Pengunjung

Rabu, 04 Mei 2011

Cegah NII, Pemprov Jatim Akan Buat Pergup

Surabaya - Pemerintah Provinsi Jawa Timur tengah berancang-ancang membuat aturan terkait pelarangan aktivitas Negara Islam Indonesia. Dasar pembuatan peraturan ini terkait maraknya kasus penculikan, pencucian otak, dan penipuan yang mengatasnamakan NII
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur Abdusshomad Buchor menuturkan, seperti halnya terhadap aktivitas Ahmadiyah, larangan ini tampaknya akan menggunakan instrumen peraturan gubernur (Pergub). "Kami, para Muspida sudah pernah sekali membahas soal NII ini. Tampaknya akan mengerucut pada pembahasan pelarangan," ungkapnya, Kamis (5/5).
Ditambahkan, dalam pertemuan tersebut, untuk saat ini pergub memang belum memungkinkan untuk langsung dibuat. Namun berkaca dari kasus Ahamdiyah, setidaknya membutuhkan beberapa kali pertemuan antara kalangan muspida untuk dapat menghasilkan Pergub.
Abdusshomad menuturkan, sebenarnya pelarangan NII bukan hal baru. Pasalnya pada 5 Oktober 2002, MUI sudah membuat rekomendasi soal hasil temuan NII dengan Pondok Pesantren Ma'had Al Zaytun (MAZ). Dalam rekomendasi tersebut, komisi fatwa MUI itu dengan jelas menegaskan bahwa NII sesat karena dianggap sudah melenceng dari Islam.
Misalnya saja, NII tidak mewajibkan anggotanya untuk salat lima waktu dan membayar zakat. Namun cukup mencari anggota baru dan melakukan penggalangan dana. [R/CN]

3500 Banser Siaga Tanggulangi Bencana

Wonosobo - Sebanyak 3500 personel Banser siaga untuk menanggulangi berbagai bentuk bencana yang terjadi di Kabupaten Wonosobo. Kesiapan itu diwujudkan dengan dibentuknya Tim SAR yang bakal dilaunching Sabtu (2/5) lalu. Berbagai atraksi bakal memeriahkan ratusan pengunjung yang mengunjungi alun-alun Wonosobo.
Ketua Banser Wonosobo Amirudin mengatakan pihaknya bekerjasama dengan SAR Wonosobo dan Provinsi Jawa Tengah dalam melatih sedikitnya 150 personel dari 15 kecamatan. Pelatihan berbagai materi terkait dengan perangkat teoritis dan praktek bagi petugas SAR tersebut dilangsungkan di BLK Wonosobo selama empat hari dari (30/4-4/5) tahun ini.
“Nama SAR kami bernama SAR Kolodete. Itu tokoh legendaris Wonosobo yang diyakni mbahu rekso pegunungan Dieng,” kata Amir Kamis (29/4).
Selain di BLK, lanjut Amir, untuk praktik pelatihannya akan diadakan di tempat wisata Telaga Menjer, Kalianget dan sekitar sungai Serayu.Personel SAR Kolodete akan siaga 24 jam ketika terjadi bencana baik angin putting beliung, tanah longsor maupun kebakaran.
“Ini untuk mengoptimalkan sumberdaya manusia agar lebih professional melalui SAR. Karena itu kami menjalin kerjasama dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan Pemkab Wonosobo,” tandas dia.
Terkait berbagai atraksi pasukan banser saat launching menurutnya antara lain atraksi kekebalan, peragaan tarung menggunakan senjata dan senapan. Juga berguling-guling diatas duri pohon salak.”Ketua Umum GP Ansor Nusron Wahid yang juga anggota DPRRI bakal menyambut acara tersebut,” papar dia.
Kepala SAT Korcab Banser Kabupaten Wonosobo Kurnianto menambahkan terkait isu radikalisme yang terus menghangat pihaknya menolak. Kurnianto memandang bahwa radikalisme yang mengatasnamakan agama dengan melakukan pembunuhan, pengeboman terhadap penegak hukum, pengrusakan tempat ibadah dan fasilitas umum tidak sesuai dasar negara Indonesia.“Kami menolak segala bentuk radikalisme ,” tegas Kurnianto. [R/Yudi]

Trans 7 Janji Hapus 'Crayon Sinchan'

Jakarta- KAMIS (28/4/2011) lalu, pendingin ruangan di auditorium Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (FIB-UI) berfungsi seperti biasa. Namun dinginnya seakan tidak mengusir kegerahan sebagian orang yang duduk mendengar pemaparan Titin Rosmasari.
Titin adalah pemimpin redaksi Trans 7. Sore itu ia bicara sebagai salah satu pembicara pada sesi kedua seminar ‘Anak dan Televisi’ yang diadakan di kampus UI, Depok. Selesai bicara, belasan peserta kontan mengangkat tangan mengajukan berbagai pernyataan dan pertanyaan.
“Mengapa Crayon Sinchan masih disiarkan Trans 7?” keluh seorang penanya. “Apakah Opera Van Java pantas ditayangkan pada jam di mana anak ikut menonton?” susul lainnya, lalu seterusnya, hingga seorang ibu yang berkata bahwa anaknya tidak mau mencuci tangan sebelum makan karena dalam tayangan Bolang produksi Trans 7, Si Bolang tidak mencuci tangannya sebelum makan.
Dalam seminar yang diselenggarakan Departemen Susastra dan Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Budaya (PPKB) FIB-UI itu, Titin hanya sedikit sekali menjelaskan ketentuan-ketentuan dasar serta kategori-kategori dalam program anak di televisi. Namun untuk program-program anak yang disiarkan Trans 7, porsinya justru lebih besar. Misalnya: variasi tayangannya lebih beragam dibanding stasiun tv lain, performanya paling tinggi di antara stasiun swasta lainnya, banyaknya aspek edukasi yang terkandung di dalam tayangan-tayangannya, hingga berkeluh bahwa tayangan Bocah Petualang-nya kalah dari sinetron remaja Indosiar Kepompong dalam KPI Awards 2008 (KPI Awards adalah ajang pemberian penghargaan olek Komisi Penyiaran Indonesia kepada stasiun televisi atas tayangan-tayangannya yang berkualitas).
Lewat data AGB Nielsen Media Research (lembaga survey untuk radio dan televisi), paparan Titin juga memuat ragam tayangan anak yang ada, untuk kemudian dibandingkan dengan tayangan yang disiarkan Trans 7, seakan ingin menunjukkan bahwa program Trans 7 paling berkualitas. Seperti, misalnya, ia menyayangkan bahwa tayangan Cinta Juga Kuya di SCTV dimasukkan dalam kategori program anak. Tak lupa, Titin turut memperlihatkan judul-judul episode tayangan Si Bolang dan Laptop Si Unyil - yang sepertinya menjadi tayangan kebanggan Trans 7.
Sore itu Titin menjadi pembicara tunggal karena pembicara kedua, Arist Merdeka Sirait dari Komnas Perlindungan Anak, batal hadir. Padahal kehadiran Arist dinilai penting untuk melihat bagaimana pandangan-pandangannya terhadap tayangan anak yang ada: apakah pihak stasiun tivi sudah berpihak kepada anak?
Pada sesi tanya jawab seorang peserta bertanya mengapa tayangan ‘Crayon Sinchan’ masih saja ditayangkan Trans 7, padahal ketika masih disiarkan RCTI, penolakan dari masyarakat sudah sangat tinggi. Titin pun menjelaskan berbagai macam hal terkait dengan hal itu. Namun, di ujung penjelasan, ia akhirnya mengatakan, “Segera akan kita ganti (tayangan crayon sinchan tersebut).” [R/Remotivi]

Audisi Pembuatan Film Dokumenter

Kami Legal Resources Center untuk Keadilan Jender dan Hak Asasi Manusia (LRC-KJHAM) Semarang, sebuah lembaga swadaya masyarakat yang peduli pada persoalan pemenuhan hak asasi perempuan khususnya perempuan miskin, marjinal dan rentan di Jawa Tengah, bermaksud mengadakan audisi pembuatan film dokumenter yang mengambil tema “Pengalaman Advokasi Hak atas Kesehatan Perempuan bersama Kelompok Perempuan Miskin, Marjinal dan Rentan di Jawa Tengah”, yang bekerjasama dengan Yayasan Tifa Jakarta.
Pembuatan Film tersebut bertujuan untuk mendokumentasikan masalah-masalah dan isu hak asasi khususnya hak atas kesehatan kelompok perempuan korban kekerasan, buruh migran, perdagangan orang, eksploitasi seksual di Kabupaten Grobogan, Kabupaten Semarang, Kabupaten Kendal dan Kota Semarang. Selain itu pembuatan film juga bertujuan untuk mendokumentasikan suara dan pengalaman perempuan atas pelaksanaan kebijakan hak atas kesehatan, mendokumentasikan dan menginformasikan strategi-strategi hak asasi dalam kerja-kerja advokasi hak perempuan atau pemberdayaan perempuan (melalui FPAR dan WRIA), mendokumentasikan dan menginformasikan hasil-hasil pembelajaran bekerja bersama perempuan melalui FPAR dan WRIA dalam mengadvokasi hak-hak perempuan rentan dan marjinal, serta untuk mempromosikan FPAR dan WRIA sebagai instrumen hak asasi untuk memfasilitasi perluasan partisipasi sejati perempuan, perbaikan kebijakan lokal serta untuk mendorong keadilan anggaran lokal
Untuk itu kami mengundang Bapak/ Ibu atau Lembaga Bapak/ Ibu/ Saudara untuk berpartisipasi dalam audisi pembuatan film ini. Adapun kerangka acuan dan form aplikasi sebagaimana terlampir. Informasi selengkapnya dapat menghubungi kami di telpon (024) 6723083 atau website kami www.lrc-kjham.org atau email kami di lrc_kjham2004@yahoo.com. [R]

Jangan Sampai Anak Pilih TV Sebagai Sahabat

Jakarta - KAMIS 28 April 2011, Departemen Susastra dan Pusat Penelitian Kajian Budaya (PPKB) Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia (FIB-UI), mengadakan seminar bertajuk ‘Anak dan Televisi’ di auditorium Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia, Depok.
Dimoderatori Sunu Wasono, staff pengajar FIB-UI, sesi pertama yang sangat singkat ini menghadirkan Riris K. Toha Sarumpaet (Guru Besar Fakultas Ilmu Budaya & Pengajar Pengkajian Cerita Anak), Paulus Wirutomo (Sosiolog), dan Eko Handayani (Psikolog) sebagai pembicara.
Dalam materi seminarnya, Riris mengupas tayangan Opera van Java (OVJ) milik Trans 7 dan sinetron SCTV Islam KTP, yang setelah diteliti, ternyata berdampak negatif terhadap anak. OVJ dinilai banyak mengandung kekerasan, kata-kata kasar, serta menampilkan peristiwa tidak pantas seperti ngompol. Begitupun Islam KTP, yang memang ingin memberikan pendidikan agama dan moral, namun justru sang tokoh teladan di dalamnya sering mengeluarkan ejekan yang tidak pantas dicontoh anak-anak.
Menurutnya, kedua tayangan ini jelas bukan tontonan anak. Namun kenyataannya, kedua stasiun TV tetap menayangkan program tersebut saat anak-anak masih bisa menonton TV, yaitu pada pukul 20.00-22.00 untuk OVJ, dan pukul 18.00-21.30 untuk Islam KTP. “Jika kita bicara tentang tontonan anak, maka tontonan itu seharusnya mengasyikkan”, tutur Riris. Jika tayangan tersebut mengandung kekerasan, atau malah berisi terlalu banyak konflik manusia dewasa, tontonan itu tidak akan mengasyikkan bagi anak. Artinya, tayangan tersebut bukanlah tontonan untuk anak.
Lain lagi dengan Paulus Wirutomo yang bahasannya mengenai ‘Media dan Masyarakat Indonesia’. Paulus mengatakan bahwa terhadap teknologi yang terus berevolusi, masyarakat belum mampu berevolusi dari aspek sistem nilai, sikap, perilaku, pranata sosial, dan yang lainnya, sehingga masyarakat Indonesia, selain menjadi pemanfaat teknologi, juga turut menjadi korban teknologi tersebut.
“Bukan media yang sebenarnya menjajah kita, tetapi orang-orang di baliknya.,” ujar Paulus penuh semangat.
Sebagai pengakhir sesi, Eko Handayani hadir dengan paparannya, ‘Dampak Tayangan TV Terhadap Anak’. Ia mengatakan bahwa televisi merupakan salah satu jendela awal bagi anak untuk mengenal dunia. Sayangnya, tidak semua tayangan berdampak positif. Meski televisi membantu meningkatkan daya imajinasi anak sehingga anak bebas berkreasi, namun televisi juga dapat mengakibatkan berbagai gangguan, baik dari gangguan fisik dan kesehatan, hingga gangguan mental dan kognisi anak.
Tak lupa Eko juga memberikan beberapa tips kepada orangtua, seperti, (1) jangan menaruh TV di kamar anak, (2) melakukan pendampingan ketika menonton, (3) memilah dan memilih apa yang layak ditonton anak, serta (4) menambah lebih banyak alternatif kegiatan bagi anak selain menonton TV.
Satu tips yang menarik dan perlu diingat oleh orangtua adalah, jangan egois, karena anak meniru orangtuanya. Jika orangtua melarang anak menonton, namun ternyata orangtuanya menonton, itu sama saja memberi contoh buruk bagi anak. Di akhir materi, ia mengingatkan peserta seminar, terutama para orangtua, jangan sampai anak lebih memilih TV sebagai sahabat, ketimbang orangtuanya sendiri.
Sesi kedua yang dijadwalkan akan dibawakan oleh Arist Merdeka Sirait (ketua Komnas Perlindungan Anak) dan Titin Rosmasari (Pemimpin Redaksi Trans 7) mendadak berubah. Arist tidak dapat hadir, sehingga waktu diserahkan sepenuhnya kepada Titin sebagai pembicara tunggal.
Dalam hampir seluruh isi pembicaraannya, sayangnya Titin hanya berbicara mengenai program-program anak Trans 7 dan membandingkannya dengan program-program anak di stasiun TV lain.
“Masih ada yang tertarik untuk bekerja di stasiun televisi?” tanya Titin di akhir pembicaraannya. Menurutnya akan sangat baik jika banyak orang yang terjun langsung di industri pertelevisian, sebab hanya dengan cara itulah kita dapat membuat suatu perubahan. [R/Remotivi]

Kudus Akan Pecahkan Rekor MURI

Kudus - Dalam rangka Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas), Hari Tekhnologi dan Pencanangan Kudus Cyber City, Universitas Muria Kudus bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kudus akan memecahan rekor Museum Rekok Indonesia (MURI) melalui acara “Ngenet Sehat Bareng Kang Mus”.
Rekor berinternet secara serentak dalam satu waktu dan satu tempat ini akan dilaksanakan di Alun-alun Kota Kudus pada Minggu (8/5) mulai pukul 07.00 WIB. Pemecahan rekor akan melibatkan 2500 peserta. Acara akan dimeriahkan Music Live dan Freestyle. Khusus bagi peserta pengguna Motor Peserta Yamaha, mereka berkesempatan mendapat layanan service, ganti busi dan cuci motor gratis.
Selain itu, panitia penyelenggara juga menggelar IT Competition yang dikemas dalam rakaingan kegiatan di antaranya; Lomba Blog (SMP, SMA dan Guru) pada 4-5 Mei, Lomba Web Design (SMA) pada 4 Mei, Lomba SMS Gateway (Mahasiswa) pada 5 Mei, dan Workshop Blog dan Internet Sehat tanpa dipungut biaya pada 3 Mei.
Pada kegiatan lomba, pemenang akan mendapatkan penghargaan berupa uang, tropi dan handphone dari panitia. Pengumuman pemenang akan dilaksanakan pada 6 Mei. Hadiah akan diberikan pada saat pemecahan rekok MURI di Alun-alun Kota Kudus. Bagi masyarakat yang berminat dapat menghubungi panitia melalui Helmi (085 727 276 439), Rini (085 226 407 072) atau melalui website http://ngenetbareng.Kuduskab.go.id.
Selain Pemkab Kudus, acara terselenggara berkat kerja sama PT. Djarum, Yamaha dan PT Telkom Indonesia.[R/UMK]