Wakil Presiden Boediono mengaku tidak terkejut dengan hubungan bilateral Indonesia dan Australia yang ditandai pasang surut, mengingat keduanya memiliki sejumlah perbedaan.
"Tidak terlalu terkejut bila hubungan bilateral kedua negara ditandai dengan pasang surut," kata Wapres Boediono, di Perth, Australia, Kamis.
Hal tersebut disampaikan Wapres usai menerima penghargaan Doktor Honoris Causa dari "University of Western Australia" yang merupakan tempat kuliah Boediono.
Menurut Wapres, terjadinya pasang surut hubungan kedua negara disebabkan ideologi yang berbeda, perbedaan orientasi strategis, saling salah pengertian serta adanya salah persepsi di antara kedua negara.
Namun demikian, kata Wapres, saat ini hubungan Jakarta dan Canberra sudah menjadi lebih dekat yang ditandai dengan banyaknya kerja sama dan bantuan di antara kedua negara.
Boediono mencontohkan, Indonesia dan Australia bersama-sama memberikan perhatian terhadap ancaman terorisme, seperti dengan adanya ledakan Bom Bali tahun 2002 yang menewaskan dua ribu orang tak berdosa, yang kebanyakan merupakan warga Australia.
Sejumlah masalah seperti penyelundupan manusia dan obat-obatan terlarang juga menjadi isu utama bagi hubungan bilateral kedua negara, yang menjadikan keduanya lebih dekat dalam kerja sama serta koordinasi berbagai kebijakan.
Dalam tahun 2005 pemimpin Indonesia dan Australia menandatangani Deklarasi Bersama mengenai Kemitraan Komprehensif yang menandai hubungan bilateral dalam suatu tingkatan baru.
Saat ini, kata Wapres, hubungan Indonesia dan Australia dalam posisi terbaik dan hubungan bilateral kedua negara hampir mencakup semua bidang.
Tahun 2006 kedua negara menandatangani persetujuan kerangka kerja mengenai kerja sama keamanan, yang lebih dikenal dengan "Lombok Treaty".
Selain itu, kata Boediono, terdapat banyak forum yang dilakukan kedua negara yang tujuannya adalah untuk menyelesaikan sejumlah masalah.
"Hubungan ekonomi antara Indonesia-Australia berlanjut tumbuh, sekalipun tidak secepat seperti yang kita inginkan," kata Boediono.
Wapres mengharapkan dengan pertemuan dan pembicaraan yang difinalisasi melalui Kesepakatan Kerjasama Ekonomi Komprehensif RI-Australia, bisa mempercepat perdagangan dan investasi kedua negara.
Perhatian Australia terhadap Indonesia, antara lain juga bisa dilihat dengan bantuan terhadap bencana tsunami di Aceh akhir 2004.
"Australia termasuk salah satu negara di dunia yang datang ke Indonesia memberikan bantuan," kata wapres.
Dari bidang pendidikan, setidaknya ada 18 ribu pelajar Indonesia belajar di Australia, berada pada urutan kedelapan terbesar pelajar internasional yang belajar di negara itu. [R/Ant]
"Tidak terlalu terkejut bila hubungan bilateral kedua negara ditandai dengan pasang surut," kata Wapres Boediono, di Perth, Australia, Kamis.
Hal tersebut disampaikan Wapres usai menerima penghargaan Doktor Honoris Causa dari "University of Western Australia" yang merupakan tempat kuliah Boediono.
Menurut Wapres, terjadinya pasang surut hubungan kedua negara disebabkan ideologi yang berbeda, perbedaan orientasi strategis, saling salah pengertian serta adanya salah persepsi di antara kedua negara.
Namun demikian, kata Wapres, saat ini hubungan Jakarta dan Canberra sudah menjadi lebih dekat yang ditandai dengan banyaknya kerja sama dan bantuan di antara kedua negara.
Boediono mencontohkan, Indonesia dan Australia bersama-sama memberikan perhatian terhadap ancaman terorisme, seperti dengan adanya ledakan Bom Bali tahun 2002 yang menewaskan dua ribu orang tak berdosa, yang kebanyakan merupakan warga Australia.
Sejumlah masalah seperti penyelundupan manusia dan obat-obatan terlarang juga menjadi isu utama bagi hubungan bilateral kedua negara, yang menjadikan keduanya lebih dekat dalam kerja sama serta koordinasi berbagai kebijakan.
Dalam tahun 2005 pemimpin Indonesia dan Australia menandatangani Deklarasi Bersama mengenai Kemitraan Komprehensif yang menandai hubungan bilateral dalam suatu tingkatan baru.
Saat ini, kata Wapres, hubungan Indonesia dan Australia dalam posisi terbaik dan hubungan bilateral kedua negara hampir mencakup semua bidang.
Tahun 2006 kedua negara menandatangani persetujuan kerangka kerja mengenai kerja sama keamanan, yang lebih dikenal dengan "Lombok Treaty".
Selain itu, kata Boediono, terdapat banyak forum yang dilakukan kedua negara yang tujuannya adalah untuk menyelesaikan sejumlah masalah.
"Hubungan ekonomi antara Indonesia-Australia berlanjut tumbuh, sekalipun tidak secepat seperti yang kita inginkan," kata Boediono.
Wapres mengharapkan dengan pertemuan dan pembicaraan yang difinalisasi melalui Kesepakatan Kerjasama Ekonomi Komprehensif RI-Australia, bisa mempercepat perdagangan dan investasi kedua negara.
Perhatian Australia terhadap Indonesia, antara lain juga bisa dilihat dengan bantuan terhadap bencana tsunami di Aceh akhir 2004.
"Australia termasuk salah satu negara di dunia yang datang ke Indonesia memberikan bantuan," kata wapres.
Dari bidang pendidikan, setidaknya ada 18 ribu pelajar Indonesia belajar di Australia, berada pada urutan kedelapan terbesar pelajar internasional yang belajar di negara itu. [R/Ant]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar