Pengunjung

Selasa, 15 Maret 2011

Belajar dan Berkarya di Dunia Sinema

    Blora - Dunia perfilman di Indonesia, saat ini mengalam kegairahan yang luar biasa. Apreasiasi terhadap film-film anak negeri, juga mendapatkan sambutan yang sangat positif. Trend film religi, juga tak kalah merebak, sampai menelurkan ‘genre’ kerudung sinema dengan Hanung Bramantyo sebagai salah satu ikonnya.
    Hanung, sutradara kondang suami Zaskia Adya Mecca, ini popular dengan beberapa garapannya di kerudung sinema seperti Ayat-ayat Cinta, Ketika Cinta Bertasbih, dan lain sebagainya.
    Menariknya, jagat perfilman Indonesia, saat ini juga kian ramai dengan film-film independen dan film dokumenter. Tidak saja diproduksi oleh para sineas yang sudah berpengalaman, tetapi juga oleh para mahasiswa dan pelajar (siswa) di sekolah-sekolah.
    Untuk pelajar, film independen dan juga film dokumenter, selain untuk memberikan pembelajaran, sekaligus untuk memberikan gambaran secara jelas kepada siswa dalam memahami sejarah. “Salah satu film sejarah yang baru dirilis di Blora, yaitu tentang perjuangan Ki Samin Surosentiko,” ujar Dwi Bagus S, staf pengajar di SMP 2 Blora.
    Dunia sinema ini pun berhasil memikat hati para siswa SMP 2 Blora, sebagai salah satu ajang untuk berkreatifitas dan berkarya sembari belajar. Sejumlah guru, khususnya guru Bahasa Indonesia pun, mendapatkan 'tugas tambahan' mendampingi anak-anak bergelut di dunia ini.


Tingkatkan Kualitas
    Dalam rangka memberikan pemahaman tentang dunia perfilman kepada para siswanya, SMP 2 Blora menggelar Workshop Perfilman, belum lama ini. “Workshop ini untuk mengembangkan minat dan bakat siswa serta meningkatkan prestasi di bidang perfilman,” terang Kepala SMP 2 Blora Purwadi melalui Wakil Kepala Sekolah Bidang Manajemen Mutu Budi Waluyo S Pd.
    Harapannya, setelah kegiatan ini, akan lahir karya-karya film yang berkualitas oleh siswa-siswi SMP 2 Blora. “Film Shinu; Jeritan Sang Pemain Barong karya siswa SMP 2 Blora, berhasil masuk final dalam lomba film antarsekolah SMP/SMA yang digelar pemerintah provinsi Jateng. Beberapa film lain, juga berhasil masuk nominasi dalam berbagai kejuaraan,” tambahnya.
    Film pendek lain yang pernah digarap oleh siswa-siswi SMP 2 Blora, yaitu Shinu Jeritan Sang Pemain Barong, Biji Setum, serta Shinu Pahlawan Lagu Dolanan. 
    Karenanya, setelah workshop, anak-anak diharapkan juga agar lebih terpacu untuk menghasilkan karya-karya terbaik dan bisa meraih prestasi baik di tingkat provinsi maupun nasional.
    Workshop diikuti 114 peserta yang terdiri atas guru dan siswa. Hadir sebagai narasumber Bambang Hengky dari Pro TV, yang belum lama ini menyutradarai film Samin Surosentiko.
    Hengky menjelaskan proses pembuatan film, terutama bagaimana membuat film dokumenter, bagimana mengolah gambar, memilih ide cerita, memilih pemain yang berkarakter, tata cahaya,  serta tata suara.
    “Dalam pembuatan film, ada tiga tahapan yang harus dilalui, yaitu memilih ide (gagasan), membuat ringkasan cerita dan penulisan naskah. Baru setelah itu di breakdown dengan penggalan-penggalan cerita,” jelas Hengky yang didampingi Ranin Agung Kurniawan dalam menyampaikan materi.
    Hengky  tak hanya mengetengahkan teori-teori semata. Namun ia juga menjelaskan lewat beberapa film documenter hasil garapannya. Disty Ayuniar Rizky, Ketua OSIS SMP 2 Blora mengatakan menemukan pencerahan dan hal-hal baru mengenai bagaiman proses pembuatan film documenter yang baik.
    “Setelah mendengarkan paparan Pak Bambang Hengky, saya dan teman-teman jadi lebih tertarik dan ingin mendalami dunia perfilman. Ternyata membuat film itu tidak hanya asyik, tetapi juga menambah cakrawala dan wawasan,” katanya. (Rosidi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar