau jadi presiden rasanya masih relevan," ujar mantan politisi PKB Effendi Choirie dalam pertemuan DPN dengan JK di rumah makan Ny Suharti, Jl Kapten Tandean, Jakarta, Rabu (30/3/2011). [R/dtc]

Disdik Biak Salurkan Dana UN Rp1,7 Miliar

Biak - Dinas pendidikan kabupaten Biak Numfor, Papua, hingga Kamis, telah menyalurkan dana bantuan penunjang kegiatan Ujian Nasional (UN) 2011 Rp1,7 miliar kepada sekolah SD hingga SMA/SMK di wilayah itu.
Sekretaris Dinas Pendidikan Pemuda Olahraga Biak, Kamaruddin S.Pd di Biak, Kamis, mengatakan, rincian besaran dana bantuan UN kepada setiap sekolah bervariasi disesuaikan dengan jumlah siswa peserta ujian nasional.
"Khusus bantuan dana ujian nasional tingkat SD pihaknya menyerahkan pada H-7 sebelum pelaksanaan ujian akhir sekolah berstandar nasional,"ungkap Kamaruddin menanggapi penyaluran bantuan dana penunjang UN.
Ia menyebutkan, berdasarkan kebijakan pemkab Biak Numfor melalui dinas pendidikan setiap tahun mengalokasikan dana bantuan UN kepada setiap sekolah sebagai upaya untuk mendukung kelancaran kegiatan ujian nasional di setiap sekolah.
Besaran bantuan diberikan pemkab Biak, lanjut Kamaruddin, ditetapkan siswa peserta UN tingkat SD mendapat Rp95 ribu/siswa, SMP Rp141 ribu/siswa, SMA Rp230 ribu/siswa serta jenjang pendidikan SMK sebesar Rp360 ribu/siswa.
Bantuan dana penunjang kelancaran UN tahun ini mengalami peningkatan dibanding 2010 dimana SD hanya Rp90 ribu/siswa, SMP Rp125 ribu/siswa, SMA Rp195 ribu/siswa serta SMK Rp300 ribu/siswa,ungkapnya.
Kamaruddin mengatakan, berdasarkan petunjuk teknis pengelolaan dana bantuan UN 2011 dipergunakan untuk biaya konsumsi, keamanan, honor pengawas ujian, biaya transport, penyusunan laporan serta berbagai kegiatan lainnya.
Dana bantuan UN yang diterima sekolah, diharapkan dikelola secara benar sesuai petunjuk teknis kegiatan sehingga bisa mendukung kelancaran selama pelaksanaan ujian nasional di kabupaten Biak Numfor.
Setiap dana yang diberikan pemkab Biak melaluin dinas pendidikan akan dimintai pertanggungjawaban sehingga prosedur penggunaan dananya harus tepat sasaran menunjang kelancaran selama UN,ujarnya.
Berdasarkan data pelaksanaan UN tingkat SMA/SMK dimulai serentak 18 April 2011 dengan jumlah peserta tingkat SMA 1188 dan SMK 455 sementara SD 2828 siswa dan SMP 2650. [R/Ant]

Jalur Semarang-Yogya Terputus

Magelang - Banjir lahar dingin menjebol jembatan di jalur Semarang-Yogyakarta. Akibatnya, setengah jembatan ambrol, sementara setengahnya miring. Polisi pun menutup jalan utama dua kota tersebut.
"Banjir lahar dingin mulai pukul 17.45 WIB dan sampai saat ini (19.15 WIB) masih terjadi. Jembatan ambrol sekitar pukul 18.30 WIB karena arus air sangat kuat. Sebelum ambrol terdengar bunyi gemuruh air yang sangat besar," kata salah satu saksi, Maseng di lokasi kejadian, Dusun Prumpung, Desa Taman Agung Muntilan, Magelang, Rabu (30/3/2011).
Menurut Maseng dan juga beberapa saksi yang dikonfirmasi detikcom, tanda-tanda jembatan ambrol lantaran hujan deras di puncak Merapi sejak pukul 14.00 WIB. Di beberapa titik di Kali Senowo, air mulai banjir hingga 13 meter dengan luas 500 meter. Debit air yang terus meninggi dan besar membuat jembatan tidak kuat menahan air.
"Untungnya pas kejadian tidak ada kendaraan melintas. Sebab sudah ditutup setengah jam sebelum ambrol, saat jembatan mulai miring," imbuh Maseng.
Akibat jembatan putus, pengendara harus memutar melewati Purworejo baik dari Yogya maupun Semarang. Pengalihan ini memperpanjang waktu tempuh hingga 3 sampai 4 jam perjalanan.
Hingga saat ini, lokasi kejadian masih dipenuhi ratusan warga yang hendak menonton langsung. Situasi jembatan terlihat gelap lantaran tidak ada lampu penerangan jalan. Petugas kepolisian dan tim SAR masih berusaha mensterilkan TKP dan meminta warga menjauhi jembatan ambrol. [R/dtc]

Pabrik Gula di Blora Dibangun April

Semarang - Setelah melalui beberapa tahapan survey, PT Multi Manis Mandiri yang merupakan induk perusahaan PT Industri Gula Nusantara (IGN) Cepiring Kendal dipastikan akan membangun pabrik gula baru di Kabupaten Blora. Peletakan batu pertama direncakan dilakukan pada Senin (18/4/2011) mendatang oleh Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo dengan nilai investasi mencapai Rp 1,5 triliun.
Menurut gubernur, pembangunan pabrik di Blora merupakan salah satu upaya guna mewujudkan program Jateng swasembada gula pada tahun 2013 seperti yang dicanangkan pemerintah pusat. Dirinya berharap keberadaan pabrik akan memiliki manfaat luas bagi masyarakat sekitar serta mampu meningkatkan perekonomian rakyat.
"Untuk pabrik gula di Blora segera terealisasi. Namun untuk yang di Purbalingga, masih dicari calon lokasi yang tepat karena yang diusulkan lalu berada di areal persawahan, saya belum menyetujuinya," terang Bibit usai membuka Rapat Koordinasi Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Iptek Provinsi Jateng 2011 di Badan Diklat Jateng Rabu (30/3/2011).
Meski keberadaan pabrik gula penting, namun Bibit menginginkan kehadirannya tidak mengganggu lahan pertanian yang subur.
Terpisah, Kepala Dinas Perkebunan Jateng Teguh Winarno menyatakan pabrik gula akan berlokasi di Desa Tinapan Kecamatan Todanan, Blora. Areal pabrik tersebut akan berada di perbatasan Kabupaten Blora, Rembang, Grobogan, Pati, dan Kudus sehingga diharapkan mempermudah proses kedatangan tebu.
Dijelaskan, areal pabrik akan menempati lahan seluas 27 ha yang merupakan lahan kering milik Kwarcab Pramuka Blora. Karena tanah tidak boleh dijual, maka PT MMM akan meruislag lokasi tersebut dengan lahan baru sesuai permintaan Kwarcab Pramuka.
"Persoalan lahan sudah dibicarakan, tidak ada masalah dan pemerintah daerah juga mendukung. Pabrik diharapkan sudah bisa berproduksi pada akhir 2013 mendatang," terang Teguh.
Dijelaskan, pabrik tersebut nantinya diharapkan mampu menyerap potensi tebu sekitar 24.000 ha yang tersebar di daerah sekitar. Potensi tanaman tebu di Blora diprediksi mencapai 8.750 ha, Rembang 6.000 ha, Grobogan 4.000 ha, pati 3.000 ha, serta Kudus 2.000 ha. [R/CN]

Dari KIP Kasus Korupsi Itu Terbongkar

Jakarta - Alkisah, di tanah Papua akan dibangun proyek pembangunan Kementerian BUMN. Sang Bupati pun diberi titah untuk membeli tanah tersebut. Langkah pun diambil dengan mengumpulkan 6 ketua suku yang memiliki tanah tersebut.
Setelah harga disepakati, ternyata hanya 5 kepala suku yang memperoleh pembayaran. Sementara sisanya hanya bisa gigit jari.
Lantas, seorang perwakilan suku meminta Bupati memenuhi ganti rugi suku yang belum dibayar. Sayang, Bupati menampik dan beralasan ganti rugi yang dikucurkan hanya untuk 5 suku. Warga yang tidak lekas percaya meminta Bupati membuktikan ucapannya.
" Dari sinilah muncul sengketa. Bupati tetap tidak mau membuka surat pembebasan lahan (sebagai bukti)," ujar Komisioner Komisi Informasi Pusat (KIP), Abdul Rahman Ma'mun usai jumpa pers di Kominfo, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta, Rabu, (30/3/2011).
Sikap ngotot Bupati ini memancing warga melaporkan kepada pemilik proyek yaitu Kementrian BUMN dan meminta penjelasan, benarkah ganti rugi hanya untuk 5 suku saja. Tetapi, BUMN memilih bungkam dan menutup rapat-rapat. Sebab, Kementrian BUMN menilai dokumen ganti rugi bersifat rahasia.
Perwakilian suku pun tidak habis akal, lalu menghubungi KIP. " Dari sinilah KIP menilai apakah data tersebut bersifat rahasia atau tidak," ungkap Ma'mun.
Setelah lewat persidangan di komisi, akhirnya KIP memutuskan data pembebasan lahan bersifat terbuka untuk umum dan wajib dipublikasikan. Kementerian BUMN langsung mematuhi putusan tersebut dan menyerahkan data pembebasan lahan.
Dari data inilah ketahuan jika pembebasan lahan ditujukan ke 6 suku dan uang dari Jakarta telah mengucur. Tapi Bupati disunat menjadi untuk 5 suku saja.
Lalu, kemanakah Bupati penyunat uang rakyat sekarang berada? " Di tangkap KPK. Lagi sidang di Tipikor," cetus Ma'mun. [R/dtc]

Mendiknas Dapat Gelar Doktor Kehormatan dari UTM

Kuala Lumpur - Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh telah menerima gelar Doktor Kehormatan dari Universitas Teknologi Malaysia (UTM) Johor Bahru karena dinilai banyak berjasa dan mampu meningkatkan kerja sama di bidang pendidikan tinggi antara Indonesia dengan Malaysia.
"Pak Nuh, pada Sabtu (26/3/2011) mendapat gelar Doktor Kehormatan dari UTM dan penganugerahannya diberikan langsung oleh Cansellor UTM, Raja Zarith Sofiah Binti Almarhum Sultan Idris Shah yang juga merupakan istri dari Sultan Johor," kata Atase Pendidikan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Malaysia, Rusdi M.A saat dijumpai di Kuala Lumpur, Rabu.
Rusdi mengungkapkan bahwa Mendiknas M Nuh menyampaikan terima kasih atas penghargaan tersebut. Penghargaan yang sangat tinggi ini bukan saja diperuntukkan kepada dirinya tapi juga kepada rakyat dan bangsa Indonesia terutama kepada dunia pendidikan diantara kedua negara, Indonesia dan Malaysia.
"Pemberian gelar Ini bisa menjadi simbol untuk membina silahturahmi melalui jalur pendidikan. Terlebih lagi, pendidikan harus tampil menjadi penyejuk dan terus berkembang," kata Rusdi menjelaskan kembali ucapan Mendiknas pada acara penganugerahan gelar doktor kehormatan tersebut.
Di bagian lain, kata Rusdi, saat berkunjung ke Johor Bahru, Mendiknas juga menyempatkan diri untuk bertemu dan berdialog dengan perwakilan persatuan pelajar Indonesia (PPI), para dosen Indonesia serta guru-guru dari sekolah Indonesia Kuala Lumpur.
Rusdi mengatakan Mendiknas pada kesempatan tersebut menekankan bahwa pemerintah sangat peduli kepada pendidikan sehingga salah satu pesan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kepada beliau sebelum menuju ke Johor Bahru adalah untuk segera menata secara serius pembangunan sekolah bagi anak-anak Warga Negara Indonesia (WNI) ataupun Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang sangat sulit masuk ke sekolah kebangsaan Malaysia karena berbagai faktor yang melingkupinya.
"Pak Nuh menyampaikan bahwa keberadaan sekolah Indonesia bagi semua anak Indonesia di manapun mereka berada termasuk di Malaysia menjadi prioritas Pemerintah," kata Rusdi.
Bahkan, kata Rusdi, Mendiknas mengharapkan agar PPI maupun dosen-dosen yang tengah belajar di seluruh semenanjung dapat memberikan kontribusinya menjadi guru di sekolah-sekolah yang akan dibangun tersebut.
Sementara itu, jumlah anak-anak TKI di Malaysia yang terdaftar wajib mendapatkan layanan pendidikan formal mencapai 50 ribu orang, tapi yang baru mendapatkan pendidikan sebanyak 10 ribu anak. Sekitar 419 anak mendapatkan pendidikan formal di Sekolah Indonesia Kota Kinabalu (SIKK) dan sekitar lebih dari seribu anak-anak belajar pada program paket A dan B dibwah payung SIKK serta sejumlah anak-anak lainnya diberikan pelajaran membaca dan menulis dari pusat kegiatan belajar (learning center) yang dikelola oleh sejumlah lembaga swadaya masyarakat (LSM).
"Anak-anak tersebut mendapatkan pendidikan formal di ruko-ruko (rumah toko) yang disewa untuk SD dan SMP," ungkapnya.
Dijelaskannya, dalam waktu dekat ini juga telah direncanakan pembangunan sekolah lagi di Malaysia untuk SD, SMP dan SMA dengan daya tampung 800 hingga 1000 murid. "Kita sudah dalam proses dan rencananya tahun ini, pembangunannya bisa dimulai," ungkapnya. [R/Ant]

Christian Adrianto Semangati Entrepreneur di UMK

Kudus – Banyak orang tertarik untuk menjadi pengusaha sukses melalui kegiatan bisnis dan wirausahanya. Akan tetapi, mereka tidak siap menghadapi persaingan dan hambatan-hambatan lainnya, sehingga berakhir dengan putus semangat di tengah jalan. Bisnis dan usaha berakhir dengan kegagalan.
Dalam seminar bertajuk “The Spirit to be Great Entrepeneur” di Univeritas Muria Kudus (UMK), Rabu (30/3/2011) siang, trainer dan motivator terkenal dari Tum Desem Waringin, Christian Adrianto mengaku, dirinya sering menemukan orang yang takut berwirausaha karena merasa tidak berbakat.
“Langkah seperti itu salah. Dunia wirausaha tidak mengenal menyerah dan bakat,” tegasnya kepada mahasiswa dan masyarakat di sekitar Kudus yang menjadi perserta. Dalam setiap masalah pasti ada peluang dan solusi. Oleh karena itu, menurutnya, menusia sukses akan disebut sukses apabila mereka dapat mengubah kegagalan menjadi kesuksesan. Hal itu juga berlaku dalam dunia wirausaha.
Christian mengatakan, kegagalan bagi wirausahawan adalah cara belajar mereka untuk meraih kesuksesan. Sementara bakat hanya menyumbang satu persen dari kesuksesan. “All skills is learnable. Semua skill dapat dipelajari,” katanya
Selain itu, menurut Christian, penentu keberhasilan terbesar dalam meraih kesuksesan wirausaha adalah motivasi dan semangat. 80 persen penentu keberhasilan adalah motivasi dan semangat untuk tidak menyerah.
Christian juga membagikan kiat-kiat dan formula mengenai berbagai cara agar usaha bisnis yang dijalankan dapat mendatangkan kesuksesan. Menurutnya, kesuksesan dimulai dari membentuk keyakinan diri bahwa usaha yang akan dilakukan akan membuahkan kesuksesan.
“Keyakinan akan membentuk imajinasi kesuksesan, sehingga orang akan menjadi bersemangat dan mengambil tindakan untuk mewujudkannya,” katanya.
Selain itu, tambah Christian, ada lima prinsip dasar untuk membawa kesuksesan dalam berwirausaha. Kelima prinsip tersebut adalah nilai plus (tambah) produk, faktor kali, berani menjual, ciri khas, serta tim atau teman.
Peserta yang juga memiliki usaha di Dawe Kudus, Wahyudi mengaku termotivasi oleh materi dan cara Christian memaparkannya. “Motivasi positif saya tumbuh setelah mengikuti seminar ini,” katanya.
Peserta asal Desa Singocandi Kudus, Arifin mengaku wawasan bertambah. Materi yang diperoleh dari seminar ini juga akan diterapkan pada usaha dan organisasi yang dijalankannya. [R/UMK]

Kasus Teater dalam Pelayanan Kemanusiaan

Uganda - Pertemuan hari ini benar-benar merupakan potentsi besar teater untuk memobilisasi komunitas dan menjembatani perbedaan-perbedaan.
Apakah anda pernah membayangkan bahwa teater dapat menjadi alat yang ampuh untuk perdamaian dan rekonsiliasi? Ketika bangsa-bangsa menghabiskan banyak dana keuangan untuk misi menjaga perdamaian di wilayah-wilayah konflik pelanggaran dari dunia ini, sedikit perhatian diberikan terhadap teater sebagai alternatif yang sesuai untuk mentransformasi dan mengelola konflik. Bagaimana para warga bumi ini dapat meraih perdamaian universal ketika alat yang digunakan berasal dari luar dan nampak menjadi kekuatan yang represif.
Teatre secara halus menyerap jiwa manusia yang dicekam rasa takut dan curiga, dengan mengubah citra diri dan karenanya membuka ruang-ruang alternatif kepada individual dan komunitas. Teater bisa memberi makna terhadap realitas keseharian sambil mencegah masa depan yang tak pasti. Teater bisa menarik perhatian situasi politik bangsa-bangsa dengan cara yang mudah dan sederhana. Karena teater secara inklusif bisa menghadirkan suatu pengalaman yang mampu melampaui kesalahpahaman yang ada sebelumnya.
Selain itu, teater telah terbukti menjadi alat advokasi dan memajukan ide-ide bahwa kita secara kolektif menjaganya dan bersedia memperjuangkan ketika terjadi pelanggaran.
Untuk mengantisipasi masa depan yang damai, kita harus mulai menggunakan piranti perdamaian untuk mencari, mengerti, menghargai dan mengenali kontribusi tiap manusia dalam kualitas personal terhadap perdamaian yang terkontrol.
Dengan secara aktif berpartisipasi, teater dapat membawa banyak jiwa manusia untuk medekonstruksi persepsi yang dimiliki sebelumnya. Dan dengan cara ini teater bisa memberi kesempatan kepada individu bangkit agar bisa menentukan pilihan-plihan berdasarkan penemuan kembali akan pengetahuan dan realitas..
Dengan berusaha meraih transformasi dan reformasi sosial dari komunitas-komunitas, teater telah eksis dalam wilayah robekan peperangan dan diantara penduduk yang menderita dari kemiskinan atau penyakit yang kronis
Oleh karena itu, suatu kegagalan menghadirkan nilai dan kualitas menjadi diam, seperti pengetahuan dalam diri kita terhadap kekuatan teater Biarkan pemegang senjata api dan dan peluncur bom menjadi penjaga perdamaian dunia kita. Bagaimana mungkin piranti alienasi bersifat ganda sebagai instrumen perdamaian dan sekaligus rekonsiliasi.
Saya mendesak anda pada Hari Teater Dunia ini untuk merenungkan prospek dan meletakkan teater di depan sebagai alat universal untuk dialog, transformasi dan reformasi sosial. Sedangkan PBB menghabiskan banyak dana keuangan untuk misi perdamaian di dunia lewat penggunaan tentara, teater menjadi alternatif yang spontan, manusiawi, berbiaya sedikit dan lebih jauh menjadi alternatif yang ampuh.
Sementara, mungkin ini hanya jawaban untuk membawa perdamaian. Teater seharusnya pasti menjadi bagian dari sesuatu yang lebih besar sebagai alat yang efektif dalam misi menjaga perdamaian. [Jessica A. Kaahwa, dosen di Fakultas Drama dan Sastra di Universitas Makerere]

Asep Sambodja Menulis Diluncurkan

Jakarta – Belum lama ini, buku Asep Sambodja Menulis: Tentang Sastra Indonesia dan Pengarang-pengarang Lekra, diluncurkan di Auditorium Gedung IV (Ruang 4401) Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia (FIB UI). Kegiatan yang tepatnya digelar pada Selasa (22/3/2011) itu ditandai pula dengan diskusi terbuka yang menghadirkan Maria Josephine Kumaat-Mantik (dosen FIB UI), Putu Oka Sukanta (sastrawan), dan Hilmar Farid (sejarawan) sebagai pembicara. Sebagai moderator, Novi Diah Haryanti. [R]