Bali - Sebanyak 127 negara menandatangani traktat sumber genetik tumbuhan untuk pangan dan pertanian sehingga tujuan untuk menghindarkan dunia dari kelaparan akibat perubahan iklim global bisa segera disusun.
Penandatanganan traktat pada Pertemuan Ke-4 Traktat Internasional itu tentang Sumber Genetik Tumbuhan untuk Pangan dan Pertanian (ITPGRFA).
Lewat penandatanganan tarktat itu, bank gen yang terdiri dari 1,5 juta sampel tanaman dari 64 jenis tanaman pangan penting dunia bisa diimplementasikan melalui mekanisme sistem multilateral.
Selain keberhasilan penandatangan traktat ini, sejumlah penandatangan dari kalangan ilmuwan, masih dalam proses menentukan agar koleksi tanaman pangan itu bisa tersedia melalui sistem pembagian keuntungan sebagaimana dimaknai dalam traktat.
"Negara-negara penentu masih mendesak penandatangan lain agar cepat bergerak untuk menolong dunia keluar dari bahaya kelaparan akibat perubahan iklim global ini," kata konsultan dan bekas pejabat interim Sekretaris Traktat Clive Stannard.
Dia menyatakan, penandatangan ini merupakan capaian paling penting yang pernah dunia hasilkan yang memungkinkan dunia mendapat akses terhadap sumber paling berharganya, yaitu keragaman tanaman yang menentukan ketersediaan pangan.
Pakta global, katanya, telah membangun landasan kuat bagi penyebarluasan kesejahteraan berasal dari keragaman pangan dunia. Juga memungkinkan untuk saling membagikan keuntungan yang bisa diraih dari pertukaran sumber daya ini.
Ia menegaskan bahwa seperenam pihak penandatangan telah memutuskan agar koleksi sumber daya hayati pangan mereka ini bisa tersedia dalam payung traktat. Namun masih diperlukan lebih banyak komitmen internasional serta mekanisme tertentu yang hingga saat ini masih belum terwujud.
Sekretaris Badan Pelaksana Traktat Shakeel Bhatti secara terpisah menyatakan, tiada satupun negara --baik makmur ataupun miskin-- yang memiliki semua sumber pangannya di dalam wilayah negaranya sendiri yang cukup untuk memenuhi keperluan mereka.
"Berlatar perubahan iklim global yang terjadi dan pertumbuhan luar biasa penduduk maka melestarikan dan membagi keragaman tanaman pangan dalam skala global adalah satu keharusan," katanya.
Perubahan iklim global membayangi pelaksanaan kongres keempat di Bali kali ini dan memberi kontribusi terhadap 29 persen kenaikan harga pangan dunia.
Masalah-masalah seperti ini diakui banyak negara peserta menimbulkan kerawanan, mulai dari penambahan penyebaran kemiskinan hingga instabilitas politik banyak negara.
Melalui Traktat ini, antara 600 dan 800 contoh koleksi tanaman pangan dipertukarkan setiap hari melalui Kesepakatan Standard Transfer Material Traktat, yang menjadi instrumen untuk mengatasi permasalah hukum. Permasalahan ini telah lama terjadi antara pemulia tanaman pangan dan peneliti untuk mendapatkan akses terhadap koleksi plasma nutfah itu.
Sebelumnya, Menteri Pertanian Indonesia Suswono menyatakan, Indonesia akan menjadi negara berkembang pertama di dunia yang secara nyata menawarkan kontribusi keuangan untuk membiayai traktat. Besaran dana yang disediakan Indonesia adalah 100.000 dolar AS, yang dinilai sangat nyata oleh banyak pihak.
"Kami, para menteri, memiliki kewajiban penerapan traktat ini. Kami sangat mengetahui kepentingan dan peran unik plasma nutfah pangan dan pertanian ini bagi pencegahan kehilangan keragamanan hayati dan perubahan iklim global. Ini bentuk pernyataan betapa traktat ini penting untuk menuju tujuan pembangunan milenium," kata Suswono. [R/Ant]
Penandatanganan traktat pada Pertemuan Ke-4 Traktat Internasional itu tentang Sumber Genetik Tumbuhan untuk Pangan dan Pertanian (ITPGRFA).
Lewat penandatanganan tarktat itu, bank gen yang terdiri dari 1,5 juta sampel tanaman dari 64 jenis tanaman pangan penting dunia bisa diimplementasikan melalui mekanisme sistem multilateral.
Selain keberhasilan penandatangan traktat ini, sejumlah penandatangan dari kalangan ilmuwan, masih dalam proses menentukan agar koleksi tanaman pangan itu bisa tersedia melalui sistem pembagian keuntungan sebagaimana dimaknai dalam traktat.
"Negara-negara penentu masih mendesak penandatangan lain agar cepat bergerak untuk menolong dunia keluar dari bahaya kelaparan akibat perubahan iklim global ini," kata konsultan dan bekas pejabat interim Sekretaris Traktat Clive Stannard.
Dia menyatakan, penandatangan ini merupakan capaian paling penting yang pernah dunia hasilkan yang memungkinkan dunia mendapat akses terhadap sumber paling berharganya, yaitu keragaman tanaman yang menentukan ketersediaan pangan.
Pakta global, katanya, telah membangun landasan kuat bagi penyebarluasan kesejahteraan berasal dari keragaman pangan dunia. Juga memungkinkan untuk saling membagikan keuntungan yang bisa diraih dari pertukaran sumber daya ini.
Ia menegaskan bahwa seperenam pihak penandatangan telah memutuskan agar koleksi sumber daya hayati pangan mereka ini bisa tersedia dalam payung traktat. Namun masih diperlukan lebih banyak komitmen internasional serta mekanisme tertentu yang hingga saat ini masih belum terwujud.
Sekretaris Badan Pelaksana Traktat Shakeel Bhatti secara terpisah menyatakan, tiada satupun negara --baik makmur ataupun miskin-- yang memiliki semua sumber pangannya di dalam wilayah negaranya sendiri yang cukup untuk memenuhi keperluan mereka.
"Berlatar perubahan iklim global yang terjadi dan pertumbuhan luar biasa penduduk maka melestarikan dan membagi keragaman tanaman pangan dalam skala global adalah satu keharusan," katanya.
Perubahan iklim global membayangi pelaksanaan kongres keempat di Bali kali ini dan memberi kontribusi terhadap 29 persen kenaikan harga pangan dunia.
Masalah-masalah seperti ini diakui banyak negara peserta menimbulkan kerawanan, mulai dari penambahan penyebaran kemiskinan hingga instabilitas politik banyak negara.
Melalui Traktat ini, antara 600 dan 800 contoh koleksi tanaman pangan dipertukarkan setiap hari melalui Kesepakatan Standard Transfer Material Traktat, yang menjadi instrumen untuk mengatasi permasalah hukum. Permasalahan ini telah lama terjadi antara pemulia tanaman pangan dan peneliti untuk mendapatkan akses terhadap koleksi plasma nutfah itu.
Sebelumnya, Menteri Pertanian Indonesia Suswono menyatakan, Indonesia akan menjadi negara berkembang pertama di dunia yang secara nyata menawarkan kontribusi keuangan untuk membiayai traktat. Besaran dana yang disediakan Indonesia adalah 100.000 dolar AS, yang dinilai sangat nyata oleh banyak pihak.
"Kami, para menteri, memiliki kewajiban penerapan traktat ini. Kami sangat mengetahui kepentingan dan peran unik plasma nutfah pangan dan pertanian ini bagi pencegahan kehilangan keragamanan hayati dan perubahan iklim global. Ini bentuk pernyataan betapa traktat ini penting untuk menuju tujuan pembangunan milenium," kata Suswono. [R/Ant]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar