Band bergenre reggae di Wonosobo terus menjamur. Mereka tidak hanya memiliki satu ikatan sosial yang lekat dengan penampilan saat tampil dipangung-panggung hiburan. Namun juga telah berhasil menelorkan album karya sendiri. Musik itu dipasarkan dan dikonsumsi oleh penganut musik reggae di luar Wonosobo.
Mentari Pagi beri salam lagi
Suara burung kusambut hari berganti
Bob Marley masih bernyanyi
Don’t worry… uuu..yeeeeaaaccchhhh
Syair itu dilantunkan merdu saat Elly Gimbal bernyanyi diatas panggung pada suata even musik di alun-alun Wonosobo. Ketua Kelompok Penyanyi Jalanan (KPJ) Wonosobo organisasi jaringan pengamen yang lahir sejak era 1980-an ini muncul. Kendati awalnya membawakan lagu-lagu karya orang lain namun lambat laun mereka berkarya sendiri.
Elly mengaku reggae telah menjadi komoditas musik baru yang lahir di daerah. Meski belum banyak yang mendalami arti penting aliran musik tersebut namun dengan semangat telah menelorkan beberapa album. Lagu-lagu itu di sebarkan via internet.
"Sentuhan lokalitasnya sangat kentara. Kami membuatnya dalam syair berbahasa Jawa balutan komposisi musiknya reggae,” paparnya.
Walaupun tidak bermaksud hendak menyami nama kelompok anak-anak underground yang kini ada di Wonosobo, menurut Elly, aliran underground dan reggae menjadi dua genre musik berbeda namun memiliki benang merah setara.
"Kami mengemasnya dalam Primitive Democration. Berdiri dua yang lalu," ujarnya.
Diakuinya kelompok reggae di Wonosobo saat ini masih sangat solid. Bertindak sebagai mereka adalah Elly Gimbal, Wisnu (gitar1), Yoga (gitar2), Fany (Keyboard), Majid (Bass), Budi (Drum) dan perkusi dijalankan oleh Hengky, Kenceng, Tadho.
Setiap pementasan mereka disambut dengan teriakan Woiyoo sebagai simbol kebersamaan dan persaudaraan dari komunitas Reggae. Kemudian sang vocalis, yang disambut teriakan yang sama dari para penonton sambil mengangkat tangan sebagai tanda kekuatan dalam kebesamaan dan kekuatan perdamaian.
"Reggae ini donasinya pribadi. Kami kerja keras berkarya dan mendanai sendiri," paparnya.
Ada sebanyak 12 lagu yang di geber Reggae Primitive Democration. Komunitas melakukan acara rutin sebulan sekali untuk mengakomodir para pecinta musik reggae di Wonosobo.
"Kami pasti melakukan kegiatan yang bersifat sosial kemanusiaan dan penyadaran terhadap pentingnya menjaga lingkungan hidup," kata Elly.
Menurutnya reggae kini telah menjadi sebuah signal bagi para anak punk untuk lebih mengapresiasikan musiknya. Mereka rata-rata berangkat dari stigma bahwa music pop yang selama ini mapan dan memiliki pangsa pasar sendiri sangat membosankan.
“Kita semua (khususnya reggae lovers) tentu ingin menyaksikan musisi-musisi reggae tanah air dan di Wonosobo bisa eksis," imbuhnya.
Untuk memuluskan jalan kaderisasi hingga merasuk ke generasi-generasi muda Wonosobo, lanjut Elly, pihaknya mengadakan konser di kota-kota kecamatan seminggu sekali. Musisi senior Wonosobo ini juga tak canggung turut serta memberi semangat kepada anak-anak muda yang lagi gila-gilanya mendalami musik reggae.”Dalam even tersebut sekalian jualan kaset rekaman album Primitive Demokrasi,” tuturnya.
Ya, Primitive Demokrasi memang sudah menjadi ikon band reggae di Kabupaten Purwokerto, Banjarnegara, Temanggung dan Magelang. Tiap kali band itu tampil karya-karyanya seakan telah menjadi mars bagi pecinta musik reggae. “Alhamdulillah melalui indie album kami banyak yang berminat,” pungkas Elly tersebut. [R/Yudi]
Pengunjung
Rabu, 27 April 2011
UMK Wisuda 393 Sarjana
Kudus - Sebanyak 393 sarjana diwisuda dalam Rapat Senat Terbuka Universitas Muria Kudus (UMK) dengan acara tunggal Wisuda ke-46 pada hari ini, Rabu (327/4).
Peserta wisuda kali ini adalah sebanyak 53 sarjana magister (S2), 296 sarjana (S1), dan 44 sarjana muda (D3). Mereka telah dinyatakan lulus oleh Program Studi (Progdi) yang telah mereka pilih. Sampai kini, UMK telah memiliki 15 Program Studi (Progdi) yang tersebar di enam fakultas; Fakultas Ekonomi, Fakultas Hukum, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Fakultas Pertanian, Fakultas Teknik, dan Fakultas Psikologi.
Wisudawan/wisudawati yang meraih predikat terbaik pada wisuda kali ini di antaranya; Fakultas Ekonomi (Dewi Masitoh, MM./IPK 3,50), Fakultas Hukum(Bambang Sucipto, MH./IPK 3,80 untuk Program Magister dan Marlinda Pryamsari, SH./IPK 3,62 untuk S1), FKIP (Aan Nurul Amanah, S.Pd./IPK 3,34 untuk Progdi Bimbingan dan Konseling dan Suatman, S.Pd./IPK 3,61 untuk Progdi Bahasa Inggris), Fakultas Pertanian (Adi Suparyono, SP./ IPK 3,13), dan Fakultas Teknik Wiwit Agus Triyanto, S.Kom./IPK 3,56 untuk Progdi Sistem Informasi dan Joko Budi Utomo, A.Md./IPK 3,58 untuk Progdi Teknik Mesin)
Cerdas dan Santun
Motto kampus “Cerdas dan Santun” menjadi pegangan dalam bersikap sarjana jebolan UMK. Sarjana UMK memiliki kemampuan dan ilmu yang lebih. Mereka diharap untuk bersikap rendah diri. “Tantangan di masyarakat, ke depan lebih besar. Meskipun saudara memiliki kelebihan, janganlah bersikap takabur dan sombong. Tundukkanlah hati saudara, buktikanlah kelebihan itu dengan karya nyata yang bermanfaat bagi masyarakat,” begitu pesan Rektor UMK, Prof. Dr. dr. Sarjadi, Sp.PA.
Agar kualitas lulusan bermutu tinggi, jelas rektor, UMK selalu mengevaluasi diri lembaga. Karena fakta menunjukkan bahwa hanya perguruan tinggi yang mengedepankan mutu lah yang tetap bertahan dan berkembang.
“Mutu yang baik didapat bukan dengan slogan yang megah akan tetapi diraih dengan kesungguhan dan kesadaran penuh untuk berkarya dan bekerja,” tegas Sarjadi.
Tahun ini, UMK telah mendapat perbaharuan Akreditasi dari BAN PT, yaitu Progdi Manajemen (S1) dan Progdi BK FKIP, masing-masing mendapat akreditasi B. Untuk masa beberapa bulan ke depan PS Akuntasi (S1) dan Psikologi (S1) akan mengajukan pembaharuan akreditasinya.
“Agar akreditasi Progdi Psikologi mendapat predikat B, maka UMK membangun satu unit gedung 4 lantai, untuk Fakultas Psikologi dan Fakultas Pertanian,” katanya.
Tahun ini, juga memenangi program PHKI B yang diselenggarakan oleh Dikti. Dalam kurun waktu 3 tahun ke depan, dana dari Dikti akan dimanfaatkan untuk melengkapi dan mengembangkan Fakultas Pertanian, Fakultas Hukum, Fakultas Teknik, Fakultas Ekonomi dan Fakultas KIP-BK.
Dalam kurun waktu 6 bulan terakhir, tambah rektor, UMK telah mendapatkan tambahan lulusan doktor sebanyak 4 dosen dan magister sebanyak 8 dosen. “Tiga doktor tadi, juga mendapatkan biaya short course di luar negeri (Australia dan Amerika),” jelasnya. [R/Farih]
Peserta wisuda kali ini adalah sebanyak 53 sarjana magister (S2), 296 sarjana (S1), dan 44 sarjana muda (D3). Mereka telah dinyatakan lulus oleh Program Studi (Progdi) yang telah mereka pilih. Sampai kini, UMK telah memiliki 15 Program Studi (Progdi) yang tersebar di enam fakultas; Fakultas Ekonomi, Fakultas Hukum, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Fakultas Pertanian, Fakultas Teknik, dan Fakultas Psikologi.
Wisudawan/wisudawati yang meraih predikat terbaik pada wisuda kali ini di antaranya; Fakultas Ekonomi (Dewi Masitoh, MM./IPK 3,50), Fakultas Hukum(Bambang Sucipto, MH./IPK 3,80 untuk Program Magister dan Marlinda Pryamsari, SH./IPK 3,62 untuk S1), FKIP (Aan Nurul Amanah, S.Pd./IPK 3,34 untuk Progdi Bimbingan dan Konseling dan Suatman, S.Pd./IPK 3,61 untuk Progdi Bahasa Inggris), Fakultas Pertanian (Adi Suparyono, SP./ IPK 3,13), dan Fakultas Teknik Wiwit Agus Triyanto, S.Kom./IPK 3,56 untuk Progdi Sistem Informasi dan Joko Budi Utomo, A.Md./IPK 3,58 untuk Progdi Teknik Mesin)
Cerdas dan Santun
Motto kampus “Cerdas dan Santun” menjadi pegangan dalam bersikap sarjana jebolan UMK. Sarjana UMK memiliki kemampuan dan ilmu yang lebih. Mereka diharap untuk bersikap rendah diri. “Tantangan di masyarakat, ke depan lebih besar. Meskipun saudara memiliki kelebihan, janganlah bersikap takabur dan sombong. Tundukkanlah hati saudara, buktikanlah kelebihan itu dengan karya nyata yang bermanfaat bagi masyarakat,” begitu pesan Rektor UMK, Prof. Dr. dr. Sarjadi, Sp.PA.
Agar kualitas lulusan bermutu tinggi, jelas rektor, UMK selalu mengevaluasi diri lembaga. Karena fakta menunjukkan bahwa hanya perguruan tinggi yang mengedepankan mutu lah yang tetap bertahan dan berkembang.
“Mutu yang baik didapat bukan dengan slogan yang megah akan tetapi diraih dengan kesungguhan dan kesadaran penuh untuk berkarya dan bekerja,” tegas Sarjadi.
Tahun ini, UMK telah mendapat perbaharuan Akreditasi dari BAN PT, yaitu Progdi Manajemen (S1) dan Progdi BK FKIP, masing-masing mendapat akreditasi B. Untuk masa beberapa bulan ke depan PS Akuntasi (S1) dan Psikologi (S1) akan mengajukan pembaharuan akreditasinya.
“Agar akreditasi Progdi Psikologi mendapat predikat B, maka UMK membangun satu unit gedung 4 lantai, untuk Fakultas Psikologi dan Fakultas Pertanian,” katanya.
Tahun ini, juga memenangi program PHKI B yang diselenggarakan oleh Dikti. Dalam kurun waktu 3 tahun ke depan, dana dari Dikti akan dimanfaatkan untuk melengkapi dan mengembangkan Fakultas Pertanian, Fakultas Hukum, Fakultas Teknik, Fakultas Ekonomi dan Fakultas KIP-BK.
Dalam kurun waktu 6 bulan terakhir, tambah rektor, UMK telah mendapatkan tambahan lulusan doktor sebanyak 4 dosen dan magister sebanyak 8 dosen. “Tiga doktor tadi, juga mendapatkan biaya short course di luar negeri (Australia dan Amerika),” jelasnya. [R/Farih]
Wayang Tak Biasa dari 'Kampung Sebelah'
''Indonesia itu bagus. Tetapi kalau negaranya jelek, itu karena penyelenggara negaranya. Pancasila juga bagus. Cuma, penyelenggara negara saja yang saat ini tidak lagi setia pancasila, sehingga kelihatan tidak bagus.''
Jlitheng Suparman. Dalang 'Wayang Kampung Sebelah' dari Solo inilah yang melontarkan berbagai kritikan atas berbagai realitas yang mengidap para elit negeri ini, dalam sebuah pementasan berjudul ''Yang atas mengganas, yang bawah beringas'' di halaman pusat penjualan produksi kriya di Jepon, Blora, Senin (25/4) malam.
Wayang yang tak biasa. Keluar dari pakem. Namun karena tidak biasa itulah, sehingga membuat rasa penasaran masyarakat sekitar untuk tidak beranjak, sejak dimulainya pementasan pada pukul 21.00 hingga menjelang pukul 24.00.
Narasi yang menggelitik disertai joke-joke segar yang sesuai dengan konteks kekinian, juga membuat penonton seringkali tak kuasa menahan tawa. Atau paling tidak, menyunggingkan senyum karena kepiawaian dan kejenakaan sang dalang memainkan memainkan wayang-wayangnya.
Penonton, misalnya, tak harus menahan diri untuk tertawa saat menyaksikan 'adegan' show dengan lakon oma ora mari-mari, raja dangdut di alam wayang kampung sebelah. Wayang itu menampilkan juga sosok dengan membawa gitar, mirip dengan Rhoma Irama. Atau saat giliran selanjutnya, Jlintheng menampilkan sosok mirip 'si Ratu Ngebor' Inul Daratista.
Lagi-lagi, gelak tawa tak dapat ditahan dari ratusan penonton yang hadir. Apalagi pementasan wayang tersebut, disertai pengiring musik yang begitu memesona. Luluk (drum), Yayat (Jimbe), Kukuh (kendang), Diaz (bass), Max Baihaqi (gitar), Gendot (saxofon), Sartono (flute), serta Narwanto dan Babahe (tonnik). Pada vokal, ada Cahwati dan Dwi Jaya.
Pemberi Penerang
Bimo Listiono, pengamat budaya dari Komunitas Pasang Surut, mengatakan, wayang pada zaman dulu merupakan media dakwah untuk memberikan penerangan pada ummat. ''Ini wayang kreasi yang sangat bagus. Orang yang melihat langsung bisa mencermati pesan yang ingin disampaikan.''
Itu yang menurutnya menjadi pembeda dengan wayang purwa yang biasa dimainkan para dalang pada umumnya. ''Ini kreasi wayang zaman modern yang sangat bagus. Tidak banyak cing cong. Penonton juga langsung paham. Ini yang dinamakan roso jati atau j ati roso,'' ujarnya.
Didik Lukardono, penonton yang juga pecinta seni mengatakan, menyampaikan pesan moral kepada masyarakat umum melalui media seperti kreasi wayang kampung sebelah, ini sangat tepat. ''Kritik sosialnya tinggi, dan sesuai dengan kehidupan sosial sehari-hari,'' paparnya. ''Wayang kampung sebelah sangat bagus mengemas kritik-kritiknya,'' lanjutnya.
Sedang Jlitheng Suparman, sang dalang, ditemui Suara Merdeka usai pementasan menjelaskan, dalam setiap pagelarannya, memang selalu mengingatkan penonton akan empat pilar kebangsaan yang kini dilupakan. Yaitu Pancasila, Undang-undang Dasar 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan Bhinneka Tungga Ika.
''Indonesia berdiri berdasarkan komitmen ini. Kalau lupa dengan komitmen yang telah dibuat, berarti telah lupa kepada aturan main yang telah dibuat,'' katanya.
Sementara mengenai tema ''Yang atas mengganas, yang bawah beringas'' yang diangkat, ia mengutarakan terinspirasi dari sebuah peristiwa di sebuah kabupaten. Di mana suatu ketika masyarakat mau mengadukan masalah ke DPRD, namun gedung dalam keadaan kosong, sehingga berbuntut pada tindak anarkisme dan perusakan gedung.
''Ini yang menjadi inspirasi kami. Pesan yang ingin kami sampaikan adalah, boleh melakukan kritik, tetapi jangan sampai merusak, karena yang rugi nantinya juga masyarakat sendiri. Mengkritik boleh, tapi jangan merusak fasilitas umum,'' tegasnya. [Rosidi]
Jlitheng Suparman. Dalang 'Wayang Kampung Sebelah' dari Solo inilah yang melontarkan berbagai kritikan atas berbagai realitas yang mengidap para elit negeri ini, dalam sebuah pementasan berjudul ''Yang atas mengganas, yang bawah beringas'' di halaman pusat penjualan produksi kriya di Jepon, Blora, Senin (25/4) malam.
Wayang yang tak biasa. Keluar dari pakem. Namun karena tidak biasa itulah, sehingga membuat rasa penasaran masyarakat sekitar untuk tidak beranjak, sejak dimulainya pementasan pada pukul 21.00 hingga menjelang pukul 24.00.
Narasi yang menggelitik disertai joke-joke segar yang sesuai dengan konteks kekinian, juga membuat penonton seringkali tak kuasa menahan tawa. Atau paling tidak, menyunggingkan senyum karena kepiawaian dan kejenakaan sang dalang memainkan memainkan wayang-wayangnya.
Penonton, misalnya, tak harus menahan diri untuk tertawa saat menyaksikan 'adegan' show dengan lakon oma ora mari-mari, raja dangdut di alam wayang kampung sebelah. Wayang itu menampilkan juga sosok dengan membawa gitar, mirip dengan Rhoma Irama. Atau saat giliran selanjutnya, Jlintheng menampilkan sosok mirip 'si Ratu Ngebor' Inul Daratista.
Lagi-lagi, gelak tawa tak dapat ditahan dari ratusan penonton yang hadir. Apalagi pementasan wayang tersebut, disertai pengiring musik yang begitu memesona. Luluk (drum), Yayat (Jimbe), Kukuh (kendang), Diaz (bass), Max Baihaqi (gitar), Gendot (saxofon), Sartono (flute), serta Narwanto dan Babahe (tonnik). Pada vokal, ada Cahwati dan Dwi Jaya.
Pemberi Penerang
Bimo Listiono, pengamat budaya dari Komunitas Pasang Surut, mengatakan, wayang pada zaman dulu merupakan media dakwah untuk memberikan penerangan pada ummat. ''Ini wayang kreasi yang sangat bagus. Orang yang melihat langsung bisa mencermati pesan yang ingin disampaikan.''
Itu yang menurutnya menjadi pembeda dengan wayang purwa yang biasa dimainkan para dalang pada umumnya. ''Ini kreasi wayang zaman modern yang sangat bagus. Tidak banyak cing cong. Penonton juga langsung paham. Ini yang dinamakan roso jati atau j ati roso,'' ujarnya.
Didik Lukardono, penonton yang juga pecinta seni mengatakan, menyampaikan pesan moral kepada masyarakat umum melalui media seperti kreasi wayang kampung sebelah, ini sangat tepat. ''Kritik sosialnya tinggi, dan sesuai dengan kehidupan sosial sehari-hari,'' paparnya. ''Wayang kampung sebelah sangat bagus mengemas kritik-kritiknya,'' lanjutnya.
Sedang Jlitheng Suparman, sang dalang, ditemui Suara Merdeka usai pementasan menjelaskan, dalam setiap pagelarannya, memang selalu mengingatkan penonton akan empat pilar kebangsaan yang kini dilupakan. Yaitu Pancasila, Undang-undang Dasar 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan Bhinneka Tungga Ika.
''Indonesia berdiri berdasarkan komitmen ini. Kalau lupa dengan komitmen yang telah dibuat, berarti telah lupa kepada aturan main yang telah dibuat,'' katanya.
Sementara mengenai tema ''Yang atas mengganas, yang bawah beringas'' yang diangkat, ia mengutarakan terinspirasi dari sebuah peristiwa di sebuah kabupaten. Di mana suatu ketika masyarakat mau mengadukan masalah ke DPRD, namun gedung dalam keadaan kosong, sehingga berbuntut pada tindak anarkisme dan perusakan gedung.
''Ini yang menjadi inspirasi kami. Pesan yang ingin kami sampaikan adalah, boleh melakukan kritik, tetapi jangan sampai merusak, karena yang rugi nantinya juga masyarakat sendiri. Mengkritik boleh, tapi jangan merusak fasilitas umum,'' tegasnya. [Rosidi]
Senin, 25 April 2011
Bujukan Petugas SPBU Takkan Mempan Bikin Konsumen Lirik Pertamax
Jakarta - Rencana pemerintah menekan konsumsi BBM bersubsidi melalui tindakan bersifat persuasif oleh Petugas SPBU dinilai tidak akan 100% efektif membujuk konsumen beralih ke Pertamax cs.
Demikian disampaikan oleh Ketua Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas (Hiswana Migas), Eri Purnomo Hadi ketika dihubungi detikFinance, Jakarta, Selasa (26/4/2011).
"Dari sisi persuasi, itu (program pelatihan petugas SPBU) nggak akan 100% efektif berhasil," terangnya.
Ia menegaskan, sulitnya keberhasilan 'Program Pertamaxisasi' itu disebabkan karena harga BBM non subsidi tersebut saat ini sangat mahal yakni di Jakarta bisa mencapai Rp 8.700 per liter. Bandingkan dengan harga BBM bersubsidi jenis premium yang hanya RP 4.500 per liter.
"Ya itu kan antara mendorong orang untuk membeli Pertamax, tapi di sisi lain, harga Pertamax masih tinggi. Itu agak susah itu," jelas Eri.
Eri menambahkan, hal tersebut sepenuhnya pun dikembalikan kepada kesadaran konsumen, dimana masing-masing konsumen memiliki interest tersendiri.
"Kita dari pihak SPBU jalani saja, itu kan juga tidak menambah biaya atau pun effort tertentu dari adanya pelatihan tersebut. Jadi itu normatif saja, itu cara marketing yang kebanyakan dilakukan korporasi," ungkap Eri.
Saat ditanya mengenai tindakan apa yang paling efektif untuk menekan konsumsi BBM bersubsidi, Eri mengatakan bahwa satu-satunya jalan adalah dengan menaikkan harga.
"Memang susah (melalui pelatihan petugas SPBU), paling efektif ya menaikkan harga (BBM bersubsidi). Tapi kalau program pelatihan ini dicoba ke SPBU tidak masalah. Itu dari segi pelatihan justru bagus dan baik untuk menambah refreshment petugas," katanya.
Sekali lagi Eri menambahkan, masalah efektifitas yang ditimbulkan melalui program Pertamaxisasi yang bersifat persuasif ini tidak akan bisa mencapai 100%. Apalagi ketika didukung dengan tingginya harga Pertamax (BBM Non Subsidi) sementara daya beli konsumen tidak meningkat.
"Ini susah, karena tidak dibarengi dengan daya beli yang meningkat," tuturnya.
Seperti diketahui, Pemerintah melalui Kementerian ESDM mengadakan pelatihan kepada para petugas SPBU di wilayah Jakarta. Pelatihan dilakukan untuk mengarahkan masyarakat mampu untuk tak membeli BBM subsidi.
Pelatihan dilaksanakan di Hotel Oasis Amir, Jakarta, Senin (25/4/2011). Ini dihadiri oleh perwakilan SPBU-SPBU di wilayah Jakarta dan sekitarnya. Acara dihadiri oleh Dirjen Migas Evita Legowo dan Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina Djaelani Sutomo.
Kemudian, pelatihan yang dilakukan berupa pengarahan pelaksanaa pelatihan tenaga penyuluh lapangan pengaturan BBM bersubsidi bagi supervisor, melaksanakan kebijakan pengaturan BBM bersubsidi, menjalankan teknik persuasif kepada konsumen, implementasi komunikasi dengan konsumen, hingga pengetahuan teknis terhadap produk.
Secara keseluruhan, pemerintah berencana laksanakan pelatihan ini untuk sebanyak 22 angkatan masing-masing sekitar 100 peserta yang terdiri dari supervisor SPBU dan aparatur pemerintah daerah dari wilayah Jabodetabek, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, hingga Sumatera. [R/dtc]
Demikian disampaikan oleh Ketua Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas (Hiswana Migas), Eri Purnomo Hadi ketika dihubungi detikFinance, Jakarta, Selasa (26/4/2011).
"Dari sisi persuasi, itu (program pelatihan petugas SPBU) nggak akan 100% efektif berhasil," terangnya.
Ia menegaskan, sulitnya keberhasilan 'Program Pertamaxisasi' itu disebabkan karena harga BBM non subsidi tersebut saat ini sangat mahal yakni di Jakarta bisa mencapai Rp 8.700 per liter. Bandingkan dengan harga BBM bersubsidi jenis premium yang hanya RP 4.500 per liter.
"Ya itu kan antara mendorong orang untuk membeli Pertamax, tapi di sisi lain, harga Pertamax masih tinggi. Itu agak susah itu," jelas Eri.
Eri menambahkan, hal tersebut sepenuhnya pun dikembalikan kepada kesadaran konsumen, dimana masing-masing konsumen memiliki interest tersendiri.
"Kita dari pihak SPBU jalani saja, itu kan juga tidak menambah biaya atau pun effort tertentu dari adanya pelatihan tersebut. Jadi itu normatif saja, itu cara marketing yang kebanyakan dilakukan korporasi," ungkap Eri.
Saat ditanya mengenai tindakan apa yang paling efektif untuk menekan konsumsi BBM bersubsidi, Eri mengatakan bahwa satu-satunya jalan adalah dengan menaikkan harga.
"Memang susah (melalui pelatihan petugas SPBU), paling efektif ya menaikkan harga (BBM bersubsidi). Tapi kalau program pelatihan ini dicoba ke SPBU tidak masalah. Itu dari segi pelatihan justru bagus dan baik untuk menambah refreshment petugas," katanya.
Sekali lagi Eri menambahkan, masalah efektifitas yang ditimbulkan melalui program Pertamaxisasi yang bersifat persuasif ini tidak akan bisa mencapai 100%. Apalagi ketika didukung dengan tingginya harga Pertamax (BBM Non Subsidi) sementara daya beli konsumen tidak meningkat.
"Ini susah, karena tidak dibarengi dengan daya beli yang meningkat," tuturnya.
Seperti diketahui, Pemerintah melalui Kementerian ESDM mengadakan pelatihan kepada para petugas SPBU di wilayah Jakarta. Pelatihan dilakukan untuk mengarahkan masyarakat mampu untuk tak membeli BBM subsidi.
Pelatihan dilaksanakan di Hotel Oasis Amir, Jakarta, Senin (25/4/2011). Ini dihadiri oleh perwakilan SPBU-SPBU di wilayah Jakarta dan sekitarnya. Acara dihadiri oleh Dirjen Migas Evita Legowo dan Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina Djaelani Sutomo.
Kemudian, pelatihan yang dilakukan berupa pengarahan pelaksanaa pelatihan tenaga penyuluh lapangan pengaturan BBM bersubsidi bagi supervisor, melaksanakan kebijakan pengaturan BBM bersubsidi, menjalankan teknik persuasif kepada konsumen, implementasi komunikasi dengan konsumen, hingga pengetahuan teknis terhadap produk.
Secara keseluruhan, pemerintah berencana laksanakan pelatihan ini untuk sebanyak 22 angkatan masing-masing sekitar 100 peserta yang terdiri dari supervisor SPBU dan aparatur pemerintah daerah dari wilayah Jabodetabek, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, hingga Sumatera. [R/dtc]
Bupati Tandatangani MoU Peningkatan Pendidikan
Wonosobo - Bupati Wonosobo HA Kholiq Arif Msi menandatangani nota kesepakatan dalam Master Of Understanding (MoU) dengan Yayasan Surya Institut. Penandatangan kerjasama guna mengingkatkan mutu pendidikan Wonosobo itu dilaksanakan di pendapa bupati. Polisi PKB itu mengharapkan fokus kerja tersebut lebih dapat diorientasikan pada kepentingan umum.
“Pembangunan pendidikan secara individual ini harus bersinergi untuk kebersamaan dan menampung berbagai kepentingan,” kata Kholiq tegas Senin (25/4).
Menurut bupati dengan kerjasama itu mutu pendidikan di Wonosobo dapat benar-benar berdampak secara nyata. Dengan mengaplikasikan time schedule, sasaran yang jelas, cerdas dan cermat, lanjut dia, maka akan tetap sasaran.
Pembina Yayasan Surya Institut Prof Yohanes Surya Phd menjelaskan penandatangan nota kesepakatan itu yaitu terkati dengan penyelenggaraan pendidikan, pelatihan guru, siswa serta para pejabat di dewan pengawas pendidikan.
“Dengan strategi yang jitu kita yakin akan mampu meningkatkan pendidikan di Wonosobo,” tutur yayasan yang sudah malang melintang menjalin kerjasama dengan sejumlah pemerintah daerah di Indonesia dalam bidang pendidikan.
Dijelaskan Yohanes lebih jauh, lembaganya telah teruji dan mumpuni dalam peningkatan pendidikan baik dari jenjang pendidikan formal maupun non formal. “Kami yakin dengan menggunakan strategi dan metode yang jitu pendidikan di Wonosobo bakal meningkat signifikan,” pungkas Yohanes yang mengenakan kacamata itu. [R/Yudi]
“Pembangunan pendidikan secara individual ini harus bersinergi untuk kebersamaan dan menampung berbagai kepentingan,” kata Kholiq tegas Senin (25/4).
Menurut bupati dengan kerjasama itu mutu pendidikan di Wonosobo dapat benar-benar berdampak secara nyata. Dengan mengaplikasikan time schedule, sasaran yang jelas, cerdas dan cermat, lanjut dia, maka akan tetap sasaran.
Pembina Yayasan Surya Institut Prof Yohanes Surya Phd menjelaskan penandatangan nota kesepakatan itu yaitu terkati dengan penyelenggaraan pendidikan, pelatihan guru, siswa serta para pejabat di dewan pengawas pendidikan.
“Dengan strategi yang jitu kita yakin akan mampu meningkatkan pendidikan di Wonosobo,” tutur yayasan yang sudah malang melintang menjalin kerjasama dengan sejumlah pemerintah daerah di Indonesia dalam bidang pendidikan.
Dijelaskan Yohanes lebih jauh, lembaganya telah teruji dan mumpuni dalam peningkatan pendidikan baik dari jenjang pendidikan formal maupun non formal. “Kami yakin dengan menggunakan strategi dan metode yang jitu pendidikan di Wonosobo bakal meningkat signifikan,” pungkas Yohanes yang mengenakan kacamata itu. [R/Yudi]
Poppy: Budaya Menjaga Jati Diri Bangsa
Blora - Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI asal Jawa Tengah (Jateng) Poppy S Dharsono mengingatkan agar masyarakat menjaga kearifan lokal dan warisan budaya bangsa. Karena dengan begitulah, jati diri bangsa akan terjaga dan tidak akan tercerabut dari akarnya.
Hal itu dikemukakannya dalam kesempatan kunjungannya di Desa Purwosari, Kecamatan Blora, Senin (25/4). ''Budaya lokal harus dipertahankan. Kalau tidak, perekat bangsa akan luntur dan masyarakat akan mudah terpecah belah,'' katanya di depan ratusan warga dan pelaku seni-budaya Blora.
Dia pun mengapresiasi niat luhur masyarakat Blora dalam rangka nguri-uri budayanya, seperti barongan dan tayub. ''Ini sangat penting dalam rangka menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI),'' tegasnya.
Poppy S Dharsono hadir di Desa Purwosari sekitar pukul 11.00. Sebelumnya, ia berziarah ke makam RA Kartini di Bulu (Rembang). Sesampainya di Purwosari, alumnus Akademi Sinematografi di Lembaga Pendidikan Kesenian Jakarta (LPKJ) yang disertai beberapa staf, ini disambut oleh pentas barongan dari paguyuban seni barong Sardulo Suro Dilogo. ''Sekali lagi saya tegaskan, budaya bangsa harus kita jaga, agar jati diri kita berbangsa tidak tercerabut dari akarnya,'' tegasnya.
Pada reses di Blora, jadwal Poppy terhitung sangat padat. Minggu (24/4) malam, ia berdialog dengan tokoh agama dan masyarakat di Cepu, dilanjutkan ziarah ke makam RA Kartini Senin pagi, lalu ke Purwosari berdialog tentang budaya bersama pelaku seniman di sana, tepatnya di Sanggar Seni Krido Budoyo pimpinan Sogol Surawan. (Rosidi)
Hal itu dikemukakannya dalam kesempatan kunjungannya di Desa Purwosari, Kecamatan Blora, Senin (25/4). ''Budaya lokal harus dipertahankan. Kalau tidak, perekat bangsa akan luntur dan masyarakat akan mudah terpecah belah,'' katanya di depan ratusan warga dan pelaku seni-budaya Blora.
Dia pun mengapresiasi niat luhur masyarakat Blora dalam rangka nguri-uri budayanya, seperti barongan dan tayub. ''Ini sangat penting dalam rangka menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI),'' tegasnya.
Poppy S Dharsono hadir di Desa Purwosari sekitar pukul 11.00. Sebelumnya, ia berziarah ke makam RA Kartini di Bulu (Rembang). Sesampainya di Purwosari, alumnus Akademi Sinematografi di Lembaga Pendidikan Kesenian Jakarta (LPKJ) yang disertai beberapa staf, ini disambut oleh pentas barongan dari paguyuban seni barong Sardulo Suro Dilogo. ''Sekali lagi saya tegaskan, budaya bangsa harus kita jaga, agar jati diri kita berbangsa tidak tercerabut dari akarnya,'' tegasnya.
Pada reses di Blora, jadwal Poppy terhitung sangat padat. Minggu (24/4) malam, ia berdialog dengan tokoh agama dan masyarakat di Cepu, dilanjutkan ziarah ke makam RA Kartini Senin pagi, lalu ke Purwosari berdialog tentang budaya bersama pelaku seniman di sana, tepatnya di Sanggar Seni Krido Budoyo pimpinan Sogol Surawan. (Rosidi)
Senin, 18 April 2011
Anggaran Perawatan Makam Kartini Minim
Rembang- Status pahlawan nasional tak lantas membuat kompleks makam RA Kartini mendapat perhatian ekstra dari Pemkab Rembang. Tahun ini, pemkab setempat hanya menganggarkan Rp 6 juta untuk perawatan salah satu tujuan wisata ziarah yang berlokasi di Desa/Kecamatan Bulu, Kabupaten Rembang itu.
Terakhir, pemkab sempat merenovasi makam dengan membuat pendapa di depan kompleks makam 2008 lalu. Namun karena kesalahan teknis, atap bangunan tersebut kini sudah bocor saat hujan deras turun.
“Kesalahan teknis pemasangan atap pendapa yang terlalu rendah dengan atap kompleks pemakaman itu tak diperhitungkan pengembang saat pelaksanaan pembangunan pendapa dilakukan,” ujar Suranto SH, Kepala Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertran) Kabupaten Rembang, Selasa (19/4).
Disebutkan, Pemkab Rembang telah menunjuk Dinsosnakertrans setempat untuk mengurus perawatan makam pahlawan. Suranto menyebutkan, tahun ini pihaknya hanya mendapat alokasi anggaran Rp 30 juta untuk perawatan makam pahlawan di Rembang.
Penggunaan anggaran terbesar tersedot ke penataan makam pahlawan Giri Bhakti di Desa Kabongan Kidul untuk membuat sumur untuk peziarah dan mendukung penataan taman makam pahlawan. “Untuk makam kartini hanya dianggarkan Rp 6 juta. Itu pun untuk perawatan kecil saja,” jelasnya.
Suranto menambahkan, minimnya angaran perawatan makam tokoh emansipasi itu bukan bermaksud mengecilkan peran Kartini. Disebutkan, makam Kartini yang berada di komplek makam keluarga Djojo Adhiningrat, mantan Bupati Rembang, sehingga diperlukan izin dari pihak keluarga untuk menambah bangunan di areal pemakaman.
Sebagai tokoh pahlawan nasional, makam RA Kartini banyak dikunjungi peziarah, khususnya menjelang tanggal 21 April. Tahun ini, perayaan puncak peringatan Hari Kartini tingkat Jawa Tengah akan dipusatkan di Kabupaten Rembang. “Pemerintah pusat kabarnya akan mengucurkan anggaran untuk perawatan makam pahlawan nasional. Tapi jumlahnya berapa kami belum bisa memastikannya,” tandasnya. [R/CN]
Terakhir, pemkab sempat merenovasi makam dengan membuat pendapa di depan kompleks makam 2008 lalu. Namun karena kesalahan teknis, atap bangunan tersebut kini sudah bocor saat hujan deras turun.
“Kesalahan teknis pemasangan atap pendapa yang terlalu rendah dengan atap kompleks pemakaman itu tak diperhitungkan pengembang saat pelaksanaan pembangunan pendapa dilakukan,” ujar Suranto SH, Kepala Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertran) Kabupaten Rembang, Selasa (19/4).
Disebutkan, Pemkab Rembang telah menunjuk Dinsosnakertrans setempat untuk mengurus perawatan makam pahlawan. Suranto menyebutkan, tahun ini pihaknya hanya mendapat alokasi anggaran Rp 30 juta untuk perawatan makam pahlawan di Rembang.
Penggunaan anggaran terbesar tersedot ke penataan makam pahlawan Giri Bhakti di Desa Kabongan Kidul untuk membuat sumur untuk peziarah dan mendukung penataan taman makam pahlawan. “Untuk makam kartini hanya dianggarkan Rp 6 juta. Itu pun untuk perawatan kecil saja,” jelasnya.
Suranto menambahkan, minimnya angaran perawatan makam tokoh emansipasi itu bukan bermaksud mengecilkan peran Kartini. Disebutkan, makam Kartini yang berada di komplek makam keluarga Djojo Adhiningrat, mantan Bupati Rembang, sehingga diperlukan izin dari pihak keluarga untuk menambah bangunan di areal pemakaman.
Sebagai tokoh pahlawan nasional, makam RA Kartini banyak dikunjungi peziarah, khususnya menjelang tanggal 21 April. Tahun ini, perayaan puncak peringatan Hari Kartini tingkat Jawa Tengah akan dipusatkan di Kabupaten Rembang. “Pemerintah pusat kabarnya akan mengucurkan anggaran untuk perawatan makam pahlawan nasional. Tapi jumlahnya berapa kami belum bisa memastikannya,” tandasnya. [R/CN]
8.300 Hektar Lahan di 4 Kecamatan Kritis
Wonosobo- Lahan hutan lindung seluas 8300 hektar di Kecamatan Kejajar, Garung, Kertek, dan Watumalang saat ini benar-benar kritis. Upaya penyadaran dari Pemkab masih nihil lantaran tingkat kesadaran masyarakat yang tinggal di kawasan perbukitan dan pegunungan itu kurang. Karena itu Pemkab menarget penanaman 3 juta bibit dalam kurun waktu tiga tahun mendatang.
“Kami berharap kepada semua yang hadir turut memberikan kontribusi secara nyata untuk menghijaukan kembali alam Wonosobo,” kata bupati HA Kholiq Arif Msi di gedung Serba Guna Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi di Jakarta kepada 500 anggota Ikatan Keluarga Wonosobo (IKW) se Jabodetabek Minggu (17/4).
Hadir dalam acara tersebut Wakil Bupati Wonosobo Dra Hj Maya Rosida MM, Sekretaris Daerah Pemda Wonosobo Drs Eko Sutrisno Wibowo MM beberapa kepala SKPD. Acara yang berlangsung kurang lebih selama setengah hari itu juga dimeriahkan pentas seni dan jamuan kuliner khas Wonosobo.
Ketua IKW Sunarno mengatakan temu kangen yang diselenggarakan ke 14 kalinya tersebut sebagai upaya merekatkan semangat kekeluargaan warga asal Wonosobo di Jabodetabek. Kata dia hingga kini tercatat sebanyak 1280 anggota yang bergabung IKW dengan prediksi total keseluruhan 2800 anggota.
“Sosialisasi IKW belum optimal, kami akan bekerja lebih ekstra keras lagi agar IKW lebih dikenal warga asli Wonosobo di Jabodetabek,” ucapnya.
Selain bekerja lebih giat, Sunarno menyatakan siap mendukung ajakan bupati untuk menyediakan benih yang akan ditanam di lahan kritis demi mewujudkan Wonosobo yang hijau dan asri seperti tempo dulu.
”Kami semua anggota IKW siap mendukung upaya penghijauan di kabupaten Wonosobo,” tandasnya. [R/Yudi]
“Kami berharap kepada semua yang hadir turut memberikan kontribusi secara nyata untuk menghijaukan kembali alam Wonosobo,” kata bupati HA Kholiq Arif Msi di gedung Serba Guna Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi di Jakarta kepada 500 anggota Ikatan Keluarga Wonosobo (IKW) se Jabodetabek Minggu (17/4).
Hadir dalam acara tersebut Wakil Bupati Wonosobo Dra Hj Maya Rosida MM, Sekretaris Daerah Pemda Wonosobo Drs Eko Sutrisno Wibowo MM beberapa kepala SKPD. Acara yang berlangsung kurang lebih selama setengah hari itu juga dimeriahkan pentas seni dan jamuan kuliner khas Wonosobo.
Ketua IKW Sunarno mengatakan temu kangen yang diselenggarakan ke 14 kalinya tersebut sebagai upaya merekatkan semangat kekeluargaan warga asal Wonosobo di Jabodetabek. Kata dia hingga kini tercatat sebanyak 1280 anggota yang bergabung IKW dengan prediksi total keseluruhan 2800 anggota.
“Sosialisasi IKW belum optimal, kami akan bekerja lebih ekstra keras lagi agar IKW lebih dikenal warga asli Wonosobo di Jabodetabek,” ucapnya.
Selain bekerja lebih giat, Sunarno menyatakan siap mendukung ajakan bupati untuk menyediakan benih yang akan ditanam di lahan kritis demi mewujudkan Wonosobo yang hijau dan asri seperti tempo dulu.
”Kami semua anggota IKW siap mendukung upaya penghijauan di kabupaten Wonosobo,” tandasnya. [R/Yudi]
Jumat, 15 April 2011
Din Kutuk Bom Cirebon
Jakarta - Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin menyatakan aksi bom bunuh diri di Cirebon tidak berperikemanusiaan dan tidak berketuhanan karena tindakan itu jauh dari nilai agama apa lagi aksi itu dilakukan dalam masjid.
Din yang sedang berada di Washington DC untuk menghadiri The US-Islamic World Forum, dalam pesan singkatnya kepada ANTARA di Jakarta, Sabtu, menyatakan, "Jelas kita semua mengutuk aksi teror seperti itu, apalagi dilakukan di dalam masjid."
Dia menambahkan, aksi bom bunuh diri itu adalah tindakan yang jauh dari nilai agama.
"Besar kemungkinan tindakan itu bertujuan untuk mengganggu umat Islam sehingga tidak nyaman dan bahkan takut beribadah dalam masjid," kata Din.
Din meminta pemerintah dan Polri mengusut tuntas dan menyingkap aktor intelektual di belakangnya, serta bersungguh-sungguh menjaga keamanan dan rasa aman masyarakat.
Bom bunuh diri terjadi saat salat Jumat sekitar pukul 12.20 WIB di masjid di lingkungan Markas Kepolisian Resor Kota Cirebon. [R/Ant]
Din yang sedang berada di Washington DC untuk menghadiri The US-Islamic World Forum, dalam pesan singkatnya kepada ANTARA di Jakarta, Sabtu, menyatakan, "Jelas kita semua mengutuk aksi teror seperti itu, apalagi dilakukan di dalam masjid."
Dia menambahkan, aksi bom bunuh diri itu adalah tindakan yang jauh dari nilai agama.
"Besar kemungkinan tindakan itu bertujuan untuk mengganggu umat Islam sehingga tidak nyaman dan bahkan takut beribadah dalam masjid," kata Din.
Din meminta pemerintah dan Polri mengusut tuntas dan menyingkap aktor intelektual di belakangnya, serta bersungguh-sungguh menjaga keamanan dan rasa aman masyarakat.
Bom bunuh diri terjadi saat salat Jumat sekitar pukul 12.20 WIB di masjid di lingkungan Markas Kepolisian Resor Kota Cirebon. [R/Ant]
80 % Anggota DPR Kurang Peka Sosial
Jakarta - Pembangunan Gedung DPR yang megah dan mewah, menunjukkan bahwa para wakil rakyat tersebut kurang peka membaca situasi dan kondisi bangsanya. Mereka kurang membaca karena sibuk melakukan lobi-lobi demi kepentingan pribadi dan kelompoknya saja.
"Jadi boro-boro ada waktu untuk baca. Dan bila saya perhatikan wajah-wajah anggota itu wajah-wajah kurang membaca. Marzuki Alie, juga kelihatan kurang membaca, jadi innocent saja wajahnya," kata seniman dan pelukis Hardi dalam acara Polemik bertema 'DPR Gedung Baru dan Ulat Bulu' yang diselenggarakan Trijaya FM di Warung Daun Cikini, Sabtu (16/4/2011).
Menurutnya, pembangunan gedung sebaiknya dialihkan menjadi pembangunan perpustakaan terlengkap dan terbesar. "Juga terbuka untuk umum. Biar rakyat bisa tambah pintar, berguna untuk rakyat. Tapi itupun bisa juga ditentang dengan berbagai alasan," kata pria asal Blitar tersebut.
Dengan kurang suka membaca, maka cara mereka melakukan refreshing adalah dengan pornografi, yang terkesan murahan dan jauh dari seni.
"Jadi yang murahan yang instan saja. Saya juga pernah melukis perempuan telanjang, tapi melalui proses yang panjag dan membaca, atau belajar dulu. Tapi saya heran ya mengapa FPI tidak menyerbu DPR padahal ada pornografi di sana," kata Hardi yang disambut gerr hadirin. [R/CN]
"Jadi boro-boro ada waktu untuk baca. Dan bila saya perhatikan wajah-wajah anggota itu wajah-wajah kurang membaca. Marzuki Alie, juga kelihatan kurang membaca, jadi innocent saja wajahnya," kata seniman dan pelukis Hardi dalam acara Polemik bertema 'DPR Gedung Baru dan Ulat Bulu' yang diselenggarakan Trijaya FM di Warung Daun Cikini, Sabtu (16/4/2011).
Menurutnya, pembangunan gedung sebaiknya dialihkan menjadi pembangunan perpustakaan terlengkap dan terbesar. "Juga terbuka untuk umum. Biar rakyat bisa tambah pintar, berguna untuk rakyat. Tapi itupun bisa juga ditentang dengan berbagai alasan," kata pria asal Blitar tersebut.
Dengan kurang suka membaca, maka cara mereka melakukan refreshing adalah dengan pornografi, yang terkesan murahan dan jauh dari seni.
"Jadi yang murahan yang instan saja. Saya juga pernah melukis perempuan telanjang, tapi melalui proses yang panjag dan membaca, atau belajar dulu. Tapi saya heran ya mengapa FPI tidak menyerbu DPR padahal ada pornografi di sana," kata Hardi yang disambut gerr hadirin. [R/CN]
UMK Gelar Konferensi Nasional Pertama ELT dan Budaya
Kudus - Program Studi (Progdi) Bahasa Inggris Universitas Muria Kudus (UMK) untuk pertama kali menggelar Konferensi Nasional English Language Teaching (ELT) dan Budaya pada 19 Juli 2011 bertempat di Ruang Utama Seminar pada Lantai 4 Gedung Rektor UMK.
Kehidupan semakin dinamis sehingga peran strategi pengajaran Bahasa Inggris perlu untuk direvitalisasi dan kembangkan. Sebagai respon atas kebutuhan tersebut, konferensi nasional ini untuk pertama kalinya diselenggarakan.
Konferensi nasional yang mengangkat tema “Revitalizing the Practice of Teaching English to Young Learners in Indonesia (TEYLIN)” ini, mendatangkan pembicara Prof Drs. Bambang Yudi Cahyono, M. Pd, MA, Ph.D (Unversitas Negeri Malang) dan Itje Khotijah MA (UHAMKA Jakarta). Keduanya akan menyampaikan materi pada sesi pleno.
Dalam konferensi, topik mengenai TEYLIN yang akan dibahas di antaranya terkait; pengembangan dan implementasi TEYLIN terkini, kebijakan, silabus, dan bahan pengembangan TEYLIN, wawasan budaya dan bahasa, TIK, permainan, media, metode, dan penilaian/ evaluasi praktek TEYLIN, literatur lokal, serta aspek psikolinguistik dan sosiolinguistik TEYLIN.
Untuk pendaftaran peserta, panitia konferensi memberikan rentang waktu hingga 30 Juni 2011. Panitia akan menutup pendaftaran apabila peserta yang terdaftar telah mencapai 150 orang.
Penyelenggara juga mengadakan “call for papers” . Bukan hanya, paper penelitian atau workshop, paper non penelitian atau workshop juga diterima . Untuk pengiriman proposal paper, panitia memberi tenggat waktu hingga 21 Mei 2001. Hasil seleksi proposal akan dipresentasikan pada sesi konferensi dan lokakarya . Adapun lebih lengkap mengenai format paper, syarat administrasi dan fasilitas konferensi, calon peserta dapat mengunjungi teylinumk2011.blogspot.com. [R/UMK]
Kehidupan semakin dinamis sehingga peran strategi pengajaran Bahasa Inggris perlu untuk direvitalisasi dan kembangkan. Sebagai respon atas kebutuhan tersebut, konferensi nasional ini untuk pertama kalinya diselenggarakan.
Konferensi nasional yang mengangkat tema “Revitalizing the Practice of Teaching English to Young Learners in Indonesia (TEYLIN)” ini, mendatangkan pembicara Prof Drs. Bambang Yudi Cahyono, M. Pd, MA, Ph.D (Unversitas Negeri Malang) dan Itje Khotijah MA (UHAMKA Jakarta). Keduanya akan menyampaikan materi pada sesi pleno.
Dalam konferensi, topik mengenai TEYLIN yang akan dibahas di antaranya terkait; pengembangan dan implementasi TEYLIN terkini, kebijakan, silabus, dan bahan pengembangan TEYLIN, wawasan budaya dan bahasa, TIK, permainan, media, metode, dan penilaian/ evaluasi praktek TEYLIN, literatur lokal, serta aspek psikolinguistik dan sosiolinguistik TEYLIN.
Untuk pendaftaran peserta, panitia konferensi memberikan rentang waktu hingga 30 Juni 2011. Panitia akan menutup pendaftaran apabila peserta yang terdaftar telah mencapai 150 orang.
Penyelenggara juga mengadakan “call for papers” . Bukan hanya, paper penelitian atau workshop, paper non penelitian atau workshop juga diterima . Untuk pengiriman proposal paper, panitia memberi tenggat waktu hingga 21 Mei 2001. Hasil seleksi proposal akan dipresentasikan pada sesi konferensi dan lokakarya . Adapun lebih lengkap mengenai format paper, syarat administrasi dan fasilitas konferensi, calon peserta dapat mengunjungi teylinumk2011.blogspot.com. [R/UMK]
Kamis, 14 April 2011
Samijoyo All Star Luncurkan Kaus Pram
Blora - Memperingati lima tahun meninggalnya penulis dan sastrawan besar Pramoedya Ananta Toer tahun ini, Samijoyo All Star Production kembali meluncurkan kaus Pram. Dalam desain kaus itu termaktub kalimat 'Sejarah Akan Membuktika: Siapa yang benar, saya atau penguasa'. Eko Arifianto, pemilik Samijoyo All Star Production, mengutarakan, kaus warna hitam hasil kreasinya itu di lempar ke pasaran dengan harga Rp 50.000. Untuk pemesanan bisa menghubungi 081328775879. [R]
Indonesia Hadapi Tantangan Transparansi Penegakan Hukum
Makassar - Saat ini Indonesia masih menghadapi tantangan yang cukup serius yaitu membangun kembali transparansi penegakan hukum sebagai bentuk dinamika kehidupan berbangsa dan bernegara.
Ketua Mahkamah Agung (MA), Harifin Andi Tumpa, di Universitas Hasanuddin Makassar, Kamis mengatakan di era modern saat ini, khususnya sejak reformasi bergulir, transparansi merupakan suatu hal yang tidak bisa dihindari, termasuk dalam hal penegakan hukum di Indonesia.
Praktik-praktik penegakan hukum yang selama ini ditunjukkan oleh para penegak hukum, masih menunjukkan adanya ketidakterbukaan terhadap masyarakat, sehingga menimbulkan rendahnya kepercayaan masyarakat terhadap lembaga penegak hukum.
"Di lingkungan penegak hukum, masih tidak terdapat transparansi dalam setiap proses. Seharusnya dalam setiap tahapan proses, penegak hukum menyampaikan hasilnya, sehingga para pencari keadilan dapat mengetahui apakah proses tersebut sudah berjalan sesuai dengan prosedur," ungkapnya.
Dalam hal ini, proses penegakan hukum harus sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang harus disampaikan secara transparan kepada para pencari keadilan.
Hal ini banyak terkuak dalam kasus aparat penegak hukum yang seringkali memanfaatkan hukum sebagai alat untuk melahirkan impunitas yaitu kondisi dimana seseorang bisa dengan mudahnya terhindar dari jerat hukum.
"Selain itu, terdapat pula kasus rekayasa berita acara yang kemudian bermuara pada putusan, yang dilakukan karena adanya negosiasi-negosiasi antara pihak-pihak, baik secara langsung maupun melalui calo perkara," tuturnya.
Meskipun begitu, kata dia, buruknya transparansi penegakan hukum tidak dapat dilimpahkan seluruhnya kepada aparat penegak hukum, karena hal tersebut juga tidak terlepas dari peranan pihak dalam perkara, termasuk advokat.
Dalam beberapa kasus mafia hukum yang terungkap, tidak jarang keberadaan advokat memegang peranan penting yang mengatur perjalanan dari hasil suatu perkara, seperti yang terjadi dalam kasus Gayus Tambunan, Susno Duaji, dan kasus Hakim Ibrahim.
"Rendahnya transparansi penegakan hukum inilah yang menjadi salah satu faktor terbesar sehingga penegakan hukum di Indonesia masih dalam situasi yang carut marut," imbuhnya.
Oleh karena itu, transparansi penegakan hukum sangat diperlukan untuk mengindari terjadinya manipulasi fakta, penyalahgunaan kekuasaan, dan ketidakjujuran. [R/Ant]
Ketua Mahkamah Agung (MA), Harifin Andi Tumpa, di Universitas Hasanuddin Makassar, Kamis mengatakan di era modern saat ini, khususnya sejak reformasi bergulir, transparansi merupakan suatu hal yang tidak bisa dihindari, termasuk dalam hal penegakan hukum di Indonesia.
Praktik-praktik penegakan hukum yang selama ini ditunjukkan oleh para penegak hukum, masih menunjukkan adanya ketidakterbukaan terhadap masyarakat, sehingga menimbulkan rendahnya kepercayaan masyarakat terhadap lembaga penegak hukum.
"Di lingkungan penegak hukum, masih tidak terdapat transparansi dalam setiap proses. Seharusnya dalam setiap tahapan proses, penegak hukum menyampaikan hasilnya, sehingga para pencari keadilan dapat mengetahui apakah proses tersebut sudah berjalan sesuai dengan prosedur," ungkapnya.
Dalam hal ini, proses penegakan hukum harus sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang harus disampaikan secara transparan kepada para pencari keadilan.
Hal ini banyak terkuak dalam kasus aparat penegak hukum yang seringkali memanfaatkan hukum sebagai alat untuk melahirkan impunitas yaitu kondisi dimana seseorang bisa dengan mudahnya terhindar dari jerat hukum.
"Selain itu, terdapat pula kasus rekayasa berita acara yang kemudian bermuara pada putusan, yang dilakukan karena adanya negosiasi-negosiasi antara pihak-pihak, baik secara langsung maupun melalui calo perkara," tuturnya.
Meskipun begitu, kata dia, buruknya transparansi penegakan hukum tidak dapat dilimpahkan seluruhnya kepada aparat penegak hukum, karena hal tersebut juga tidak terlepas dari peranan pihak dalam perkara, termasuk advokat.
Dalam beberapa kasus mafia hukum yang terungkap, tidak jarang keberadaan advokat memegang peranan penting yang mengatur perjalanan dari hasil suatu perkara, seperti yang terjadi dalam kasus Gayus Tambunan, Susno Duaji, dan kasus Hakim Ibrahim.
"Rendahnya transparansi penegakan hukum inilah yang menjadi salah satu faktor terbesar sehingga penegakan hukum di Indonesia masih dalam situasi yang carut marut," imbuhnya.
Oleh karena itu, transparansi penegakan hukum sangat diperlukan untuk mengindari terjadinya manipulasi fakta, penyalahgunaan kekuasaan, dan ketidakjujuran. [R/Ant]
Roda Perekonomian Terancam Putus Akibat Kerusakan Jalan
Jambi- Roda perekonomian di sejumlah kawasan di Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi terancam putus akibat kondisi jalan di daerah itu banyak yang rusak parah.
Salah satunya adalah jalan menuju Kecamatan Dendang, Kecamatan Berbak, dan sejumlah jalan menuju desa-desa di Kecamatan Muarasabak Timur.
Dari pantauan ANTARA, di Muarasabak, ibu kota Kabupaten Tanjung Jabung Timur (Tanjabtim), Kamis, kondisi jalan menuju Kecamatan Dendang menuju arah ibu kota kabupaten maupun Kota Jambi dikeluhkan sejumlah warga maupun sopir-sopir angkutan.
Yanto (37) salah warga Dendang yang sehari-hari bekerja sebagai sopir mengaku sangat terganggu akan kondisi jalan yang ada.
Kondisi jalan sepanjang 15 kilometer itu, katanya, banyak berlubang dan berlumpur. Sehingga, tidak jarang banyak angkutan sawit maupun karet terguling yang ujung-ujungnya justru menyebabkan kerugian yang mengancam kondisi perekonomian masyarakat di daerah itu.
"Di sini angkutan banyak didominasi sawit dan karet, apalagi ini jalan lintas satu-satunya yang ada di Kecamatan Dendang. Kami berharap bupati yang baru benar-benar memperhatikan kondisi jalan di Tanjabtim. Sebab, jika tidak segera diperbaiki, warga disini akan kesulitan memasarkan hasil produksi kebunnya," ujar Yanto.
Hal yang sama juga dikatakan Puji (40) salah seorang warga Kecamatan Muarasabak Timur, perempuan yang biasa berjualan disejumlah pasar di Tanjabtim ini mengaku sangat terganggu oleh kondisi jalan yang rusak.
"Sudah lama jalan di Muarasabak Timur belum diperbaiki. Padahal ini adalah jalan utama menuju beberapa daerah ekonomi," ujarnya.
Menurut Puji, Kabupaten Tanjabtim belum memiliki pusat perdagangan, sehingga, kegiatan ekonomi masyarakat berada disejumlah lokasi desa maupun kelurahan yang berbeda-beda tiap harinya.
Akibatnya, para pedagang seperti dirinya harus berpindah setiap hari sesuai jadwal pasar untuk berdagang. Kondisi tersebut, katanya, sangat terganggu oleh kondisi jalan yang rusak.
"Tapi mau bagaimana lagi, itulah jalan satu-satunya, yang jelas akibat kondisi jalan beberapa harga barang cukup tinggi untuk ongkos transportasi," katanya.
Sementara itu, Bupati Tanjabtim, Zumi Zola berjanji, pada periode masa pemerintahannya akan memfokuskan diri pada perbaikan infrastruktur jalan di daerahnya.
"Sudah saya tegaskan sejak saya dilantik kemarin, kami akan fokus pada perbaikan infrastruktur. Untuk itu, masyarakat saya harap bisa bersabar, terlebih dahulu saya akan mendata seluruh jalan dan kondisinya untuk kemudian memberlakukan percepatan peningkatan infrastruktur di Tanjung Jabung Timur," jelas bupati termuda di Indonesia ini. [R/Ant]
Salah satunya adalah jalan menuju Kecamatan Dendang, Kecamatan Berbak, dan sejumlah jalan menuju desa-desa di Kecamatan Muarasabak Timur.
Dari pantauan ANTARA, di Muarasabak, ibu kota Kabupaten Tanjung Jabung Timur (Tanjabtim), Kamis, kondisi jalan menuju Kecamatan Dendang menuju arah ibu kota kabupaten maupun Kota Jambi dikeluhkan sejumlah warga maupun sopir-sopir angkutan.
Yanto (37) salah warga Dendang yang sehari-hari bekerja sebagai sopir mengaku sangat terganggu akan kondisi jalan yang ada.
Kondisi jalan sepanjang 15 kilometer itu, katanya, banyak berlubang dan berlumpur. Sehingga, tidak jarang banyak angkutan sawit maupun karet terguling yang ujung-ujungnya justru menyebabkan kerugian yang mengancam kondisi perekonomian masyarakat di daerah itu.
"Di sini angkutan banyak didominasi sawit dan karet, apalagi ini jalan lintas satu-satunya yang ada di Kecamatan Dendang. Kami berharap bupati yang baru benar-benar memperhatikan kondisi jalan di Tanjabtim. Sebab, jika tidak segera diperbaiki, warga disini akan kesulitan memasarkan hasil produksi kebunnya," ujar Yanto.
Hal yang sama juga dikatakan Puji (40) salah seorang warga Kecamatan Muarasabak Timur, perempuan yang biasa berjualan disejumlah pasar di Tanjabtim ini mengaku sangat terganggu oleh kondisi jalan yang rusak.
"Sudah lama jalan di Muarasabak Timur belum diperbaiki. Padahal ini adalah jalan utama menuju beberapa daerah ekonomi," ujarnya.
Menurut Puji, Kabupaten Tanjabtim belum memiliki pusat perdagangan, sehingga, kegiatan ekonomi masyarakat berada disejumlah lokasi desa maupun kelurahan yang berbeda-beda tiap harinya.
Akibatnya, para pedagang seperti dirinya harus berpindah setiap hari sesuai jadwal pasar untuk berdagang. Kondisi tersebut, katanya, sangat terganggu oleh kondisi jalan yang rusak.
"Tapi mau bagaimana lagi, itulah jalan satu-satunya, yang jelas akibat kondisi jalan beberapa harga barang cukup tinggi untuk ongkos transportasi," katanya.
Sementara itu, Bupati Tanjabtim, Zumi Zola berjanji, pada periode masa pemerintahannya akan memfokuskan diri pada perbaikan infrastruktur jalan di daerahnya.
"Sudah saya tegaskan sejak saya dilantik kemarin, kami akan fokus pada perbaikan infrastruktur. Untuk itu, masyarakat saya harap bisa bersabar, terlebih dahulu saya akan mendata seluruh jalan dan kondisinya untuk kemudian memberlakukan percepatan peningkatan infrastruktur di Tanjung Jabung Timur," jelas bupati termuda di Indonesia ini. [R/Ant]
Kesuksesan Bersama
Blora - Surprise! Ya, Kamis (14/4) pagi, merupakan salah satu hari yang sangat membahagiakan bagi Dra Sri Murtiningsih MS, Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Jateng. Betapa tidak, di pendapa rumah dinas bupati Blora, ternyata ia dinobatkan oleh Ikatan Penyuluh Keluarga Berencana (IPeKB) sebagai Ibu IPeKB Jateng dan motivator sejati program KB di provinsi ini.
''Ini surprise buat saya,'' ujarnya. Namun alumnus Jurusan Ilmu Sosial Politik (Sospol) Universitas Diponegoro (Undip) 1979 yang 28 tahun bertugas di BKKBN Pusat, itu menyebut kesuksesan yang diraih BKKBN Jateng selama ini, adalah berkat kerjasama banyak pihak. ''Saya sangat menghargai semangat teman-teman di lapangan yang luar biasa. Ini adalah penghargaan untuk Jateng,'' tegasnya.
Menjadi Kepala BKKBN Jateng sejak Juni 2009, lulusan Pasca Sarjana Universitas Indonesia (UI) pada Konsentrasi Lingkungan dan Ekologi manusia, Murti -sapaan akrab Kepala BKKBN Jateng- pun merasa menemukan suasana yang baru sekaligus nyaman, yang jauh berbeda jika dibandingkan saat ia di Jakarta.
''Saya bertugas di berbagai bidang saat di BKKBN Pusat. Namun di Jateng, di lapangan, saya menemukan sesuatu yang lain, yaitu keseimbangan hidup antara alam dan manusia yang tulus. Kita harus bergandeng tangan agar lebih baik lagi,'' tandasnya. [R]
''Ini surprise buat saya,'' ujarnya. Namun alumnus Jurusan Ilmu Sosial Politik (Sospol) Universitas Diponegoro (Undip) 1979 yang 28 tahun bertugas di BKKBN Pusat, itu menyebut kesuksesan yang diraih BKKBN Jateng selama ini, adalah berkat kerjasama banyak pihak. ''Saya sangat menghargai semangat teman-teman di lapangan yang luar biasa. Ini adalah penghargaan untuk Jateng,'' tegasnya.
Menjadi Kepala BKKBN Jateng sejak Juni 2009, lulusan Pasca Sarjana Universitas Indonesia (UI) pada Konsentrasi Lingkungan dan Ekologi manusia, Murti -sapaan akrab Kepala BKKBN Jateng- pun merasa menemukan suasana yang baru sekaligus nyaman, yang jauh berbeda jika dibandingkan saat ia di Jakarta.
''Saya bertugas di berbagai bidang saat di BKKBN Pusat. Namun di Jateng, di lapangan, saya menemukan sesuatu yang lain, yaitu keseimbangan hidup antara alam dan manusia yang tulus. Kita harus bergandeng tangan agar lebih baik lagi,'' tandasnya. [R]
Wartawan Tahlilan untuk Rosihan Anwar
Wonosobo - Puluhan Wartawan yang bertugas di Kabupaten Wonosobo membacakan yasin dan tahlil yang ditujukan kepada wartawan senior Rosihan Anwar. Hal itu dilakukakan karena pendiri Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) itu meninggal dunia Kamis (14/4/2011) pagi pukul 08.15 WIB di Rumah Sakit Metro Medical Center (MMC) Jakarta diusianya yang ke 89 tahun.
Sekretaris PWI Jateng V Muharno Zarka mengatakan aksi doa bersama para wartawan di Wonosobo itu sebagai bentuk penghormatan kepada tokoh Rosihan Anwar yang meninggal dunia. Menurutnya beliau sosok wartawan lintas generasi. Yakni dari pra, kemerdekaan, hingga usai kemerdekaan.
“Kami pelaku pers di Wonosobo sangat berduka.Setelah doa bersama ini akan kami gelar diskusi seputar sepak terjang Rosihan Anwar terkait implikasi historis pers nasional,” katanya.
Muharno menilai Rosihan Anwar layak jadi pahlawan pers nasional mengingat jasa-jasanya bagi perubahan bangsa Indonesai sangat besar. Selain itu, sebagai jurnalis beliau tidak hanya mencatat peristiwa namun bisa memberi kritik sosial kepada public demi kemajuan di semua lini bidang kehidupan berbangsa dan bernegara.
“Pemikiran Rosihan Anwar patut jadi referensi peliputan,” ungkapnya.
Hal senada dikatakan Ronaldo Bramantio salah seorang jurnalis dari media elektronik. Selaku jurnalis yunior ia merasakan kehilangan yang luar biasa. Karena sampai sekarang tampaknya belum ada jurnlais yang bisa mengantikan ketohohan sosok Rosihan Anwar.
“Rosihan adalah sosok tonggak awal kebebasan pers di Indonesia,” tuturnya.
Setelah para wartawan menggelar doa bersama di ruang balai wartawan Wonosobo mereka lantas menunaikan shalat ghoib di musala kompleks pendapa bupati Wonosobo. Setelah itu mereka kembali melanjutkan liputannya. [R/Yudi]
Sekretaris PWI Jateng V Muharno Zarka mengatakan aksi doa bersama para wartawan di Wonosobo itu sebagai bentuk penghormatan kepada tokoh Rosihan Anwar yang meninggal dunia. Menurutnya beliau sosok wartawan lintas generasi. Yakni dari pra, kemerdekaan, hingga usai kemerdekaan.
“Kami pelaku pers di Wonosobo sangat berduka.Setelah doa bersama ini akan kami gelar diskusi seputar sepak terjang Rosihan Anwar terkait implikasi historis pers nasional,” katanya.
Muharno menilai Rosihan Anwar layak jadi pahlawan pers nasional mengingat jasa-jasanya bagi perubahan bangsa Indonesai sangat besar. Selain itu, sebagai jurnalis beliau tidak hanya mencatat peristiwa namun bisa memberi kritik sosial kepada public demi kemajuan di semua lini bidang kehidupan berbangsa dan bernegara.
“Pemikiran Rosihan Anwar patut jadi referensi peliputan,” ungkapnya.
Hal senada dikatakan Ronaldo Bramantio salah seorang jurnalis dari media elektronik. Selaku jurnalis yunior ia merasakan kehilangan yang luar biasa. Karena sampai sekarang tampaknya belum ada jurnlais yang bisa mengantikan ketohohan sosok Rosihan Anwar.
“Rosihan adalah sosok tonggak awal kebebasan pers di Indonesia,” tuturnya.
Setelah para wartawan menggelar doa bersama di ruang balai wartawan Wonosobo mereka lantas menunaikan shalat ghoib di musala kompleks pendapa bupati Wonosobo. Setelah itu mereka kembali melanjutkan liputannya. [R/Yudi]
PBNU Minta Akhiri Kekerasan di Libya
Jakarta- Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mendesak semua pihak mengakhiri kekerasan dan lebih mendorong proses dialog dalam penyelesaian krisis politik di Libya.
"Kekerasan tidak boleh diatasi dengan kekerasan," kata Ketua Umum PBNU, KH Said Aqil Siroj, usai pertemuan tertutup dengan Duta Besar Inggris untuk Indonesia, Martin Alan Hatful, di kantor PBNU di Jakarta, Kamis.
Ia mengakui, Presiden Libya, Muamar Gaddafi, memang pemimpin diktator.
Namun, katanya, penyelesaian krisis politik di negara kaya minyak itu tetap harus diupayakan secara damai melalui dialog.
Hal yang sama juga dikemukakan Said Aqil saat menerima kunjungan Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia, Scott Marciel, yang datang sesudah rombongan Dubes Inggris.
Persoalan Libya salah satu isu yang dibicarakan PBNU dengan Dubes Inggris dan Dubes AS, selain isu lainnya seperti tentang Timur Tengah, perubahan iklim, dan pendidikan.
Kepada Dubes Martin Hatful, Said Aqil menyampaikan bahwa Inggris selama ini dinilai sebagai negara yang paling baik di mata dunia muslim dibandingkan dengan negara Eropa lainnya.
Ia mengatakan, komitmen Inggris terhadap kebebasan beragama dan penghargaan terhadap kesetaraan telah dibuktikan dengan adanya warga negara itu beragama Islam yang menjadi anggota parlemen dan pejabat publik.
Ia berharap, Inggris mampu mempertahankan citra positif itu dengan tidak mengambil sikap dan kebijakan yang salah.
"Inggris jangan sampai salah dalam mengambil sikap yang nantinya bisa mengubah citranya di dunia muslim. Kalau bisa citranya semakin bagus di dunia muslim," katanya.
Martin Hatful menjelaskan, keterlibatan Inggris dalam operasi militer di Libya untuk menjalankan resolusi PBB yang ditujukan melindungi warga sipil dari serangan militer pendukung pemerintahan Gaddafi.
"Ini bukan konflik antara Barat dengan Islam," kata Martin Hatful. [R/Ant]
"Kekerasan tidak boleh diatasi dengan kekerasan," kata Ketua Umum PBNU, KH Said Aqil Siroj, usai pertemuan tertutup dengan Duta Besar Inggris untuk Indonesia, Martin Alan Hatful, di kantor PBNU di Jakarta, Kamis.
Ia mengakui, Presiden Libya, Muamar Gaddafi, memang pemimpin diktator.
Namun, katanya, penyelesaian krisis politik di negara kaya minyak itu tetap harus diupayakan secara damai melalui dialog.
Hal yang sama juga dikemukakan Said Aqil saat menerima kunjungan Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia, Scott Marciel, yang datang sesudah rombongan Dubes Inggris.
Persoalan Libya salah satu isu yang dibicarakan PBNU dengan Dubes Inggris dan Dubes AS, selain isu lainnya seperti tentang Timur Tengah, perubahan iklim, dan pendidikan.
Kepada Dubes Martin Hatful, Said Aqil menyampaikan bahwa Inggris selama ini dinilai sebagai negara yang paling baik di mata dunia muslim dibandingkan dengan negara Eropa lainnya.
Ia mengatakan, komitmen Inggris terhadap kebebasan beragama dan penghargaan terhadap kesetaraan telah dibuktikan dengan adanya warga negara itu beragama Islam yang menjadi anggota parlemen dan pejabat publik.
Ia berharap, Inggris mampu mempertahankan citra positif itu dengan tidak mengambil sikap dan kebijakan yang salah.
"Inggris jangan sampai salah dalam mengambil sikap yang nantinya bisa mengubah citranya di dunia muslim. Kalau bisa citranya semakin bagus di dunia muslim," katanya.
Martin Hatful menjelaskan, keterlibatan Inggris dalam operasi militer di Libya untuk menjalankan resolusi PBB yang ditujukan melindungi warga sipil dari serangan militer pendukung pemerintahan Gaddafi.
"Ini bukan konflik antara Barat dengan Islam," kata Martin Hatful. [R/Ant]
Pengungsi Lahar Masih Butuh Bantuan
Magelang - Aliran bantuan dari para donatur dan relawan untuk pengungsi korban banjir lahar dingin menurun drastis. Kondisi ini, membuat stok logistik di berbagai lokasi pengungsian mulai menipis.
Tempat Pengungsian Akhir (TPA) Tanjung Muntilan, misalnya, dalam seminggu terakhir tidak ada donatur yang datang menyalurkan bantuan. Padahal, di TPA Tanjung masih ada 593 pengungsi dari Desa Sirahan, Kecamatan Salam, dan warga Drojogan, Desa Adikarto, Muntilan.
Para pengungsi ini, mulai menempati lokasi pengungsian ini sejak 9 Januari lalu atau sudah hampir empat bulan. "Sekarang makin sedikit bantuan yang datang. Kalau pun ada donatur datang, paling seminggu sekali," kata petugas Dinas Tenaga Kerja Sosial dan Transmigrasi Kabupaten Magelang di TPA Tanjung Harjono.
Harjono menduga, semakin seretnya bantuan ini akibat lamanya waktu pengungsian. Jika dihitung dari masa erupsi Gunung Merapi maka TPA Tanjung ini sudah digunakan selama hampir tujuh bulan.
Menurut dia, saat ini sejumlah kebutuhan pengungsi bahkan sudah habis. Sebut saja, air mineral dengan kebutuhan 10 dus per hari, lauk pauk, biaya antarjemput anak ke sekolah dan obat-obatan. Selain itu, susu balita dan untuk orang lanjut usia serta mie instan juga sudah menipis.
Ia menuturkan, untuk memenuhi kebutuhan makan dan minum para relawan, tinggal mengandalkan bantuan pemerintah. Seperti diketahui, setiap pengungsi diberi jatah hidup berupa beras 0,4 kg dan uang Rp4.500 per jiwa per hari. Dengan jumlah itu, pengungsi hanya bisa makan dengan sayur dan lauk tempe atau telur.
Selain itu, kata dia, para pengungsi juga membutuhkan bantuan uang saku sekolah dan biaya transportasi. Hal ini, karena mereka harus bersekolah dari lokasi pengungsian, padahal orang tua mereka tidak bekerja.
Setiap hari, 125 pengungsi anak-anak diantar ke sekolah dengan menggunakan dua unit truk. "Ada dua truk milik Pemerintah yang kami siagakan untuk mengantar, namun karena tidak ada anggaran, jadi petugas harus mencari donatur untuk membeli solar," jelas Harjono.
Selain di TPA Tanjung, sejumlah lokasi pengungsian juga masih membutuhkan bantuan. Yakni, Balai Desa Blongkeng, Kecamatan Ngluwar, Balai Desa Tersan Gede, Salam serta Dusun Sudimoro, Adikarto, Muntilan. [R/CN]
Tempat Pengungsian Akhir (TPA) Tanjung Muntilan, misalnya, dalam seminggu terakhir tidak ada donatur yang datang menyalurkan bantuan. Padahal, di TPA Tanjung masih ada 593 pengungsi dari Desa Sirahan, Kecamatan Salam, dan warga Drojogan, Desa Adikarto, Muntilan.
Para pengungsi ini, mulai menempati lokasi pengungsian ini sejak 9 Januari lalu atau sudah hampir empat bulan. "Sekarang makin sedikit bantuan yang datang. Kalau pun ada donatur datang, paling seminggu sekali," kata petugas Dinas Tenaga Kerja Sosial dan Transmigrasi Kabupaten Magelang di TPA Tanjung Harjono.
Harjono menduga, semakin seretnya bantuan ini akibat lamanya waktu pengungsian. Jika dihitung dari masa erupsi Gunung Merapi maka TPA Tanjung ini sudah digunakan selama hampir tujuh bulan.
Menurut dia, saat ini sejumlah kebutuhan pengungsi bahkan sudah habis. Sebut saja, air mineral dengan kebutuhan 10 dus per hari, lauk pauk, biaya antarjemput anak ke sekolah dan obat-obatan. Selain itu, susu balita dan untuk orang lanjut usia serta mie instan juga sudah menipis.
Ia menuturkan, untuk memenuhi kebutuhan makan dan minum para relawan, tinggal mengandalkan bantuan pemerintah. Seperti diketahui, setiap pengungsi diberi jatah hidup berupa beras 0,4 kg dan uang Rp4.500 per jiwa per hari. Dengan jumlah itu, pengungsi hanya bisa makan dengan sayur dan lauk tempe atau telur.
Selain itu, kata dia, para pengungsi juga membutuhkan bantuan uang saku sekolah dan biaya transportasi. Hal ini, karena mereka harus bersekolah dari lokasi pengungsian, padahal orang tua mereka tidak bekerja.
Setiap hari, 125 pengungsi anak-anak diantar ke sekolah dengan menggunakan dua unit truk. "Ada dua truk milik Pemerintah yang kami siagakan untuk mengantar, namun karena tidak ada anggaran, jadi petugas harus mencari donatur untuk membeli solar," jelas Harjono.
Selain di TPA Tanjung, sejumlah lokasi pengungsian juga masih membutuhkan bantuan. Yakni, Balai Desa Blongkeng, Kecamatan Ngluwar, Balai Desa Tersan Gede, Salam serta Dusun Sudimoro, Adikarto, Muntilan. [R/CN]
Melihat dari Dekat Ritual "Jati Nganten"
Blora - Menebang pohon jati sama sulitnya saat merawatnya. Tidak bisa asal-asalan melakukan penebangan jati, apalagi masyarakat memiliki kepercayaan, bahwa dari sekian jati yang akan ditebang, pasti ada yang memiliki 'keramat'.
Berdasarkan kepercayaan ini, maka dipilihlah satu pohon jati yang kemudian dianggap sebagai 'jati nganten'. Di sanalah ritual akan digelar, sebelum dimulai penebangan. Doa-doa dipanjatkan, agar blandong (penebang) yang bekerja diberi keselamatan dalam melaksanakan tugasnya hingga akhir.
Ritual dengan memanjatkan doa-doa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa sebelum memulai penebangan jati, juga terlihat saat Kantor Pemangku Hutan (KPH) Blora akan memulai penebangan di Petak 121 A RPH Nglawungan, BKPH Nglawungan, akhir Maret lalu.
Sebagaimana dalam upacara selametan lainnya, dalam ritual tersebut juga ada tumpengan dan aneka jajan pasar. 'Ubo rampai' itu lalu diletakkan bawah 'jati nganten', kemudian dipimpin tokoh masyarakat, doa-doa dipanjatkan diikuti khusyuk para blandong. Sebelum doa dilakukan, tokoh masyarakat yang memimpin upacara selametan membakar kemeyan terlebih dahulu.
''Doa ini kita panjatkan kepada Allah Swt agar pekerja diberikan keselamatan dalam menjalankan tugasnya sampai akhir,'' terang Mulyono, Modin Desa Sumberejo, Kecamatan Tunjungan, pemimpin ritual.
Tebang Pertama
Waji, warga yang sudah empat tahun tinggal di hutan jati yang diapit oleh Gunung Gamping, Gunung Turoyo, Gunung Kepencil, dan Gunung Kertojoyo, mengatakan, dalam kepercayaan masyarakat sekitar hutan sampai saat ini, memang ada pohon-pohon yang dikeramatkan. Tak terkecuali pohon jati.
"Niki sampun dados kepercayaane masyarakat, bilih jati-jati niku dipun keramatake. Milo menawi bade dipun tebang, kedah mawi selametan rumiyin. (Ini sudah menjadi kepercayaan masyarakat, bahwa ada jati yang keramatkan. Maka saat akan menebang, harus menggelar selametan terlebih dahulu," ujar lelaki kelahiran 59 tahun lalu itu.
Mulyono, modin desa yang memimpin jalannya selametan mengemukakan, ritual yang digelar sebelum penebangan itu bukan hal syirik. ''Pada dasarnya, semua permohonan ini kami tujukan kepada Allah Swt, Tuhan Yang Maha Kuasa, agar dalam melakukan penebangan diberikan keselamatan," tegasnya.
Usai selametan, tumpeng dan ubo rampai ritual itu dimakan bersama oleh para blandong dan semua yang hadir di situ. Tak ketinggalan, Wakil Kepala Administratur (Waka ADM) KPH Blora Budi Santoso, Asper RPH NGlawungan Kastur, dan para pejabat di lingkungan KPH Blora yang hadir dalam ritual menjelang penebangan jati dilakukan, ikut menikmati hidangan yang ada.
Setelah beberapa saat beristirahat setelah makan 'nasi kajatan' dan jajanan pasar yang ada, baru kemudian penebangan dilakukan. Tidak sembarangan jati yang ditebang terlebih dahulu. ''Ingkang dipun tebang jati nganten rumiyin. Kersane mburine anut. (Yang ditebang jati nganten dulu, supaya belakangnya mengikuti,'' terang Mulyono.
Selain ritual yang digelar, hal lain yang menarik dalam prosesi penebangan jati di tengah hutan yang harus menyusuri jalanan berbatu yang cukup curam dan tajam itu, adalah adanya sapi-sapi besar yang digunakan 'nyarad' jati-jati yang telah ditebang. Nyarad adalah memindahkan jati-jati ke truk-truk yang telah tersedia, yang selanjutkan dikumpulkan di tempat penimbunan kayu. ''Pada zaman dulu jati di-sarad dan diangkut menggunakan Lori, tetapi saat ini sudah ada truk,'' ujar HUmas KPH Blora Teguh Agusman. [R]
Berdasarkan kepercayaan ini, maka dipilihlah satu pohon jati yang kemudian dianggap sebagai 'jati nganten'. Di sanalah ritual akan digelar, sebelum dimulai penebangan. Doa-doa dipanjatkan, agar blandong (penebang) yang bekerja diberi keselamatan dalam melaksanakan tugasnya hingga akhir.
Ritual dengan memanjatkan doa-doa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa sebelum memulai penebangan jati, juga terlihat saat Kantor Pemangku Hutan (KPH) Blora akan memulai penebangan di Petak 121 A RPH Nglawungan, BKPH Nglawungan, akhir Maret lalu.
Sebagaimana dalam upacara selametan lainnya, dalam ritual tersebut juga ada tumpengan dan aneka jajan pasar. 'Ubo rampai' itu lalu diletakkan bawah 'jati nganten', kemudian dipimpin tokoh masyarakat, doa-doa dipanjatkan diikuti khusyuk para blandong. Sebelum doa dilakukan, tokoh masyarakat yang memimpin upacara selametan membakar kemeyan terlebih dahulu.
''Doa ini kita panjatkan kepada Allah Swt agar pekerja diberikan keselamatan dalam menjalankan tugasnya sampai akhir,'' terang Mulyono, Modin Desa Sumberejo, Kecamatan Tunjungan, pemimpin ritual.
Tebang Pertama
Waji, warga yang sudah empat tahun tinggal di hutan jati yang diapit oleh Gunung Gamping, Gunung Turoyo, Gunung Kepencil, dan Gunung Kertojoyo, mengatakan, dalam kepercayaan masyarakat sekitar hutan sampai saat ini, memang ada pohon-pohon yang dikeramatkan. Tak terkecuali pohon jati.
"Niki sampun dados kepercayaane masyarakat, bilih jati-jati niku dipun keramatake. Milo menawi bade dipun tebang, kedah mawi selametan rumiyin. (Ini sudah menjadi kepercayaan masyarakat, bahwa ada jati yang keramatkan. Maka saat akan menebang, harus menggelar selametan terlebih dahulu," ujar lelaki kelahiran 59 tahun lalu itu.
Mulyono, modin desa yang memimpin jalannya selametan mengemukakan, ritual yang digelar sebelum penebangan itu bukan hal syirik. ''Pada dasarnya, semua permohonan ini kami tujukan kepada Allah Swt, Tuhan Yang Maha Kuasa, agar dalam melakukan penebangan diberikan keselamatan," tegasnya.
Usai selametan, tumpeng dan ubo rampai ritual itu dimakan bersama oleh para blandong dan semua yang hadir di situ. Tak ketinggalan, Wakil Kepala Administratur (Waka ADM) KPH Blora Budi Santoso, Asper RPH NGlawungan Kastur, dan para pejabat di lingkungan KPH Blora yang hadir dalam ritual menjelang penebangan jati dilakukan, ikut menikmati hidangan yang ada.
Setelah beberapa saat beristirahat setelah makan 'nasi kajatan' dan jajanan pasar yang ada, baru kemudian penebangan dilakukan. Tidak sembarangan jati yang ditebang terlebih dahulu. ''Ingkang dipun tebang jati nganten rumiyin. Kersane mburine anut. (Yang ditebang jati nganten dulu, supaya belakangnya mengikuti,'' terang Mulyono.
Selain ritual yang digelar, hal lain yang menarik dalam prosesi penebangan jati di tengah hutan yang harus menyusuri jalanan berbatu yang cukup curam dan tajam itu, adalah adanya sapi-sapi besar yang digunakan 'nyarad' jati-jati yang telah ditebang. Nyarad adalah memindahkan jati-jati ke truk-truk yang telah tersedia, yang selanjutkan dikumpulkan di tempat penimbunan kayu. ''Pada zaman dulu jati di-sarad dan diangkut menggunakan Lori, tetapi saat ini sudah ada truk,'' ujar HUmas KPH Blora Teguh Agusman. [R]
Rabu, 13 April 2011
BI Harus Perketat Aturan Bank Asing
Jakarta - Kasus Malinda dinilai ketua DPR RI Marzuki Alie menilai merupakan bagian kecil dari sebuah kasus perbankan. Bagi Marzuki, yang terpenting penting Bank Indonesia melakukan pembenahan peraturan, utamanya terhadap bank-bank asing.
"Bank-bank milik asing harus dilakukan penataan lebih ketat. Ini bagian kecil dari kejadian," kata Marzuki di Gedung DPR/MPR RI, Jakarta, Kamis (14/4/2011).
Marzuki mengatakan, BI harus mengatur penggunaan dan penawaran kartu kredit di mall, tidak terkecuali soal debt colector. Pasalnya, banyak sekali korban yang merupakan Warga Negara Indonesia yang uangnya habis karena ketidaktahuan para nasabah. Sebelumnya, mereka yang diiming-imingi keuntungan, yang ujung-ujungya adalah praktek penipuan.
"Ini yang harus diatur BI. Kami lihat juga banyak bank swasta yang dibeli asing beroprasi di tingkat kecamatan, di mana dalam operasionalnya lebh banyak seperti tak jauh layaknya lintah darat," keluh Marzuki.
Oleh karena itu, lanjut Marzuki, persoalan ini harus menjadi bahan Gubernur BI Darmin Nasution, untuk melakukan penataan kembali atau menyempurnakan peraturan BI. "Kami tahu ada aturan bahwa asing tidak boleh memiliki, tapi di sisi lain asing bisa membeli bank, di mana bank itu bisa menarik dana ke desa-desa," katanya. [R/CN]
"Bank-bank milik asing harus dilakukan penataan lebih ketat. Ini bagian kecil dari kejadian," kata Marzuki di Gedung DPR/MPR RI, Jakarta, Kamis (14/4/2011).
Marzuki mengatakan, BI harus mengatur penggunaan dan penawaran kartu kredit di mall, tidak terkecuali soal debt colector. Pasalnya, banyak sekali korban yang merupakan Warga Negara Indonesia yang uangnya habis karena ketidaktahuan para nasabah. Sebelumnya, mereka yang diiming-imingi keuntungan, yang ujung-ujungya adalah praktek penipuan.
"Ini yang harus diatur BI. Kami lihat juga banyak bank swasta yang dibeli asing beroprasi di tingkat kecamatan, di mana dalam operasionalnya lebh banyak seperti tak jauh layaknya lintah darat," keluh Marzuki.
Oleh karena itu, lanjut Marzuki, persoalan ini harus menjadi bahan Gubernur BI Darmin Nasution, untuk melakukan penataan kembali atau menyempurnakan peraturan BI. "Kami tahu ada aturan bahwa asing tidak boleh memiliki, tapi di sisi lain asing bisa membeli bank, di mana bank itu bisa menarik dana ke desa-desa," katanya. [R/CN]
Wamentan: Serangan Ulat Bulu Tak Sebesar yang Kita Bayangkan
Yogyakarta - Serangan ulat bulu mewabah di beberapa wilayah di Indonesia. Di Probolinggo, Jawa Timur, belasan ribu pohon mangga diserang ulat bulu yang membuat gatal itu. Tapi tak perlu khawatir, serangan ulat bulu tak sebesar yang kita bayangkan.
"Dari pengamatan para pakar di perguruan tinggi dan Kementerian Pertanian, luas serangan ulat bulu seperti di Probolinggo itu tidak besar. Hanya 1,5 persen dari jumlah pohon mangga yang ada. Total pohon mangga yang ada itu 1,8 juta pohon. Yang diserang sekitar 14.500 pohon," kata Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Bayu Krisnamurti di Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, Bulaksumur, Yogyakarta, Kamis (14/4/2011).
Dari belasan pohon itu, yang diserang juga tidak semua bagian pohon. Tetapi cuma beberapa batang saja. Hanya 2 sampai 5 batang di setiap areal. "Jadi itu tidak sebesar yang kita bayangkan," ujarnya.
Namun secara psikologis, Kementerian Pertanian memahami ketakutan masyarakat. Apalagi sebagian masyarakat juga menganggap ulat bulu menjijikkan.
"Secara psikologis kami memahami yang dalam bahasa Jawa-nya itu nggilani. Kenapa saat ini terjadi, ini karena akibat perubahan iklim 2010. Dan sekarang baru kita rasakan dengan adanya booming ulat bulu tersebut," papar Bayu.
Bayu mengatakan ulat bulu tidak berbahaya, meskipun memang menjijikkan. "Dari hasil penelitian sudah ada parasit alami atau bakteri yang kemakan di ulat, dan hampir 90 persen dari populasi ulat itu terkena bakteri," katanya.
"Dalam beberapa minggu ke depan ini akan hilang sendiri, mati karena parasit atau secara alami," imbuh Bayu.
Cara yang paling tepat untuk mengendalikan ulat bulu ini, menurut Bayu, adalah dengan pendekatan secara hayati. "Ini adalah model yang paling tepat. Sedangkan penggunaan pestisida dan insektisida itu adalah alternatif terakhir," tutup Bayu. [R/dtc]
"Dari pengamatan para pakar di perguruan tinggi dan Kementerian Pertanian, luas serangan ulat bulu seperti di Probolinggo itu tidak besar. Hanya 1,5 persen dari jumlah pohon mangga yang ada. Total pohon mangga yang ada itu 1,8 juta pohon. Yang diserang sekitar 14.500 pohon," kata Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Bayu Krisnamurti di Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, Bulaksumur, Yogyakarta, Kamis (14/4/2011).
Dari belasan pohon itu, yang diserang juga tidak semua bagian pohon. Tetapi cuma beberapa batang saja. Hanya 2 sampai 5 batang di setiap areal. "Jadi itu tidak sebesar yang kita bayangkan," ujarnya.
Namun secara psikologis, Kementerian Pertanian memahami ketakutan masyarakat. Apalagi sebagian masyarakat juga menganggap ulat bulu menjijikkan.
"Secara psikologis kami memahami yang dalam bahasa Jawa-nya itu nggilani. Kenapa saat ini terjadi, ini karena akibat perubahan iklim 2010. Dan sekarang baru kita rasakan dengan adanya booming ulat bulu tersebut," papar Bayu.
Bayu mengatakan ulat bulu tidak berbahaya, meskipun memang menjijikkan. "Dari hasil penelitian sudah ada parasit alami atau bakteri yang kemakan di ulat, dan hampir 90 persen dari populasi ulat itu terkena bakteri," katanya.
"Dalam beberapa minggu ke depan ini akan hilang sendiri, mati karena parasit atau secara alami," imbuh Bayu.
Cara yang paling tepat untuk mengendalikan ulat bulu ini, menurut Bayu, adalah dengan pendekatan secara hayati. "Ini adalah model yang paling tepat. Sedangkan penggunaan pestisida dan insektisida itu adalah alternatif terakhir," tutup Bayu. [R/dtc]
Konsep Kawasan Rawan Bencana Merapi Dipertegas
Sleman - Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X menegaskan bahwa konsep kawasan rawan bencana dengan sistem radius tidak akan diterapkan lagi di lereng Gunung Merapi, Kabupaten Sleman.
"Penentuan kawasan bahaya Merapi akan dibuat lebih tegas lagi," kata Sultan saat peninjauan lokasi di kawasan bencana Merapi Dusun Kopeng, Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, Rabu.
Menurut dia, pembagian tegas tersebut meliputi kawasan bahaya yang jelas tidak boleh untuk hunian warga, kawasan bahaya namun boleh dihuni dengan konsekuensi jika terjadi peningkatan aktivitas Merapi harus bersedia mengungsi.
"Selain itu kawasan yang memang benar-benar aman untuk hunian, jadi tidak lagi atas dasar radius yang ditarik garis lurus, tetapi atas dasar potensi ancaman bahaya di masing-masing wilayah, baik ancaman awan panas maupun lahar dingin. Saat ini pembahasan mengenai peta wilayah bahaya tersebut belum selesai digarap," katanya di dampingi Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta Subandrio.
Ia mengatakan bahwa peninjauan lokasi ke daerah yang terkena dampak langsung lokasi terdampak erupsi Gunung Merapi ini sebagai bahan dasar untuk materi rapat dengan Wakil Presiden Boediono, Kamis (14/4/2011).
"Pantauan disini nanti juga akan kami laporkan saat rapat dengan Wapres besok, namun kepastian mengenai rapat dengan Wakil Presiden masih menunggu jadwal pasti," katanya.
Sultan mengatakan, peninjauan langsung ini untuk melihat kondisi fisik wilayah yang terkena dampak erupsi Merapi 2010.
"Tidak hanya bisa menjadikan gambar sebagai patokan, karena hubungannya dengan bahaya atau tidak bahaya," katanya.
Ia mengatakan, kawasan yang masuk dalam kategori bahaya dan tidak boleh ditinggali, harus ditaati oleh masyarakat.
"Namun untuk kawasan yang masih boleh ditinggali, harus ada ada komitmen dari warga lereng Merapi, jika ada himbauan dari pemerintah untuk mengungsi, maka harus dipatuhi juga. Ada toleran yang terpenting meminimalisir korban," katanya.
Disinggung soal besaran ganti rugi untuk warga yang menjadi korban erupsi termasuk ganti rugi lahan karena relokasi warga, Sultan mengaku belum dibahas secara mendetail.
"Masalah ganti rugi belum kami bicarakan, kami pikirkan soal tempat baru dulu sesuai peta wilayah baru bicara ganti rugi," katanya. [R/Ant]
"Penentuan kawasan bahaya Merapi akan dibuat lebih tegas lagi," kata Sultan saat peninjauan lokasi di kawasan bencana Merapi Dusun Kopeng, Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, Rabu.
Menurut dia, pembagian tegas tersebut meliputi kawasan bahaya yang jelas tidak boleh untuk hunian warga, kawasan bahaya namun boleh dihuni dengan konsekuensi jika terjadi peningkatan aktivitas Merapi harus bersedia mengungsi.
"Selain itu kawasan yang memang benar-benar aman untuk hunian, jadi tidak lagi atas dasar radius yang ditarik garis lurus, tetapi atas dasar potensi ancaman bahaya di masing-masing wilayah, baik ancaman awan panas maupun lahar dingin. Saat ini pembahasan mengenai peta wilayah bahaya tersebut belum selesai digarap," katanya di dampingi Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta Subandrio.
Ia mengatakan bahwa peninjauan lokasi ke daerah yang terkena dampak langsung lokasi terdampak erupsi Gunung Merapi ini sebagai bahan dasar untuk materi rapat dengan Wakil Presiden Boediono, Kamis (14/4/2011).
"Pantauan disini nanti juga akan kami laporkan saat rapat dengan Wapres besok, namun kepastian mengenai rapat dengan Wakil Presiden masih menunggu jadwal pasti," katanya.
Sultan mengatakan, peninjauan langsung ini untuk melihat kondisi fisik wilayah yang terkena dampak erupsi Merapi 2010.
"Tidak hanya bisa menjadikan gambar sebagai patokan, karena hubungannya dengan bahaya atau tidak bahaya," katanya.
Ia mengatakan, kawasan yang masuk dalam kategori bahaya dan tidak boleh ditinggali, harus ditaati oleh masyarakat.
"Namun untuk kawasan yang masih boleh ditinggali, harus ada ada komitmen dari warga lereng Merapi, jika ada himbauan dari pemerintah untuk mengungsi, maka harus dipatuhi juga. Ada toleran yang terpenting meminimalisir korban," katanya.
Disinggung soal besaran ganti rugi untuk warga yang menjadi korban erupsi termasuk ganti rugi lahan karena relokasi warga, Sultan mengaku belum dibahas secara mendetail.
"Masalah ganti rugi belum kami bicarakan, kami pikirkan soal tempat baru dulu sesuai peta wilayah baru bicara ganti rugi," katanya. [R/Ant]
Cremona Band Raih Juara Pertama
Wonosobo - Cremona band meraih juara pertama Festival band dalam even Pesta Buku Murah di halaman Gedung Sasana Adipura Wonosobo. Band beraliran pop rock itu memperoleh nilai 1025 disusul Hinata Band dengan total nilai 1015 serta The Jack yang memperoleh nilai 985. Tiap pemenang mendapat hadiah uang pembinaan, piagam, dan tropi setelah mengalahkan 54 peserta yang tampil selama dua hari.
Diajang Festival Rebana dalam even sama tampil selaku juara satu Araudloh, juara dua Mukhtarul Mukhtai dan juara tiga Nurus Sa’adah. Vestifal yang dihelat kerjasama dengan pengurus Ansor Wonosobo itu menyuguhkan pementasan paduan antara musik tradisional dan modern.
Untuk perhelatan fashion show juara pertama diraih Febi Damayanti Prabandari, disusul Naiya Nailufar Yuma juara kedua dan Sukma Aldora Belinda juara ketiga. Ashiddiqin menjadi juara pertama dalam lomba Nasyid. Sedangkan Assyifa’ dan Imam Turmudzi meraih predikat juara kedua dan ketiganya.
Menurut Projec Officer pameran buku murah Elbana pesta buku murah yang juga digelar kerjasama dengan Magelang Ekspres dan Radar Jogja tersebut sangat sukses. Tiap stand omzetnya lebih dari Rp 19 juta. “Ini menjawab keraguan kami dalam menyelenggarakan even pameran buku pada tahun-tahun sebelumnya yang selalu sepi peminat. Indikasinya segmentasi pasar buku-buku pelajaran untuk momen saat ini sangat pas.
“Terima kasih kepada Wonosobo Ekspres yang selalu memback up pemberitaan selama kegiatan berlangsung,” tuturnya setelah wartawan koran ini dipercaya mengambil tiket undian peserta yang mendapatkan hadiah utama.
Bupati Wonosobo HA Kholiq Arif yang menutup acara tersebut, Sabtu (9/4/2011) malam,
mengapresiasi positif kegiatan pameran buku murah. Mantan wartawan Jawa Pos itu mengatakan dengan adanya pameran buku murah akan menjadikan masyarakat lebih sadar ilmu serta membudayakan membaca.
“Mungkin even serupa akan kembali dihelat bulan Juli mendatang saat memperingati hari jadi Kabupaten Wonosobo,” tuturnya.
Pemimpin Insan Wonosobo Haqqi Elanshary mengucapkan terima kasih tak terhingga kepada semua pihak yang turut mensukseskan acara tersebut.”Saya ucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua sponsor, tukang sound sistem para PKL di alun-alun Wonosobo,” sebutnya sesaat sebelum menutup acara tersebut. [R/Yudi]
Diajang Festival Rebana dalam even sama tampil selaku juara satu Araudloh, juara dua Mukhtarul Mukhtai dan juara tiga Nurus Sa’adah. Vestifal yang dihelat kerjasama dengan pengurus Ansor Wonosobo itu menyuguhkan pementasan paduan antara musik tradisional dan modern.
Untuk perhelatan fashion show juara pertama diraih Febi Damayanti Prabandari, disusul Naiya Nailufar Yuma juara kedua dan Sukma Aldora Belinda juara ketiga. Ashiddiqin menjadi juara pertama dalam lomba Nasyid. Sedangkan Assyifa’ dan Imam Turmudzi meraih predikat juara kedua dan ketiganya.
Menurut Projec Officer pameran buku murah Elbana pesta buku murah yang juga digelar kerjasama dengan Magelang Ekspres dan Radar Jogja tersebut sangat sukses. Tiap stand omzetnya lebih dari Rp 19 juta. “Ini menjawab keraguan kami dalam menyelenggarakan even pameran buku pada tahun-tahun sebelumnya yang selalu sepi peminat. Indikasinya segmentasi pasar buku-buku pelajaran untuk momen saat ini sangat pas.
“Terima kasih kepada Wonosobo Ekspres yang selalu memback up pemberitaan selama kegiatan berlangsung,” tuturnya setelah wartawan koran ini dipercaya mengambil tiket undian peserta yang mendapatkan hadiah utama.
Bupati Wonosobo HA Kholiq Arif yang menutup acara tersebut, Sabtu (9/4/2011) malam,
mengapresiasi positif kegiatan pameran buku murah. Mantan wartawan Jawa Pos itu mengatakan dengan adanya pameran buku murah akan menjadikan masyarakat lebih sadar ilmu serta membudayakan membaca.
“Mungkin even serupa akan kembali dihelat bulan Juli mendatang saat memperingati hari jadi Kabupaten Wonosobo,” tuturnya.
Pemimpin Insan Wonosobo Haqqi Elanshary mengucapkan terima kasih tak terhingga kepada semua pihak yang turut mensukseskan acara tersebut.”Saya ucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua sponsor, tukang sound sistem para PKL di alun-alun Wonosobo,” sebutnya sesaat sebelum menutup acara tersebut. [R/Yudi]
Balar Lakukan Ekskavasi di Goa Kidang
Blora - Balai Arkeologi (Balar) Yogyakarta melakukan ekskavasi (pengggalian) di Goa Kidang, yang secara admisnistratif berada di Desa Tinapan, Kecamatan Todanan. Penggalian tersebut dimulai pada 6 April itu akan berakhir pada tanggal 17 bulan ini.
Ketua tim penelitian Indah A Nurani mengemukakan, penelitian dimaksudkan untuk mengetahui pola adaptasi manusia penghuni Goa Kidang terhadap sumber daya alam (SDA) dalam mempertahankan hidupnya.
''Kami juga meneliti tata ruang du goa ini sebagai hunian masa pra sejarah, perkembangan teknologi dan variasi artefak yang dikembangkan, serta sistem penguburan yang diterapkan penghuni goa,'' katanya.
Di Goa Kidang, ekskavasi dilakukan dengan membuka empat buah kotak galian berukuran 1,5 x 1,5 meter. ''Hasil awal, kami telah menemukan peninggalan manusia penghuni gua ini pada lapisan tanah atas berupa artefak peralatan sehari-hari dari cangkang kerang dan tulang. Ditemukan pula jejak penguburan pada kedalaman 150 cm dari permukaan tanah,'' tambahnya.
Siswanto, Kepala Balar yang ikut terjun langsung dalam proses penggalian mengatakan, nilai sejarah dan ilmiah yang terkandung di Goa Kidang sangat berharga. ''Di sini menyimpan sejarah manusia goa pra sejarah yang kemungkinan hidp di masa sekitar 10.000 tahun lalu,'' ungkapnya.
Laboratorium Riset
Untuk itu, tegas kepala Balar, kami berharap pemerintah kabupaten ikut melindungi kawasan Goa Kidang ini dari tangan-tangan yang ingin merusaknya. ''Goa kidang ini bisa dijadikan sebagai laboratorium riset untuk ilmu pengetahuan. Paling tidak untuk tidak bidang kajian, yaitu Arkeologi, Geologi, dan Paleoantropologi.''
Di Blora, selain melakukan riset di Goa Kidang, Balar juga pernah melakukan penggalian di sejumlah goa di beberapa kecamatan. Yaitu Goa Lawa, Goa Agung, Goa Breng, dan Goa Mangir (Todanan). Lalu di Goa Macan, Goa Lawa, dan Gua Manuk (Jepon), Goa Nglengkir di Bogorejo, serta Goa Sentono di Kradenan. ''Kami sudah melakukan penggalian di beberapa goa di Blora, namun hanya Goa Kidang yang memiliki potensi sejarah peradaban manusia pra sejarah,'' ujar Siswanto.
Sementara Kepala Bidang (Kabid) Kebudayaan dari Dinas Perhubungan Pariwisata Kebudayaan Komunikasi dan Informatika (DPPKKI), Suntoyo, mengutarakan, dalam rangka melindungi goa dari tangan yang tidak bertanggungjawab, secepat mungkin akan tanda-tanda yang menerangkan bahwa tempat itu dilindungi.
''Untuk tahap awal ini kami akan memberi plang agar goa tidak diganggu atau dirusak. Kami juga akan berkoordinasi dengan pihak Perhutani terkait keberadaan Goa Kidang yang menyimpan jejak peradaban manusia goa masa lampau,'' tegasnya.
Sedang Indah A Nurani mengemukakan, sampai saat ia dan tim belum bisa memberikan keterangan secara detail, karena membutuhkan analisa dan kajian lebih lanjut terlebih dahulu. ''Tetapi yang pasti, untuk bisa sampai mengungkap jejak peradaban manusia Goa Kidang secara komplit, kami membutuhkan waktu yang lebih panjang dan dukungan dana,'' tandasnya. [R]
Ketua tim penelitian Indah A Nurani mengemukakan, penelitian dimaksudkan untuk mengetahui pola adaptasi manusia penghuni Goa Kidang terhadap sumber daya alam (SDA) dalam mempertahankan hidupnya.
''Kami juga meneliti tata ruang du goa ini sebagai hunian masa pra sejarah, perkembangan teknologi dan variasi artefak yang dikembangkan, serta sistem penguburan yang diterapkan penghuni goa,'' katanya.
Di Goa Kidang, ekskavasi dilakukan dengan membuka empat buah kotak galian berukuran 1,5 x 1,5 meter. ''Hasil awal, kami telah menemukan peninggalan manusia penghuni gua ini pada lapisan tanah atas berupa artefak peralatan sehari-hari dari cangkang kerang dan tulang. Ditemukan pula jejak penguburan pada kedalaman 150 cm dari permukaan tanah,'' tambahnya.
Siswanto, Kepala Balar yang ikut terjun langsung dalam proses penggalian mengatakan, nilai sejarah dan ilmiah yang terkandung di Goa Kidang sangat berharga. ''Di sini menyimpan sejarah manusia goa pra sejarah yang kemungkinan hidp di masa sekitar 10.000 tahun lalu,'' ungkapnya.
Laboratorium Riset
Untuk itu, tegas kepala Balar, kami berharap pemerintah kabupaten ikut melindungi kawasan Goa Kidang ini dari tangan-tangan yang ingin merusaknya. ''Goa kidang ini bisa dijadikan sebagai laboratorium riset untuk ilmu pengetahuan. Paling tidak untuk tidak bidang kajian, yaitu Arkeologi, Geologi, dan Paleoantropologi.''
Di Blora, selain melakukan riset di Goa Kidang, Balar juga pernah melakukan penggalian di sejumlah goa di beberapa kecamatan. Yaitu Goa Lawa, Goa Agung, Goa Breng, dan Goa Mangir (Todanan). Lalu di Goa Macan, Goa Lawa, dan Gua Manuk (Jepon), Goa Nglengkir di Bogorejo, serta Goa Sentono di Kradenan. ''Kami sudah melakukan penggalian di beberapa goa di Blora, namun hanya Goa Kidang yang memiliki potensi sejarah peradaban manusia pra sejarah,'' ujar Siswanto.
Sementara Kepala Bidang (Kabid) Kebudayaan dari Dinas Perhubungan Pariwisata Kebudayaan Komunikasi dan Informatika (DPPKKI), Suntoyo, mengutarakan, dalam rangka melindungi goa dari tangan yang tidak bertanggungjawab, secepat mungkin akan tanda-tanda yang menerangkan bahwa tempat itu dilindungi.
''Untuk tahap awal ini kami akan memberi plang agar goa tidak diganggu atau dirusak. Kami juga akan berkoordinasi dengan pihak Perhutani terkait keberadaan Goa Kidang yang menyimpan jejak peradaban manusia goa masa lampau,'' tegasnya.
Sedang Indah A Nurani mengemukakan, sampai saat ia dan tim belum bisa memberikan keterangan secara detail, karena membutuhkan analisa dan kajian lebih lanjut terlebih dahulu. ''Tetapi yang pasti, untuk bisa sampai mengungkap jejak peradaban manusia Goa Kidang secara komplit, kami membutuhkan waktu yang lebih panjang dan dukungan dana,'' tandasnya. [R]
Pemilihan Mahasiswa Berprestasi Berlangsung Ketat
Kudus - Pemilihan mahasiswa berprestasi Universitas Muria Kudus (UMK) 2011 belangsung ketat. Proses pemilihan cukup menantang karena harus mencakup semua unsur kemampuan mahasiswa.
“Penilaian dalam seleksi tidak hanya merujuk pada nilai akademik yang diukur lewat indeks prestasi(IP) minimal 3,0, akan tetapi juga meliputi; penguasaan materi dalam presentasi, kemampuan berbahasa inggris, kegiatan intra dan ekstra kampus serta perilaku dalam wawancara,” kata Ketua Panitia Pemilihan Mahasiswa Berprestasi UMK 2011, M.Widjanarko, S.Psi, M.Si.
Dari hasil seleksi akhir presentasi dan wawancara yang dilaksanakan pada Senin (11/4/2011) di Ruang Rapat Senat lantai 3, Gedung Rektorat UMK, terpilih beberapa nama mahasiswa berprestasi UMK 2011. Pemenang, di antaranya adalah Ahmad Syukur, mahasiswa FKIP Bahasa Inggris (juara I/nilai 76,9), Shofi Maylina, mahasiswi FKIP Bahasa Inggris (juara II/nilai 73,3), Fauzi Arizal, mahasiswa Fakultas Psikologi dan Shinta Evarina, mahasiswi FKIP Bahasa Inggris (juara III/nilai 72,7), Ulin Naufatun Noor, mahasiswa FKIP Bahasa Inggris (juara harapan I/ nilai rata-rata 72,5), Selamet Riyadi, mahasiswa Fakultas Psikologi (juara harapan II/nilai 71,3), serta Nor Khalim, mahasiswa FKIP Bahasa Inggris (juara harapan III/nilai 71,1).
“Dewan juri sebagai tim penilai terdiri dari para pembantu dekan bidang kemahasiswaan (PD III atau Sekertaris Fakultas/red.) yang ada di UMK,” jelas Widjanarko.
Juara pertama Mahasiswa Berprestasi UMK Tahun 2011, lanjut Widjanarko, selanjutnya akan mengikuti kegiatan Pemilihan Mahasiswa Berprestasi Tingkat Kopertis (Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta) Wilayah VI Tahun 2011.
Adapun syarat untuk mengikuti seleksi mahasiswa berprestasi UMK 2011, di antara adalah; usia tidak lebih dari 24 tahun, minimal semester IV dan maksimal semester VI (S1), aktif dalam kegiatan kampus, ko-kurikuler dan ektrakurikuler, mengisi formulir mahasiswa berprestasi yang disediakan panitia.
Pada tahun 2011 ini, terdapat sebanyak 21 mahasiswa yang mendaftarkan diri untuk seleksi mahasiswa berprestasi UMK 2011. Setelah melalui seleksi administrasi dan dokumen aktivitas mahasiswa, sebanyak 19 peserta dinyatakan lolos untuk mengikuti seleksi presentasi dan wawancara.
Menurut Widjanarko, kegiatan bertujuan untuk memberikan apresiasi bagi mahasiswa yang aktif dan membanggakan bagi UMK. “Agar motivasi mahasiswa bertambah dalam melaksanakan kegiatan kurikuler, ko-kurikuler dan ekstra kurikuler,” tegasnya.[R/Kholidin/UMK]
“Penilaian dalam seleksi tidak hanya merujuk pada nilai akademik yang diukur lewat indeks prestasi(IP) minimal 3,0, akan tetapi juga meliputi; penguasaan materi dalam presentasi, kemampuan berbahasa inggris, kegiatan intra dan ekstra kampus serta perilaku dalam wawancara,” kata Ketua Panitia Pemilihan Mahasiswa Berprestasi UMK 2011, M.Widjanarko, S.Psi, M.Si.
Dari hasil seleksi akhir presentasi dan wawancara yang dilaksanakan pada Senin (11/4/2011) di Ruang Rapat Senat lantai 3, Gedung Rektorat UMK, terpilih beberapa nama mahasiswa berprestasi UMK 2011. Pemenang, di antaranya adalah Ahmad Syukur, mahasiswa FKIP Bahasa Inggris (juara I/nilai 76,9), Shofi Maylina, mahasiswi FKIP Bahasa Inggris (juara II/nilai 73,3), Fauzi Arizal, mahasiswa Fakultas Psikologi dan Shinta Evarina, mahasiswi FKIP Bahasa Inggris (juara III/nilai 72,7), Ulin Naufatun Noor, mahasiswa FKIP Bahasa Inggris (juara harapan I/ nilai rata-rata 72,5), Selamet Riyadi, mahasiswa Fakultas Psikologi (juara harapan II/nilai 71,3), serta Nor Khalim, mahasiswa FKIP Bahasa Inggris (juara harapan III/nilai 71,1).
“Dewan juri sebagai tim penilai terdiri dari para pembantu dekan bidang kemahasiswaan (PD III atau Sekertaris Fakultas/red.) yang ada di UMK,” jelas Widjanarko.
Juara pertama Mahasiswa Berprestasi UMK Tahun 2011, lanjut Widjanarko, selanjutnya akan mengikuti kegiatan Pemilihan Mahasiswa Berprestasi Tingkat Kopertis (Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta) Wilayah VI Tahun 2011.
Adapun syarat untuk mengikuti seleksi mahasiswa berprestasi UMK 2011, di antara adalah; usia tidak lebih dari 24 tahun, minimal semester IV dan maksimal semester VI (S1), aktif dalam kegiatan kampus, ko-kurikuler dan ektrakurikuler, mengisi formulir mahasiswa berprestasi yang disediakan panitia.
Pada tahun 2011 ini, terdapat sebanyak 21 mahasiswa yang mendaftarkan diri untuk seleksi mahasiswa berprestasi UMK 2011. Setelah melalui seleksi administrasi dan dokumen aktivitas mahasiswa, sebanyak 19 peserta dinyatakan lolos untuk mengikuti seleksi presentasi dan wawancara.
Menurut Widjanarko, kegiatan bertujuan untuk memberikan apresiasi bagi mahasiswa yang aktif dan membanggakan bagi UMK. “Agar motivasi mahasiswa bertambah dalam melaksanakan kegiatan kurikuler, ko-kurikuler dan ekstra kurikuler,” tegasnya.[R/Kholidin/UMK]
Selasa, 12 April 2011
Marwan: Blora Harus Sejajar dengan Kabupaten Lain
Blora - Ketua Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) DPR-RI, Marwan Ja'far menggembleng kader muda partai itu di MI Bustanul Ulum Desa Kedungwungu, Kecamatan Todanan, Blora, Selasa (12/4).
Acara bertajuk 'Dialog kepemudaan bersama Marwan Ja’far' tersebut digelar dalam upaya meningkatkan peran pemuda dalam rangka ikut serta pembangunan daerah. Selain Marwan, hadir pula Arwani (Dosen Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta), Hasanudin
Wahid (Tim Ahli KomisI IV DPR-RI), dan Dalhar Muhammadun (Direktur Lembaga Penelitian dan Aplikasi Wacana/LPAW Blora).
Marwan Ja’far mengutarakan, Blora memiliki banyak potensi dan sangat kaya sumber daya alam (SDA). ''Tetapi sampai saat ini Blora masih kesulitan air dan menjadi salah satu daerah tertinggal di Jateng. Ini tentu menjadi tugas berat bagi Bupati Blora yang baru,” katanya di depan 300-an peserta dialog yang hadir.
Menurutnya, salah satu yang harus menjadi konsentrasi bupati terpilih saat ini, adalah pembangunan infrastruktur. Hal tersebut dipandang sebagai salah satu solusi mendorong pembangunan daerah dan perekonomian masyarakat.
''Blora harus bisa maju dan sejajar seperti kabupaten lain di Jateng. Saya sebagai Anggota Komisi IV yang membidangi infrastruktur akan mengintensifkan usulan kepada Bupati Blora,'' paparnya.
Kedaulatan Pangan
Hasanudin Wahid mengatakan, terkait program pro rakyat, PKB memiliki sikap yang jelas. ''PKB mempunyai program kedaulatan pangan. Kami menolak impor sapi di Indonesia,'' tegasnya. Menurutnya, penolakan impor sapi ini agar tidak mematikan peternak di negeri sendiri.
Sedang Arwani memaparkan tentang potensi yang banyak tersedia di Blora. ''Blora memiliki banyak sapi. Pupuk organik biogas sangat bagus untuk tanaman, oleh karenanya, mari kita kembangkan pupuk dari kotoran sapi.''
Dalhar Mumammadun berpesan kepada kader muda agar memaksimalkan potensi yang dimiliki dan peka terhadap keadaan (lingkungan-Red). “Seandainya seluruh pemuda yang hadir di forum ini kritis dan peka terhadap keadaan, maka ia pasti bisa meraih apa yang diinginkan,'' tegasnya.
Namun begitu, kritisisme dan kepekaan sosial belum lah cukup. ''Kita butuh relasi atau jaringan. Dengan jaringan inilah, potensi yang dimiliki, kritisisme, dan kepekaan sosial, akan mempunyai daya lebih untuk mencapai sesuatu yang diinginkan,'' tambahnya.
Sementara Maslikan, ketua pimpinan anak cabang (PAC) Todanan, Blora, mengungkapkan, forum yang digelar itu memang disediakan sebagai media berdiskusi dan sharing dengan anggota DPR RI yang diundang. ''Harapannya tentu Bapak Marwan Ja'far bisa membantu masyarakat desa di sini, dan memberikan pengarahan bagaimana pemuda itu bisa berperan dalam pembangunan daerah,'' ujarnya. [R]
Acara bertajuk 'Dialog kepemudaan bersama Marwan Ja’far' tersebut digelar dalam upaya meningkatkan peran pemuda dalam rangka ikut serta pembangunan daerah. Selain Marwan, hadir pula Arwani (Dosen Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta), Hasanudin
Wahid (Tim Ahli KomisI IV DPR-RI), dan Dalhar Muhammadun (Direktur Lembaga Penelitian dan Aplikasi Wacana/LPAW Blora).
Marwan Ja’far mengutarakan, Blora memiliki banyak potensi dan sangat kaya sumber daya alam (SDA). ''Tetapi sampai saat ini Blora masih kesulitan air dan menjadi salah satu daerah tertinggal di Jateng. Ini tentu menjadi tugas berat bagi Bupati Blora yang baru,” katanya di depan 300-an peserta dialog yang hadir.
Menurutnya, salah satu yang harus menjadi konsentrasi bupati terpilih saat ini, adalah pembangunan infrastruktur. Hal tersebut dipandang sebagai salah satu solusi mendorong pembangunan daerah dan perekonomian masyarakat.
''Blora harus bisa maju dan sejajar seperti kabupaten lain di Jateng. Saya sebagai Anggota Komisi IV yang membidangi infrastruktur akan mengintensifkan usulan kepada Bupati Blora,'' paparnya.
Kedaulatan Pangan
Hasanudin Wahid mengatakan, terkait program pro rakyat, PKB memiliki sikap yang jelas. ''PKB mempunyai program kedaulatan pangan. Kami menolak impor sapi di Indonesia,'' tegasnya. Menurutnya, penolakan impor sapi ini agar tidak mematikan peternak di negeri sendiri.
Sedang Arwani memaparkan tentang potensi yang banyak tersedia di Blora. ''Blora memiliki banyak sapi. Pupuk organik biogas sangat bagus untuk tanaman, oleh karenanya, mari kita kembangkan pupuk dari kotoran sapi.''
Dalhar Mumammadun berpesan kepada kader muda agar memaksimalkan potensi yang dimiliki dan peka terhadap keadaan (lingkungan-Red). “Seandainya seluruh pemuda yang hadir di forum ini kritis dan peka terhadap keadaan, maka ia pasti bisa meraih apa yang diinginkan,'' tegasnya.
Namun begitu, kritisisme dan kepekaan sosial belum lah cukup. ''Kita butuh relasi atau jaringan. Dengan jaringan inilah, potensi yang dimiliki, kritisisme, dan kepekaan sosial, akan mempunyai daya lebih untuk mencapai sesuatu yang diinginkan,'' tambahnya.
Sementara Maslikan, ketua pimpinan anak cabang (PAC) Todanan, Blora, mengungkapkan, forum yang digelar itu memang disediakan sebagai media berdiskusi dan sharing dengan anggota DPR RI yang diundang. ''Harapannya tentu Bapak Marwan Ja'far bisa membantu masyarakat desa di sini, dan memberikan pengarahan bagaimana pemuda itu bisa berperan dalam pembangunan daerah,'' ujarnya. [R]
Desa Gumiwang Juara Festival Kuda Lumping
Wonosobo - Kelompok kesenian kuda lumping Desa Gumiwang berhasil meraih predikat juara pertama dalam Festival Kuda Lumping dalam rangka HUT Jadi ke 10 Kecamatan Sukoharjo di lapangan sepakbola kota setempat. Adapun juara dua diraih kelompok kuda kepang desa Karanganyar dan kelompok kesenian dari Desa Suroyudan. Masing-masing mendapat uang pembinaan dan tropi.
Berdasar informasi yang dikumpulkan koran ini, festival yang berlangsung sehari itu diikuti sebanyak delapan kelompok kesenian yang berasal dari 6 Desa. Tiap kelompok menampilkan dua jenis tarian kuda lumping dan kuda kepang dengan ketentuan aspek kualifikasi penilaian performa, harmonisasi antara gerakan dan tarian, dan kostum penampilan.
Camat Sukoharjo Dudi Wardoyo mengatakan kegiatan itu diselenggarakan sebagai upaya melestarikan kesenian tradisional (mass culture). Pasalnya keberadaan seni rakyat terlebih kuda lumping dan jenis seni rakyat lainnya terancam punah oleh serangan arus budaya pop yang ditawarkan pemilik modal (high culture). Sehingga kehidupan rakyat terkikis dari falsafah hidup dalam tradisi budaya Jawa.
“Ini juga untuk menggali potensi sekaligus kaderisasi seni rakyat di wilayah Kecamatan Sukoharjo ” tuturnya Sabtu (9/4/2011).
Menurutnya potensi seni rakyat di Kecamatan Sukoharjo untuk tari kuda lumping sangat besar. Saat ini keberadaan mereka terus tumbuh sebagai satu kesatuan iktikad baik dari masyarakat di Kecamatan Sukoharjo untuk terus nguri-uri kebudayaan dari pewaris negeri ini.[R/Yudi]
Berdasar informasi yang dikumpulkan koran ini, festival yang berlangsung sehari itu diikuti sebanyak delapan kelompok kesenian yang berasal dari 6 Desa. Tiap kelompok menampilkan dua jenis tarian kuda lumping dan kuda kepang dengan ketentuan aspek kualifikasi penilaian performa, harmonisasi antara gerakan dan tarian, dan kostum penampilan.
Camat Sukoharjo Dudi Wardoyo mengatakan kegiatan itu diselenggarakan sebagai upaya melestarikan kesenian tradisional (mass culture). Pasalnya keberadaan seni rakyat terlebih kuda lumping dan jenis seni rakyat lainnya terancam punah oleh serangan arus budaya pop yang ditawarkan pemilik modal (high culture). Sehingga kehidupan rakyat terkikis dari falsafah hidup dalam tradisi budaya Jawa.
“Ini juga untuk menggali potensi sekaligus kaderisasi seni rakyat di wilayah Kecamatan Sukoharjo ” tuturnya Sabtu (9/4/2011).
Menurutnya potensi seni rakyat di Kecamatan Sukoharjo untuk tari kuda lumping sangat besar. Saat ini keberadaan mereka terus tumbuh sebagai satu kesatuan iktikad baik dari masyarakat di Kecamatan Sukoharjo untuk terus nguri-uri kebudayaan dari pewaris negeri ini.[R/Yudi]
Senin, 11 April 2011
Harmoni Tahlil Sang Raper Sejati
Wonosobo - Kehadiran Bondan Prakoso dan Fad 2 Black dalam mengakhiri tour lima kota di halaman terminal Mendolo Wonosobo, Jumat (8/4/2011) malam, disambut ribuan funs Bondan (Rezpector). Mantan pembetot bas Fungky Kopral ini aksinya cukup memukau penghayat musik pop rock dengan karakter lagu raper. Maklum penggemarnya di Wonosobo memang banyak.
Acara yang di selenggarakan oleh EO Madpro dari Jogjakarta itu diawali pentas Eifel Band dari Jogja sebagai pembuka. Membawakan lagu-lagu karya Slank, Ahmad Dhani, band itu disambut antusias pengunjung.Maklum penyelenggara menyediakan 9400 tiket masuk.
Pada pukul 20.00 WIB Bondan dan Fad 2 Black naik panggung diawali ilustrasi solo gitar instrumen karya Jhon Satriyani. Tak ayal lengkingan suara melodi gitar itu menghipnotis semua yang hadir.Apalagi hanya satu lampu ligh tink dari stage panggung yang nyala menyinari tubuh gitaris berbusana serba hitam itu.
Membawakan sekitar 10 lagu-lagu terbaik dari album Bersama Please Dong Ahh yang dirilis bersama Rio Saharja, hingga For All pada akhir 2010 lalu Bondan benar-benar menunjukkan talenta bermusiknya.Maklum penyanyi kelahiran 8 Mei 1984 ini tergolong masih muda.
“Salam OI, Slankker, kalian siap berjingkrak,” teriak musisi lulusan D3 Sastra Belanda UI Jakarta itu disela pentasnya.
Selama pertunjukan berlangsung, Bondan yang mengenakan celana warna abu-abu dan kaos hitam itu membawakan lagu-lagu yang sudah popular dikalangan kawula muda. Seperti Ya Sudahlah, Tetap Semangat, Kita Selamanya, Hidup Berawal dan Dari Mimpi. Ditengah pertunjukan beberapa kali petugas Damkar Wonosobo terpaksa menyemprotkan air ditengah ribuan penonton yang merapat.
Ketika Bondan akan membawakan Keroncong Perotol matanya terpejam, jemarinya yang membekap senar bass itu mendengung bak suara string keyabord. Namun selang dua menit tiga puluh detik paduan suara lagu yang sudah sangat popular itu menggema diantara dinginnya kota dingin yang sejuk dan asri ini.
“Tadi sebelum pentas baca tahlil dan yasin.Ini kan malam Juma’at, siapa yang suka nasi kotak, guwa sangat suka nasi kotak lho, tadi di rumah warga Wonosobo,” seloroh Bondan disambut gelak tawa ribuan pengunjung.
Tak hanya nasi kotak dan baca tahlil, harmoni musik peraih penghargaan AMI Sharp Awards ditahun 2001 untuk kategori group alternatif terbaik ini berjanji akan makan makanan khas Wonosobo.
“Terima kasih para rezpector Wonosobo kalian bernyanyi dan bergerak melebihi kami yang ada dipanggung,” pungkas Bondan sambil mengajak ribuan penonton mengepalkan tangan kanannya ke atas bersama-sama. [R/Yudi]
Acara yang di selenggarakan oleh EO Madpro dari Jogjakarta itu diawali pentas Eifel Band dari Jogja sebagai pembuka. Membawakan lagu-lagu karya Slank, Ahmad Dhani, band itu disambut antusias pengunjung.Maklum penyelenggara menyediakan 9400 tiket masuk.
Pada pukul 20.00 WIB Bondan dan Fad 2 Black naik panggung diawali ilustrasi solo gitar instrumen karya Jhon Satriyani. Tak ayal lengkingan suara melodi gitar itu menghipnotis semua yang hadir.Apalagi hanya satu lampu ligh tink dari stage panggung yang nyala menyinari tubuh gitaris berbusana serba hitam itu.
Membawakan sekitar 10 lagu-lagu terbaik dari album Bersama Please Dong Ahh yang dirilis bersama Rio Saharja, hingga For All pada akhir 2010 lalu Bondan benar-benar menunjukkan talenta bermusiknya.Maklum penyanyi kelahiran 8 Mei 1984 ini tergolong masih muda.
“Salam OI, Slankker, kalian siap berjingkrak,” teriak musisi lulusan D3 Sastra Belanda UI Jakarta itu disela pentasnya.
Selama pertunjukan berlangsung, Bondan yang mengenakan celana warna abu-abu dan kaos hitam itu membawakan lagu-lagu yang sudah popular dikalangan kawula muda. Seperti Ya Sudahlah, Tetap Semangat, Kita Selamanya, Hidup Berawal dan Dari Mimpi. Ditengah pertunjukan beberapa kali petugas Damkar Wonosobo terpaksa menyemprotkan air ditengah ribuan penonton yang merapat.
Ketika Bondan akan membawakan Keroncong Perotol matanya terpejam, jemarinya yang membekap senar bass itu mendengung bak suara string keyabord. Namun selang dua menit tiga puluh detik paduan suara lagu yang sudah sangat popular itu menggema diantara dinginnya kota dingin yang sejuk dan asri ini.
“Tadi sebelum pentas baca tahlil dan yasin.Ini kan malam Juma’at, siapa yang suka nasi kotak, guwa sangat suka nasi kotak lho, tadi di rumah warga Wonosobo,” seloroh Bondan disambut gelak tawa ribuan pengunjung.
Tak hanya nasi kotak dan baca tahlil, harmoni musik peraih penghargaan AMI Sharp Awards ditahun 2001 untuk kategori group alternatif terbaik ini berjanji akan makan makanan khas Wonosobo.
“Terima kasih para rezpector Wonosobo kalian bernyanyi dan bergerak melebihi kami yang ada dipanggung,” pungkas Bondan sambil mengajak ribuan penonton mengepalkan tangan kanannya ke atas bersama-sama. [R/Yudi]
Spesialis Pelukis Wayang dari Randublatung
Menyelesaikan studi di Jurusan Tari Akademi Seni Karawitan Indonesia (ASKI) Solo, namun kini aktivitas kesenimanannya lebih banyak tercurah untuk melukis wayang.
Blora - Belajar di Jurusan Tari Akademi Seni Karawitan Indoensia (Aski) Solo, Sudarto, seniman kelahiran Randublatung, 20 Januari 1957 ini justru saat ini lebih menenggelamkan diri di dunia seni lukis.
Di seni lukis pun, tak sembarangan ia mau melukis.''Saya cuma melukis wayang,'' katanya saat ditemui Suara Merdeka di Aula Kantor Dinas Perhubungan Pariwisata Kebudayaan Komunikasi dan Informatika (DPPKKI), baru-baru ini.
Sudarto bukanlah pegawai di DPPKKI. Namun belakangan, ia memang lebih mudah ditemui di kantor dinas yang bersebelahan dengan Akademi Keperawatan yang berada di bawah Poltekkes Kementerian Kesehatan itu. Di sana, warga RT 1 RW I Desa Wulung, Kecamatan Randublatung, ini sedang menyelesaikan beberapa lukisan wayang dari para relasinya, khususnya dari DPPKKI.
Pilihannya menjadi spesialis pelukis wayang pun tidak salah. Bahkan, dari situ seniman yang sempat menjadi ''penghuni'' Taman Budaya Jawa Tengah di Semarang, justru mendapatkan berkah yang luar biasa. Betapa tidak, sejumlah tokoh besar nasional, tak sedikit yang memesan untuk dibuatkan lukisan wayang olehnya.
Sebut saja di antaranya Almarhun KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Mardiyanto (mantan Gubernur Jateng), Matori Abdul Jalil, Saifullah Yusuf, dan Sri Edi Swasono. "Kebanyakan Bupati di Jateng dan Jatim juga sudah mengoleksi lukisan wayang saya. Namun anehnya belum ada satu pun bupati Blora yang memesan lukisan wayang pada saya," candanya sembari tersenyum.
Sejak Kecil
Sudarto pun tak pernah mau menghilangkan 'sejarah' melukis wayang yang digelutinya. Setiap orang yang meminta dilukiskan wayang, selalu dimemintainya tanda tangan berikut nama terang.
'Buku sejarah' yang memuat nama terang dan tanda tangan pemesan lukisan wayang kepadanya, itu disimpan rapi hingga sekarang. Melihat lembaran-lembaran 'prasasti' pemesan lukisan wayang Sudarto, ternyata pemesan tidak cuma dari Indonesoa, namun ada juga yang dari luar negeri. "Saya pernah mendapatkan pesanan lukisan dari S Paul Somohardjo asal Suriname," ujarnya.
Belajar melukis saat ia masih berada di bangku kelas II SMPN Randublatung, yaitu pada 1973. Lama keluar dari daerah kelahirannya, namun kini ia memilih kembali di tengah masyarakat yang telah membesarkannya. "Saya sudah lama ingin kembali ke Blora, namun baru kesampaian sekarang. Saya ingin mengabdikan diri pada kota kelahiran saya," ujar lelaki yang pernah menggelar pameran di berbagai kota besar seperti Jakarta, Semarang, dan Surabaya.
Kini, ditengah-tengah kesibukannya melukis wayang, ia juga ikut membina Sanggar Tari Gading Wulung di Randublatung. "Hanya sebagai sesepuh, untuk memotivasi anak-anak saja," katanya merendah. (Rosidi)
Blora - Belajar di Jurusan Tari Akademi Seni Karawitan Indoensia (Aski) Solo, Sudarto, seniman kelahiran Randublatung, 20 Januari 1957 ini justru saat ini lebih menenggelamkan diri di dunia seni lukis.
Di seni lukis pun, tak sembarangan ia mau melukis.''Saya cuma melukis wayang,'' katanya saat ditemui Suara Merdeka di Aula Kantor Dinas Perhubungan Pariwisata Kebudayaan Komunikasi dan Informatika (DPPKKI), baru-baru ini.
Sudarto bukanlah pegawai di DPPKKI. Namun belakangan, ia memang lebih mudah ditemui di kantor dinas yang bersebelahan dengan Akademi Keperawatan yang berada di bawah Poltekkes Kementerian Kesehatan itu. Di sana, warga RT 1 RW I Desa Wulung, Kecamatan Randublatung, ini sedang menyelesaikan beberapa lukisan wayang dari para relasinya, khususnya dari DPPKKI.
Pilihannya menjadi spesialis pelukis wayang pun tidak salah. Bahkan, dari situ seniman yang sempat menjadi ''penghuni'' Taman Budaya Jawa Tengah di Semarang, justru mendapatkan berkah yang luar biasa. Betapa tidak, sejumlah tokoh besar nasional, tak sedikit yang memesan untuk dibuatkan lukisan wayang olehnya.
Sebut saja di antaranya Almarhun KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Mardiyanto (mantan Gubernur Jateng), Matori Abdul Jalil, Saifullah Yusuf, dan Sri Edi Swasono. "Kebanyakan Bupati di Jateng dan Jatim juga sudah mengoleksi lukisan wayang saya. Namun anehnya belum ada satu pun bupati Blora yang memesan lukisan wayang pada saya," candanya sembari tersenyum.
Sejak Kecil
Sudarto pun tak pernah mau menghilangkan 'sejarah' melukis wayang yang digelutinya. Setiap orang yang meminta dilukiskan wayang, selalu dimemintainya tanda tangan berikut nama terang.
'Buku sejarah' yang memuat nama terang dan tanda tangan pemesan lukisan wayang kepadanya, itu disimpan rapi hingga sekarang. Melihat lembaran-lembaran 'prasasti' pemesan lukisan wayang Sudarto, ternyata pemesan tidak cuma dari Indonesoa, namun ada juga yang dari luar negeri. "Saya pernah mendapatkan pesanan lukisan dari S Paul Somohardjo asal Suriname," ujarnya.
Belajar melukis saat ia masih berada di bangku kelas II SMPN Randublatung, yaitu pada 1973. Lama keluar dari daerah kelahirannya, namun kini ia memilih kembali di tengah masyarakat yang telah membesarkannya. "Saya sudah lama ingin kembali ke Blora, namun baru kesampaian sekarang. Saya ingin mengabdikan diri pada kota kelahiran saya," ujar lelaki yang pernah menggelar pameran di berbagai kota besar seperti Jakarta, Semarang, dan Surabaya.
Kini, ditengah-tengah kesibukannya melukis wayang, ia juga ikut membina Sanggar Tari Gading Wulung di Randublatung. "Hanya sebagai sesepuh, untuk memotivasi anak-anak saja," katanya merendah. (Rosidi)
Kamis, 07 April 2011
Perkawinan Kaum Samin Terancam
Kudus - Samin sering mendapat anggapan negatif. Caranya mbalelo terhadap penjajah Belanda masih terbawa. Kini, prosesi perkawinan aliran kepercayaan Samin dipandang tidak sah. Bahkan terancam oleh RUU.
Begitu mendengar kata Samin, mayoritas masyarakat akan berpikir negatif. Asosiasi umumnya, orang akan disebut Samin apabila ditanya A, malah menjawab B. Berlagak bodoh (mbodoni) seperti inilah yang pernah menjadi cara khas Kaum Samin menentang penjajah Belanda. Sayang, kesan itu tak lepas hingga kini. Orang terjanjur menyebut “Samin” terhadap orang yang bodoh atau berlagak bodoh. Apalagi kaum penganut ajaran Samin Surasentiko, memegang teguh beberapa tradisinya.
Di Kudus terdapat ratusan penganut aliran kepercayaan Samin. Mereka tersebar antara lain di daerah; Dukuh Kaliyoso, Desa Karangrowo, Desa Larekrejo, Desa Kutuk (Kecamatan Undaan), Dukuh Mijen, Desa Bulungcangkring (Kecamatan Jekulo), Dukuh Goleng, Desa Pasuruhan Lor(Kecamatan Jati).
Di Kudus, prosesi adat perkawinan penganut Samin sering mendatangkan kontroversi dan dianggap tidak sah secara hukum. Perkawinan Kaum Samin tidak melibatkan pemerintah, baik Kantor Urusan Agama (KUA) maupun Dinas Catatan Sipil, sehingga tidak formal karena tidak tercatat dalam administrasi pemerintah.
Menurut Pengamat Kebijakan Publik di Kudus, Zamhuri, anggapan masyarakat tersebut tidak sepenuhnya benar. Perkawinan Kaum Samin dianggap tidak sah oleh masyarakat karena mereka tidak mencatatkan perkawinannya pada administrasi pemerintah. Padahal, pada penganut aliran kepercayaan (agama) mayoritas masyarakat, juga terjadi hal demikian. Dimana pernikahan cukup dilaksanakan secara adat keagamaannya.
Setelah era reformasi, tutur Zamhuri, masyarakat Samin mendapatkan kebebasan dalam menjalankan adat, budaya, dan keyakinannya. Termasuk dalam melaksanakan tata cara perkawinan menurut adat dan tradisi masyarakat Samin. “Apalagi adat perkawinan Samin telah mendapatkan pengakuan terhadap perkawinan penganut kepercayaan,” tukasnya.
Hal itu dijamin oleh Undang-undang RI No 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan, Peraturan Presiden (Perpres) No 25 Tahun 2008 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil serta Peraturan Pemerintah RI No 37 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan UU No 23 Tahun 2006.
Jadi, tambah Zamhuri, secara hukum perkawinan mereka adalah sah karena dijamin undang-undang, namun tidak terdapat dalam administrasi. “Administrasi khan tugasnya tidak untuk mengesahkan, tapi UU yang mengesahkan,” tegas lelaki yang juga menjabat sebagai Humas Universitas Muria Kudus (UMK)ini.
Zamhuri menyarankan agar masyarakat tidak menyalahkan prosesi adat perkawinan Kaum Samin, dengan cara mengukur dari keyakinannya.
Terancam RUU
Peneliti masyarakat Samin dan Fenomena tersebut mengemuka dalam seminar bedah buku Nihilisasi Peran Negara, Potret perkawinan Samin, Moch Rosyid mengatakan, adat perkawinan yang dilakukan Kaum Samin juga terancam oleh RUU peradilan agama yang mengatur mengenai pernikahan siri, kawin kontrak dan poligami. “RUU tersebut mengancam adat perkawinan penganut aliran kepercayaan lokal, termasuk Kaum Samin,” katanya.
Latar belakang munculnya RUU tersebut, menurut Rosyid, dilatarbelakangi oleh praktik kawin kontrak (nikah Mut’ah) di Bogor. Di mana praktik seperti ini merugikan pihak perempuan. “Khan berbeda dengan Kuam Samin. Mereka sudah saling percaya secara lisan, bahkan tidak mengenal poligami,” katanya.
Perkawinan Kaum Samin bagi Rosyid, merupakan kekayaan adat lokal (Local Wisdom) yang perlu dilindungi oleh negara. Pengalaman penelitian yang dilakukan Rosydi sejak tahun 2004 menunjukkan perkawinan Kaum Samin memiliki keunikan tersendiri. Prosesi perkawinan hampir memiliki kesamaan dengan mayoritas masyarakat. Perkawinan dimulai dari Nyumuk, Ngendek, Nyuwito, Paseksen, dan Tingkep. Dalam adat perkawinan umumnya, Nyumuk sama dengan pinangan, sementara Ngendek adalah untuk menyebut tukar cincin. “Perkawinan Kaum Samin tidak jauh berbeda dengan prosesi perkawinan mayoritas masyarakat,” tegasnya.
Hasil penelitian secara live in yang dilakukann oleh Rosyid juga tidak membuktikan anggapan negatif bahwa Kaum Samin identik dengan sikap bergalagk bodoh. “Sikap mbodoni Kaum Samin hanya kepada penjajah Belanda. Bahkan sebagai minoritas, sebagian dari mereka malah dipercaya oleh mayoritas warga yang bukan Samin untuk menjadi ketua rukun warga setempat,”pungkasnya. [R/UMK]
Begitu mendengar kata Samin, mayoritas masyarakat akan berpikir negatif. Asosiasi umumnya, orang akan disebut Samin apabila ditanya A, malah menjawab B. Berlagak bodoh (mbodoni) seperti inilah yang pernah menjadi cara khas Kaum Samin menentang penjajah Belanda. Sayang, kesan itu tak lepas hingga kini. Orang terjanjur menyebut “Samin” terhadap orang yang bodoh atau berlagak bodoh. Apalagi kaum penganut ajaran Samin Surasentiko, memegang teguh beberapa tradisinya.
Di Kudus terdapat ratusan penganut aliran kepercayaan Samin. Mereka tersebar antara lain di daerah; Dukuh Kaliyoso, Desa Karangrowo, Desa Larekrejo, Desa Kutuk (Kecamatan Undaan), Dukuh Mijen, Desa Bulungcangkring (Kecamatan Jekulo), Dukuh Goleng, Desa Pasuruhan Lor(Kecamatan Jati).
Di Kudus, prosesi adat perkawinan penganut Samin sering mendatangkan kontroversi dan dianggap tidak sah secara hukum. Perkawinan Kaum Samin tidak melibatkan pemerintah, baik Kantor Urusan Agama (KUA) maupun Dinas Catatan Sipil, sehingga tidak formal karena tidak tercatat dalam administrasi pemerintah.
Menurut Pengamat Kebijakan Publik di Kudus, Zamhuri, anggapan masyarakat tersebut tidak sepenuhnya benar. Perkawinan Kaum Samin dianggap tidak sah oleh masyarakat karena mereka tidak mencatatkan perkawinannya pada administrasi pemerintah. Padahal, pada penganut aliran kepercayaan (agama) mayoritas masyarakat, juga terjadi hal demikian. Dimana pernikahan cukup dilaksanakan secara adat keagamaannya.
Setelah era reformasi, tutur Zamhuri, masyarakat Samin mendapatkan kebebasan dalam menjalankan adat, budaya, dan keyakinannya. Termasuk dalam melaksanakan tata cara perkawinan menurut adat dan tradisi masyarakat Samin. “Apalagi adat perkawinan Samin telah mendapatkan pengakuan terhadap perkawinan penganut kepercayaan,” tukasnya.
Hal itu dijamin oleh Undang-undang RI No 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan, Peraturan Presiden (Perpres) No 25 Tahun 2008 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil serta Peraturan Pemerintah RI No 37 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan UU No 23 Tahun 2006.
Jadi, tambah Zamhuri, secara hukum perkawinan mereka adalah sah karena dijamin undang-undang, namun tidak terdapat dalam administrasi. “Administrasi khan tugasnya tidak untuk mengesahkan, tapi UU yang mengesahkan,” tegas lelaki yang juga menjabat sebagai Humas Universitas Muria Kudus (UMK)ini.
Zamhuri menyarankan agar masyarakat tidak menyalahkan prosesi adat perkawinan Kaum Samin, dengan cara mengukur dari keyakinannya.
Terancam RUU
Peneliti masyarakat Samin dan Fenomena tersebut mengemuka dalam seminar bedah buku Nihilisasi Peran Negara, Potret perkawinan Samin, Moch Rosyid mengatakan, adat perkawinan yang dilakukan Kaum Samin juga terancam oleh RUU peradilan agama yang mengatur mengenai pernikahan siri, kawin kontrak dan poligami. “RUU tersebut mengancam adat perkawinan penganut aliran kepercayaan lokal, termasuk Kaum Samin,” katanya.
Latar belakang munculnya RUU tersebut, menurut Rosyid, dilatarbelakangi oleh praktik kawin kontrak (nikah Mut’ah) di Bogor. Di mana praktik seperti ini merugikan pihak perempuan. “Khan berbeda dengan Kuam Samin. Mereka sudah saling percaya secara lisan, bahkan tidak mengenal poligami,” katanya.
Perkawinan Kaum Samin bagi Rosyid, merupakan kekayaan adat lokal (Local Wisdom) yang perlu dilindungi oleh negara. Pengalaman penelitian yang dilakukan Rosydi sejak tahun 2004 menunjukkan perkawinan Kaum Samin memiliki keunikan tersendiri. Prosesi perkawinan hampir memiliki kesamaan dengan mayoritas masyarakat. Perkawinan dimulai dari Nyumuk, Ngendek, Nyuwito, Paseksen, dan Tingkep. Dalam adat perkawinan umumnya, Nyumuk sama dengan pinangan, sementara Ngendek adalah untuk menyebut tukar cincin. “Perkawinan Kaum Samin tidak jauh berbeda dengan prosesi perkawinan mayoritas masyarakat,” tegasnya.
Hasil penelitian secara live in yang dilakukann oleh Rosyid juga tidak membuktikan anggapan negatif bahwa Kaum Samin identik dengan sikap bergalagk bodoh. “Sikap mbodoni Kaum Samin hanya kepada penjajah Belanda. Bahkan sebagai minoritas, sebagian dari mereka malah dipercaya oleh mayoritas warga yang bukan Samin untuk menjadi ketua rukun warga setempat,”pungkasnya. [R/UMK]
Rabu, 06 April 2011
Pertamina Cilacap Terbakar
Cilacap - Suara ledakan keras terdengar dari Kompleks I Pertamina UP IV Cilacap, Jawa Tengah. Hingga saat ini, api masih berkobar di lokasi tersebut.
Ada tiga pembaca detikcom yang memberikan informasi tentang peristiwa ini melalui fasiltas Info Anda. Kejadian dilaporkan sekitar pukul 04.30 WIB.
"Kejadiannya sekitar pukul 04.30 WIB meledak, sampai sekarang apinya masih gede," kata Momon, kepada detikcom, Sabtu (2/4/2011).
Rumah Momon berada sekitar 2 Km dari lokasi kejadian. Dari kediamannya, terlihat asal membubul tebal dan suara sirine bersahutan.
"Belum tahu apa penyebabnya," imbuhnya.
Pembaca detikcom lainnya, Ketut Yulianto, juga melaporkan hal sama. Menurut dia, kilang minyak yang terbakar di RU IV Cilacap-Jawa Tengah.
"Baru saja terjadi kebakaran di kilang minyak RU IV Cilacap - Jawa tengah," imbuhnya.
"Sebuah tangki kilang milik pertamina UP-4 Cilacap meledak kurang lebih pkul 04.45 WIB," kata Hery, pembaca detikcom lainnya. [R/dtc]
Ada tiga pembaca detikcom yang memberikan informasi tentang peristiwa ini melalui fasiltas Info Anda. Kejadian dilaporkan sekitar pukul 04.30 WIB.
"Kejadiannya sekitar pukul 04.30 WIB meledak, sampai sekarang apinya masih gede," kata Momon, kepada detikcom, Sabtu (2/4/2011).
Rumah Momon berada sekitar 2 Km dari lokasi kejadian. Dari kediamannya, terlihat asal membubul tebal dan suara sirine bersahutan.
"Belum tahu apa penyebabnya," imbuhnya.
Pembaca detikcom lainnya, Ketut Yulianto, juga melaporkan hal sama. Menurut dia, kilang minyak yang terbakar di RU IV Cilacap-Jawa Tengah.
"Baru saja terjadi kebakaran di kilang minyak RU IV Cilacap - Jawa tengah," imbuhnya.
"Sebuah tangki kilang milik pertamina UP-4 Cilacap meledak kurang lebih pkul 04.45 WIB," kata Hery, pembaca detikcom lainnya. [R/dtc]
DPD RI Banyak Lakukan Terobosan
Jakarta - Ketua DPD, Irman Gusman, menyatakan, DPD banyak melakukan terobosan guna membangun kepercayaan serta memenuhi keadilan masyarakat dan daerah.
"Naskah Perubahan Kelima Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang dirampungkan DPD, termasuk terobosan," katanya di Jakarta, Rabu.
Dia mengatakan, DPD siap berdiskusi atau berdialog mempertajam item-itemnya.
"Calon presiden perseorangan satu item saja. Banyak item lainnya seperti memperkuat sistem presidensial," katanya.
Dengan kamar kedua (DPD) di samping kamar kesatu (DPR), monopoli proses legislasi dalam satu kamar dapat dihindari karena sistem dua kamar dapat mencegah pengesahan undang-undang yang cacat atau ceroboh.
"Sesungguhnya banyak keputusan DPD yang digunakan DPR. Hanya saja dalam konsideransnya tidak menyebut usul, pandangan dan pendapat, hasil pengawasan atau pertimbangan dari DPD," katanya.
Padahal, kata Irman, pembentukan DPD menguatkan persatuan daerah-daerah dalam wadah negara kesatuan, meneguhkan agregasi dan artikulasi aspirasi dan kepentingan serta pembangunan dan kemajuan daerah yang bersinambung.
"DPD periode lalu `full`, bahkan `overload`. DPD periode lalu `beyond` UU Susduk atau melewati desain UU Susduk yang membatasi fungsi, tugas, dan wewenang DPD. Periode sekarang berkembang," katanya.
Dia merujuk Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2003 tentang Susunan dan Kedudukan Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (UU Susduk) yang menyatakan bahwa DPD diundang oleh DPR untuk melakukan pembahasan RUU menjadi UU bersama Pemerintah hanya pada awal Pembicaraan Tingkat I sesuai Peraturan Tata Tertib DPR.
UU 27/2009 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah mengubah sistem dan mekanisme fungsi legislasi, fungsi pengawasan dan fungsi anggaran.
Terobosan lainnya, kata Irman, pimpinan DPD periode lalu bersama pimpinan alat kelengkapan DPD melakukan pertemuan konsultasi minimal sekali setahun dengan presiden dan wakil presiden bersama menteri-menterinya.
DPD juga menyelenggarakan Sidang Paripurna Khusus DPD setiap tanggal 23 Agustus yang dihadiri gubernur, bupati, walikota dan ketua DPRD provinsi/kabupaten/kota.
Ia menjelaskan, DPD periode kesatu (2004-2009) menghasilkan 196 keputusan, yaitu 19 usul rancangan undang-undang (RUU), 92 pandangan dan pendapat, 7 pertimbangan, 49 hasil pengawasan serta 29 pertimbangan atas Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) hasil pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
Periode kedua (2009-2014) di tahun kesatu, DPD menghasilkan 39 keputusan, yaitu 1 usul RUU, 19 pandangan dan pendapat, 15 hasil pengawasan serta 4 pertimbangan terkait anggaran. Tapi, harus diakui bahwa keberhasilan tersebut terbatas pada penyampaian keputusan-keputusan DPD kepada DPR. [R/Ant]
"Naskah Perubahan Kelima Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang dirampungkan DPD, termasuk terobosan," katanya di Jakarta, Rabu.
Dia mengatakan, DPD siap berdiskusi atau berdialog mempertajam item-itemnya.
"Calon presiden perseorangan satu item saja. Banyak item lainnya seperti memperkuat sistem presidensial," katanya.
Dengan kamar kedua (DPD) di samping kamar kesatu (DPR), monopoli proses legislasi dalam satu kamar dapat dihindari karena sistem dua kamar dapat mencegah pengesahan undang-undang yang cacat atau ceroboh.
"Sesungguhnya banyak keputusan DPD yang digunakan DPR. Hanya saja dalam konsideransnya tidak menyebut usul, pandangan dan pendapat, hasil pengawasan atau pertimbangan dari DPD," katanya.
Padahal, kata Irman, pembentukan DPD menguatkan persatuan daerah-daerah dalam wadah negara kesatuan, meneguhkan agregasi dan artikulasi aspirasi dan kepentingan serta pembangunan dan kemajuan daerah yang bersinambung.
"DPD periode lalu `full`, bahkan `overload`. DPD periode lalu `beyond` UU Susduk atau melewati desain UU Susduk yang membatasi fungsi, tugas, dan wewenang DPD. Periode sekarang berkembang," katanya.
Dia merujuk Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2003 tentang Susunan dan Kedudukan Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (UU Susduk) yang menyatakan bahwa DPD diundang oleh DPR untuk melakukan pembahasan RUU menjadi UU bersama Pemerintah hanya pada awal Pembicaraan Tingkat I sesuai Peraturan Tata Tertib DPR.
UU 27/2009 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah mengubah sistem dan mekanisme fungsi legislasi, fungsi pengawasan dan fungsi anggaran.
Terobosan lainnya, kata Irman, pimpinan DPD periode lalu bersama pimpinan alat kelengkapan DPD melakukan pertemuan konsultasi minimal sekali setahun dengan presiden dan wakil presiden bersama menteri-menterinya.
DPD juga menyelenggarakan Sidang Paripurna Khusus DPD setiap tanggal 23 Agustus yang dihadiri gubernur, bupati, walikota dan ketua DPRD provinsi/kabupaten/kota.
Ia menjelaskan, DPD periode kesatu (2004-2009) menghasilkan 196 keputusan, yaitu 19 usul rancangan undang-undang (RUU), 92 pandangan dan pendapat, 7 pertimbangan, 49 hasil pengawasan serta 29 pertimbangan atas Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) hasil pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
Periode kedua (2009-2014) di tahun kesatu, DPD menghasilkan 39 keputusan, yaitu 1 usul RUU, 19 pandangan dan pendapat, 15 hasil pengawasan serta 4 pertimbangan terkait anggaran. Tapi, harus diakui bahwa keberhasilan tersebut terbatas pada penyampaian keputusan-keputusan DPD kepada DPR. [R/Ant]
Batik Indonesia Masuk Kampus Seni Athena
London - KBRI Athena bekerja sama dengan Sekolah Seni terkemuka di Yunani "Athens School of Fine Art" menggelar pelatihan membatik yang diikuti 75 mahasiswa di perguruan tinggi terkemuka itu.
Para mahasiswa Athena itu dengan asyiknya belajar melukis motif batik dengan mengunakan canting di atas selembar kain, demikian keterangan pers dari Sekretaris Pertama KBRI Athena Jani Mediawati Sasanti kepada ANTARA London, Rabu.
Pelatihan yang dilakukan merupakan acara pembuka dari rangkaian kegiatan "Batik Diplomacy", terselenggara dengan dukungan dari Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia.
Batik Diplomacy selain pelatihan membatik untuk mahasiswa juga workshop membatik untuk kalangan Women International Club di Athena yang akan diakhiri dengan peragaan busana batik dan angklung interaktif di hotel Divani Caravel, Athena, Kamis (7/4).
Duta Besar RI untuk Yunani Ahmad Rusdi menyampaikan bahwa KBRI Athena memandang penting pelaksanaan pelatihan batik mengingat Batik Indonesia, yang ditetapkan masuk dalam Daftar Representatif Budaya Tak Benda Warisan Manusia Oktober 2009 oleh UNESCO, yang mendapatkan tempat di hati masyarakat Yunani.
Dubes Rusdi menyampaikan Athens School of Fine Art dipilih sebagai pelaksanaan pelatihan karena di universitas ini terdapat banyak jurusan, termasuk menerapkan teknik membatik dalam kurikulumnya seperti jurusan melukis, mosaic, melukis fresco dan icon, disain grafis, dan jurusan lainnya.
Diharapkan teknik membatik akan banyak diterapkan dalam karya-karya para pelaku seni muda dari negara lain terutama Yunani.
Dubes yang juga berasal dari keluarga pembatik ini, menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada jajaran Universitas yang telah berkolaborasi dengan KBRI Athena dalam penyelenggaraan pelatihan yang sangat langka ini.
Sementara itu, dalam sambutannya, Rektor dari Athens School of Fine Art, Profesor Panagiotis Xaralambos, menyampaikan penghargaan kepada KBRI Athena yang telah memilih sekolah Fine Art Athens sebagai tempat pelaksnaan Workshop.
Menurutnya universitas ini merupakan tempat yang tepat bagi pelatihan batik untuk para siswanya.
Kehadiran peserta melebihi kapasitas, bahkan sebagian harus rela membatik sambil berdiri, menyiratkan antusiasme yang tinggi dari kalangan mahasiswa universitas seni untuk mempelajari batik, seni tradisional dari Indonesia.
Acara pelatihan berlangsung dalam suasana santai dipandu Afif Syakur, perancang busana Indonesia terkemuka dengan enam anggota tim batik yang khusus datang dari tanah air .
Berlokasi di studio lukis universitas, Afif Syakur menerangkan secara singkat filosofi membatik.
Menurutnya, membatik seperti memberikan nyawa pada selembar kain. "Dengan detail teknik membatik yang terdiri dari beberapa tahap, yaitu membatik, pewarnaan dan pencelupan untuk mendapatkan hasil akhir yang diinginkan".
Memasuki tahap praktek, peserta sangat antusias menggunakan canthing dan malam sebagai media melukis. Berbagai ide dan ekspresi dituangkan di atas sehelai kain putih.
Dengan berbekal bakat seni mahasiswa beragam motif batik kontemporer berhasil dihasilkan dalam waktu yang sangat singkat.
Ketika praktek memasuki tahap pewarnaan dan pencelupan, banyak pertanyaan yang muncul dari para peserta karena sangat tertarik dengan proses tersebut, terutama karena ternyata kedua proses harus diulang-ulang untuk mendapatkan warna yang diinginkan.
Para peserta yang sebagian besar berasal dari jurusan melukis dan grafis menyatakan kepuasannya dapat mempelajari seni membatik secara langsung dari pakar batik Indonesia.
Seorang mahasiswa, Andreas Kokaliaris menyatakan, pelatihan ini sangat menarik dan bermanfaat bagi dirinya sebagai mahasiswa seni rupa. Menurutnya di Yunani terdapat seni yang mempunyai nilai filososfi yang sama dengan batik yaitu seni mosaic.
Di samping pelatihan, KBRI juga menyelenggarakan pameran kain batik yang berasal dari berbagai daerah dengan beragam motif dan warna.
Pameran ini sangat dihargai oleh para peserta, karena dengan demikian mereka dapat melihat dan membandingkan secara langsung hasil karyanya dengan produksi batik tradisional Indonesia.
Pada penutupan acara pelatihan, peserta dengan berfoto bersama hasil karyanya dan menyampaikan secara langsung kepada Dubes, diplomat karir anak juragan batik asal Pekalongan, yang ikut mendampingi jalannya pelatihan ini, apresiasi dan keinginan mereka untuk menerapkan teknik membatik ini dalam perjalanan seni mereka selanjutnya.
Worksop yang baru pertama kasil diselenggarakan di Athena ini, diharapkan dapat diselenggarakan secara berkesinambungan atas kerja sama Universitas dengan KBRI dan pemerintah Indonesia sebagai ajang promosi negara melalui membatik yang telah mendapat pengakuan dari UNESCO. [R/Ant]
Para mahasiswa Athena itu dengan asyiknya belajar melukis motif batik dengan mengunakan canting di atas selembar kain, demikian keterangan pers dari Sekretaris Pertama KBRI Athena Jani Mediawati Sasanti kepada ANTARA London, Rabu.
Pelatihan yang dilakukan merupakan acara pembuka dari rangkaian kegiatan "Batik Diplomacy", terselenggara dengan dukungan dari Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia.
Batik Diplomacy selain pelatihan membatik untuk mahasiswa juga workshop membatik untuk kalangan Women International Club di Athena yang akan diakhiri dengan peragaan busana batik dan angklung interaktif di hotel Divani Caravel, Athena, Kamis (7/4).
Duta Besar RI untuk Yunani Ahmad Rusdi menyampaikan bahwa KBRI Athena memandang penting pelaksanaan pelatihan batik mengingat Batik Indonesia, yang ditetapkan masuk dalam Daftar Representatif Budaya Tak Benda Warisan Manusia Oktober 2009 oleh UNESCO, yang mendapatkan tempat di hati masyarakat Yunani.
Dubes Rusdi menyampaikan Athens School of Fine Art dipilih sebagai pelaksanaan pelatihan karena di universitas ini terdapat banyak jurusan, termasuk menerapkan teknik membatik dalam kurikulumnya seperti jurusan melukis, mosaic, melukis fresco dan icon, disain grafis, dan jurusan lainnya.
Diharapkan teknik membatik akan banyak diterapkan dalam karya-karya para pelaku seni muda dari negara lain terutama Yunani.
Dubes yang juga berasal dari keluarga pembatik ini, menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada jajaran Universitas yang telah berkolaborasi dengan KBRI Athena dalam penyelenggaraan pelatihan yang sangat langka ini.
Sementara itu, dalam sambutannya, Rektor dari Athens School of Fine Art, Profesor Panagiotis Xaralambos, menyampaikan penghargaan kepada KBRI Athena yang telah memilih sekolah Fine Art Athens sebagai tempat pelaksnaan Workshop.
Menurutnya universitas ini merupakan tempat yang tepat bagi pelatihan batik untuk para siswanya.
Kehadiran peserta melebihi kapasitas, bahkan sebagian harus rela membatik sambil berdiri, menyiratkan antusiasme yang tinggi dari kalangan mahasiswa universitas seni untuk mempelajari batik, seni tradisional dari Indonesia.
Acara pelatihan berlangsung dalam suasana santai dipandu Afif Syakur, perancang busana Indonesia terkemuka dengan enam anggota tim batik yang khusus datang dari tanah air .
Berlokasi di studio lukis universitas, Afif Syakur menerangkan secara singkat filosofi membatik.
Menurutnya, membatik seperti memberikan nyawa pada selembar kain. "Dengan detail teknik membatik yang terdiri dari beberapa tahap, yaitu membatik, pewarnaan dan pencelupan untuk mendapatkan hasil akhir yang diinginkan".
Memasuki tahap praktek, peserta sangat antusias menggunakan canthing dan malam sebagai media melukis. Berbagai ide dan ekspresi dituangkan di atas sehelai kain putih.
Dengan berbekal bakat seni mahasiswa beragam motif batik kontemporer berhasil dihasilkan dalam waktu yang sangat singkat.
Ketika praktek memasuki tahap pewarnaan dan pencelupan, banyak pertanyaan yang muncul dari para peserta karena sangat tertarik dengan proses tersebut, terutama karena ternyata kedua proses harus diulang-ulang untuk mendapatkan warna yang diinginkan.
Para peserta yang sebagian besar berasal dari jurusan melukis dan grafis menyatakan kepuasannya dapat mempelajari seni membatik secara langsung dari pakar batik Indonesia.
Seorang mahasiswa, Andreas Kokaliaris menyatakan, pelatihan ini sangat menarik dan bermanfaat bagi dirinya sebagai mahasiswa seni rupa. Menurutnya di Yunani terdapat seni yang mempunyai nilai filososfi yang sama dengan batik yaitu seni mosaic.
Di samping pelatihan, KBRI juga menyelenggarakan pameran kain batik yang berasal dari berbagai daerah dengan beragam motif dan warna.
Pameran ini sangat dihargai oleh para peserta, karena dengan demikian mereka dapat melihat dan membandingkan secara langsung hasil karyanya dengan produksi batik tradisional Indonesia.
Pada penutupan acara pelatihan, peserta dengan berfoto bersama hasil karyanya dan menyampaikan secara langsung kepada Dubes, diplomat karir anak juragan batik asal Pekalongan, yang ikut mendampingi jalannya pelatihan ini, apresiasi dan keinginan mereka untuk menerapkan teknik membatik ini dalam perjalanan seni mereka selanjutnya.
Worksop yang baru pertama kasil diselenggarakan di Athena ini, diharapkan dapat diselenggarakan secara berkesinambungan atas kerja sama Universitas dengan KBRI dan pemerintah Indonesia sebagai ajang promosi negara melalui membatik yang telah mendapat pengakuan dari UNESCO. [R/Ant]
Petani Kentang Lestarikan Seni Islam Tradisional
- Diiringi Pencak Silat dan Rebana
Umum dipahami, Toriqoh Qodariyah Naqsyabandiyah berisi amalan keagamaan sarat puasa dan wiridan.Ajaran salah satu cabang tasawuf yang muncul pada tahun 717 Hijiryah ini memiliki ritual cukup unik. Ekspresi ke-Ilahi-an itu dilakukan jemaatnya di Desa Sigedang Kecamatan Kejajar Kabupaten Wonosobo. Mereka bernyanyi dan menari menabuh rebana serta bedug.
Wonosobo - Dentum rebana bertalu-talu mengiringi 20 penari berseragam hitam putih. Mengenakan kaca mata hitam para anggota kelompok seni tari tradisional Peksi Muda itu menari dan bernyanyi bersama. Tujuan mereka semata-mata hanya mensyiarkan nilai ajaran Islam. Tak heran jika ratusan pasang mata terpukau keunikan pentas mereka di halaman gedung Sasana Adipura kemarin.
Dalam pentas yang berlangsung selama hampir dua jam itu mereka menyanyikan bait-bait lagu berirama shlawat klasik. Tiap kali satu lagu dinyanyikan para penari memeragakan satu jurus pencak silat. Isi kandungan lagu tersebut mengajak para penontonnya untuk berbahagia merasakan kehadiran gerakan-gerakan dan musik dalam penyatuan keillahian.
“Kegiatan ini menjadi ekstrakulikuler para petani kentang di Desa Sigedang Kecamatan Kejajar,” kata Ketua kelompok Peksi Muda Sigedang yang akrab dipanggil pak Zen.
Menurut imam masjid Nahrowi Surur itu silsilahnya Peksi Muda awalnya dibawa seseorang bernama Hardrotul Majid Syeh Muhammad Nahruwi Quddisa Siruhulaziz mengembara ke wilayah Wonosobo. Mursyid dan sufi asal Plosokuning Minomartyani Ngaglik Sleman Jogjakarta ini mengemban misi memperkenalkan ajaran Thoreqoh Naqsyabandiyah. Ketika tiba di Desa Sigedang beliau bertemu KH Sholih.
Dari perjalanan dakwanya inilah diperkenalkan sebuah kesenian yang diberi nama Peksi Muda. Seiring keberadaannya antusias masyarakat tertarik ajarannya makin tinggi. Namun seusai beliau wafat Peksi Muda dilestarikan penerusnya. Dari KH Shoih hingga KH Nur Yazid.
Kesamaan yang bahkan mirip sampai sekarang yaitu pengurus Nagsyabandi yang diteruskan putera beliau bernama Mr HS M Irfai Nachrowi an Naghsyabandi Al Hajj QS.Yang sekarang mendirikan Zawiyah, Qoshul Arifin, kesepuhan atas angin di Sorak Landeuh, Darmacaang, Cikoning, Ciamis, Jawa Barat.
Dari perguruan Thoriqoh Huilah terdapat perwakilan daerah yang disebut pula Kemuasasan, yang mana masih membina kesenian Peksi Muda. Pada zaman Syeh Nahrowi hasil pelantikan diketuai oleh Mardi. Lalu sebagai penghormatan kepada Syeh kesenian tersebut masih diteruskan hingga era KH Shalih dan KH Nur Yazih. Selepas keduanya wafat diteruskan Mr HS M Irfai Nachrowi Nagsyabandi Al Hajj QS, dibawah bimbingan kumuasasan (Muasis).
Saat ini, pada perkembangannya Peksi Muda terus diteruskan oleh jemaat di Desa Sigedang Kecamatan Kejajar. Mereka tetap melestarikan meski ditengah masyarakat merasa asing dengan gerakan-gerakan tarian tradisional yang dulu menjadi warisan akulturasi budaya antara Jawa dan Islam tersebut. [R/Yudi]
Umum dipahami, Toriqoh Qodariyah Naqsyabandiyah berisi amalan keagamaan sarat puasa dan wiridan.Ajaran salah satu cabang tasawuf yang muncul pada tahun 717 Hijiryah ini memiliki ritual cukup unik. Ekspresi ke-Ilahi-an itu dilakukan jemaatnya di Desa Sigedang Kecamatan Kejajar Kabupaten Wonosobo. Mereka bernyanyi dan menari menabuh rebana serta bedug.
Wonosobo - Dentum rebana bertalu-talu mengiringi 20 penari berseragam hitam putih. Mengenakan kaca mata hitam para anggota kelompok seni tari tradisional Peksi Muda itu menari dan bernyanyi bersama. Tujuan mereka semata-mata hanya mensyiarkan nilai ajaran Islam. Tak heran jika ratusan pasang mata terpukau keunikan pentas mereka di halaman gedung Sasana Adipura kemarin.
Dalam pentas yang berlangsung selama hampir dua jam itu mereka menyanyikan bait-bait lagu berirama shlawat klasik. Tiap kali satu lagu dinyanyikan para penari memeragakan satu jurus pencak silat. Isi kandungan lagu tersebut mengajak para penontonnya untuk berbahagia merasakan kehadiran gerakan-gerakan dan musik dalam penyatuan keillahian.
“Kegiatan ini menjadi ekstrakulikuler para petani kentang di Desa Sigedang Kecamatan Kejajar,” kata Ketua kelompok Peksi Muda Sigedang yang akrab dipanggil pak Zen.
Menurut imam masjid Nahrowi Surur itu silsilahnya Peksi Muda awalnya dibawa seseorang bernama Hardrotul Majid Syeh Muhammad Nahruwi Quddisa Siruhulaziz mengembara ke wilayah Wonosobo. Mursyid dan sufi asal Plosokuning Minomartyani Ngaglik Sleman Jogjakarta ini mengemban misi memperkenalkan ajaran Thoreqoh Naqsyabandiyah. Ketika tiba di Desa Sigedang beliau bertemu KH Sholih.
Dari perjalanan dakwanya inilah diperkenalkan sebuah kesenian yang diberi nama Peksi Muda. Seiring keberadaannya antusias masyarakat tertarik ajarannya makin tinggi. Namun seusai beliau wafat Peksi Muda dilestarikan penerusnya. Dari KH Shoih hingga KH Nur Yazid.
Kesamaan yang bahkan mirip sampai sekarang yaitu pengurus Nagsyabandi yang diteruskan putera beliau bernama Mr HS M Irfai Nachrowi an Naghsyabandi Al Hajj QS.Yang sekarang mendirikan Zawiyah, Qoshul Arifin, kesepuhan atas angin di Sorak Landeuh, Darmacaang, Cikoning, Ciamis, Jawa Barat.
Dari perguruan Thoriqoh Huilah terdapat perwakilan daerah yang disebut pula Kemuasasan, yang mana masih membina kesenian Peksi Muda. Pada zaman Syeh Nahrowi hasil pelantikan diketuai oleh Mardi. Lalu sebagai penghormatan kepada Syeh kesenian tersebut masih diteruskan hingga era KH Shalih dan KH Nur Yazih. Selepas keduanya wafat diteruskan Mr HS M Irfai Nachrowi Nagsyabandi Al Hajj QS, dibawah bimbingan kumuasasan (Muasis).
Saat ini, pada perkembangannya Peksi Muda terus diteruskan oleh jemaat di Desa Sigedang Kecamatan Kejajar. Mereka tetap melestarikan meski ditengah masyarakat merasa asing dengan gerakan-gerakan tarian tradisional yang dulu menjadi warisan akulturasi budaya antara Jawa dan Islam tersebut. [R/Yudi]
Plt Kepala Sekolah Bisa Tandatangi Ijazah
Blora - Orang tua siswa yang putra-putrinya akan menghadapi ujian sementara sekolah mereka saat ini dipimpin pelaksana tugas (Plt), tidak perlu mengkhawatirkan soal ijazah-nya nanti akan ditandatangani siapa. Pasalnya, tidak ada aturan yang menegaskan bahwa Plt Kepala Sekolah tidak bisa menandatangani ijazah.
Hal tersebut disampaikan Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Slamet Pamuji menanggapi kerisauan orang tua dalam sms pembaca di Suara Muria, Rabu (6/4). Isi pesan (sms) dalam rubrik "Piye Cah" itu mempertanyakan kepada Kepala Disdikpora, apakah sah seorang Plt Kepala Sekolah menandatangani ijazah.
"Kami tidak menemukan aturan yang menyatakan Plt Kepala Sekolah tidak boleh menandatangani ijazah," katanya kepada Suara Merdeka, kemarin.
Kendati tidak ada larangan tersebut, Kepala Disdikpora menambahkan, Bupati akan mengeluarkan keputusan khusus yang memberi kewenangan kepada Plt kepala sekolah menandatangani ijazah.
"Ini untuk menepis kekhawatiran orang tua terhadap anaknya yang saat ini sekolahnya dipimpin Plt kepala sekolah," ujarnya.
Terkait kekhawatiran orang tua terhadap hal ini pula, Disdikpora pun melakukan antisipasi-antisipasi agar tidak merugikan anak didik peserta Ujian Nasional (UN). "Semua sudah kami koordinasikan dengan Dinas Pendidikan Provinsi Jateng. Jadi orang tua tidak perlu resah," tandas Mumuk -sapaan akrab Slamet Pamuji. [R]
Hal tersebut disampaikan Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Slamet Pamuji menanggapi kerisauan orang tua dalam sms pembaca di Suara Muria, Rabu (6/4). Isi pesan (sms) dalam rubrik "Piye Cah" itu mempertanyakan kepada Kepala Disdikpora, apakah sah seorang Plt Kepala Sekolah menandatangani ijazah.
"Kami tidak menemukan aturan yang menyatakan Plt Kepala Sekolah tidak boleh menandatangani ijazah," katanya kepada Suara Merdeka, kemarin.
Kendati tidak ada larangan tersebut, Kepala Disdikpora menambahkan, Bupati akan mengeluarkan keputusan khusus yang memberi kewenangan kepada Plt kepala sekolah menandatangani ijazah.
"Ini untuk menepis kekhawatiran orang tua terhadap anaknya yang saat ini sekolahnya dipimpin Plt kepala sekolah," ujarnya.
Terkait kekhawatiran orang tua terhadap hal ini pula, Disdikpora pun melakukan antisipasi-antisipasi agar tidak merugikan anak didik peserta Ujian Nasional (UN). "Semua sudah kami koordinasikan dengan Dinas Pendidikan Provinsi Jateng. Jadi orang tua tidak perlu resah," tandas Mumuk -sapaan akrab Slamet Pamuji. [R]
Televisi Kita Kurang Etika
Jakarta - “Kita memiliki hak atas informasi yang benar,” tegas Agus Haryadi, selaku pemateri dalam diskusi santai yang diadakan Remotivi pada Selasa 29 Maret 2011 bertempat di kantor Lembaga Studi Pers dan Pembangunan (LSPP), Pejompongan, Jakarta.
Ia mengatakan, berbagai macam manipulasi dilakukan media demi menimba laba. Mereka tidak lagi menyuguhkan informasi yang benar apalagi mengambil peran sebagai sarana pendidikan. Penonton dianggap sebagai pasar, sebuah objek, yang tidak mempunyai pilihan-pilihan yang cukup. Inilah kiranya yang menyebabkan perlu adanya peranan etika komunikasi, etika media, dalam keberlangsungan media – khususnya televisi – di Indonesia.
Agus Haryadi adalah pekerja media di TVRI dan Dewan Penasehat Remotivi. Ia menjabarkan, ada tiga pertimbangan mengapa etika komunikasi – yang pembahasannya mengacu pada buku Etika Komunikasi karya Haryatmoko – menjadi penting untuk diterapkan.
Pertama, media memiliki kekuasaan dan efek terhadap publik. Maka, etika komunikasi diperlukan untuk melindungi publik yang lemah di tengah berbagai kemungkinan terjadinya manipulasi oleh media.
Kedua, etika tersebut akan membentuk keseimbangan antara kebebasan berekspresi di satu pihak dan tanggung jawab di pihak lain. Hal ini berangkat dari sikap media yang memonopoli kritik. Mereka tidak siap untuk menerima kritik dari luar.
Ketiga, demi menghindari dampak negatif logika instrumental – yang bertendensi mengabaikan nilai dan makna, logika pasar dianggap bertanggungjawab terhadap penggerusan atas nilai dan makna. Dengan mengutamakan aktualitas, atas nama kredibilitas, media bisa menghalalkan segala cara untuk memanipulasi banyak peristiwa. Semua dilakukan demi mengeruk keuntungan.
Selain itu, etika komunikasi juga dianggap sebagai perlawanan, yang membongkar konstruksi yang sudah-sudah.
Menanggapi Agus sebagai pemateri, banyak pertanyaan-pertanyaan maupun tanggapan-tanggapan yang muncul dari peserta diskusi, yang semakin memperhangat lingkaran diskusi di ruangan kecil yang dingin AC itu. Salah satunya datang dari seorang pekerja media yang mengiyakan pernyataan Agus bahwa media seringkali melakukan manipulasi dan rekayasa demi meraup laba. Mereka tidak lagi menghiraukan kaidah. Satu berita itu merupakan rupiah. Kira-kira begitu ujarnya.
Soewono Effendi, seorang peserta diskusi, bahkan mengatakan ia terinspirasi ingin menjadi pengedar narkoba setelah menonton berita di televisi. Sebab, pemberitaan mengenai kasus narkoba cenderung menonjolkan besaran uang dalam bisnis narkoba ketimbang hukumannya “Saya mikir, saya kerja 24 jam sehari, enggak menghasilkan apa-apa,” begitu komentarnya sambil tertawa. Menurutnya, televisi seringkali menginspirasi penonton untuk melakukan suatu tindakan, bahkan tindakan buruk sekalipun.
Suara belasan peserta lain yang datang dari berbagai latar belakang juga turut memperkaya diskusi yang merupakan bagian dari program Divisi Edukasi Remotivi. Diharapkan diskusi macam ini akan terus dilakukan demi mengkomunikasikan berbagai gagasan soal pertelevisian.
”Engga nyesel saya dateng.. nambah khasanah pengetahuan saya tentang media,” seru Lienda, seorang peserta. [R/Indah Wulandari]
Ia mengatakan, berbagai macam manipulasi dilakukan media demi menimba laba. Mereka tidak lagi menyuguhkan informasi yang benar apalagi mengambil peran sebagai sarana pendidikan. Penonton dianggap sebagai pasar, sebuah objek, yang tidak mempunyai pilihan-pilihan yang cukup. Inilah kiranya yang menyebabkan perlu adanya peranan etika komunikasi, etika media, dalam keberlangsungan media – khususnya televisi – di Indonesia.
Agus Haryadi adalah pekerja media di TVRI dan Dewan Penasehat Remotivi. Ia menjabarkan, ada tiga pertimbangan mengapa etika komunikasi – yang pembahasannya mengacu pada buku Etika Komunikasi karya Haryatmoko – menjadi penting untuk diterapkan.
Pertama, media memiliki kekuasaan dan efek terhadap publik. Maka, etika komunikasi diperlukan untuk melindungi publik yang lemah di tengah berbagai kemungkinan terjadinya manipulasi oleh media.
Kedua, etika tersebut akan membentuk keseimbangan antara kebebasan berekspresi di satu pihak dan tanggung jawab di pihak lain. Hal ini berangkat dari sikap media yang memonopoli kritik. Mereka tidak siap untuk menerima kritik dari luar.
Ketiga, demi menghindari dampak negatif logika instrumental – yang bertendensi mengabaikan nilai dan makna, logika pasar dianggap bertanggungjawab terhadap penggerusan atas nilai dan makna. Dengan mengutamakan aktualitas, atas nama kredibilitas, media bisa menghalalkan segala cara untuk memanipulasi banyak peristiwa. Semua dilakukan demi mengeruk keuntungan.
Selain itu, etika komunikasi juga dianggap sebagai perlawanan, yang membongkar konstruksi yang sudah-sudah.
Menanggapi Agus sebagai pemateri, banyak pertanyaan-pertanyaan maupun tanggapan-tanggapan yang muncul dari peserta diskusi, yang semakin memperhangat lingkaran diskusi di ruangan kecil yang dingin AC itu. Salah satunya datang dari seorang pekerja media yang mengiyakan pernyataan Agus bahwa media seringkali melakukan manipulasi dan rekayasa demi meraup laba. Mereka tidak lagi menghiraukan kaidah. Satu berita itu merupakan rupiah. Kira-kira begitu ujarnya.
Soewono Effendi, seorang peserta diskusi, bahkan mengatakan ia terinspirasi ingin menjadi pengedar narkoba setelah menonton berita di televisi. Sebab, pemberitaan mengenai kasus narkoba cenderung menonjolkan besaran uang dalam bisnis narkoba ketimbang hukumannya “Saya mikir, saya kerja 24 jam sehari, enggak menghasilkan apa-apa,” begitu komentarnya sambil tertawa. Menurutnya, televisi seringkali menginspirasi penonton untuk melakukan suatu tindakan, bahkan tindakan buruk sekalipun.
Suara belasan peserta lain yang datang dari berbagai latar belakang juga turut memperkaya diskusi yang merupakan bagian dari program Divisi Edukasi Remotivi. Diharapkan diskusi macam ini akan terus dilakukan demi mengkomunikasikan berbagai gagasan soal pertelevisian.
”Engga nyesel saya dateng.. nambah khasanah pengetahuan saya tentang media,” seru Lienda, seorang peserta. [R/Indah Wulandari]
Langganan:
Postingan (Atom)