Pengunjung

Selasa, 15 Maret 2011

Mestikah Menolak Manisnya Gula?

- Catatan Seputar Pembangunan Pabrik Gula di Blora
Kabar tentang rencana pembangunan pabrik gula di Kabupaten Blora dengan PT Gendhis Multi Manis (GMM) sebagai bendera perusahaannya, bukanlah rahasia lagi. Tidak cuma pejabat, masyarakat biasa pun sudah tak asing lagi dengan 'proyek mercusuar', yang, jika tidak ada aral melintang, segera dimulai pembangunannya April mendatang.
Namun belakangan, satu Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang mengatasnakaman dirinya Federasi Rakyat untuk Kejujuran dan Keadilan (FERA-2K), menilai pembangunan pabrik gula di Desa Tinapan, kurang tepat, sehingga harus dilakukan pengkajian dan peninjauan ulang.
Argumen yang dibangun oleh LSM tersebut, karena Bumi Perkemahan Bentolo Desa Tinapan Kecamatan Todanan, Blora, merupakan kawasan karst yang harus medapatkan perlindungan, baik dikarenakan keberadaan maupun fungsinya.
Bagaimana tanggapan warga sekitar Desa Tinapan terkait rencana pendirian pabrik gula tersebut? Tamsiri, salah seorang warga yang saat ditemui sedang menggembalakan sapinya di areal persawahan, belum lama ini, mengaku sudah mengetahui rencana pembangunan pabrik gula di desa kelahirannya.
"Turene nggih bade dibangun pabrik gula, wonten Bentolo. Namung ngantos sak meniko nggih tasih runggut. (Katanya mau dibangun pabrik gula di Waduk Bentolo. Tetapi sampai sekarang (kondisinya-red) masih penuh dengan semak belukar," kata lelaki yang masih rajin bekerja di usianya yang lebih dari 67 tahun itu.
Ditanya apakah warga Tinapan sudah banyak yang menanam tebu untuk menyongsong pendirian pabrik gula, dia pun menganggukkan kepala. "Katah ingkang nanem tebu. (Banyak yang menanam tebu)," lanjutnya.
Pitri, warga lain, dengan nada pasti, juga mengaku sudah mengetahui rencana pendirian GMM di Desa Tinapan. "Sampun mireng. Warga nggih setuju mawon, asal mangke diparingi kerjaan, khususe ingkang tasih enom. (Warga sudah tahu dan setuju, asal nanti diberi pekerjaan, khususnya bagi yang masih muda," ujarnya.
Harapan warga RT 2 RW X ini pun sangat beralasan, agar warga sekitar mendapatkan prioritas bisa bekerja di pabrik gula itu jika sudah berdiri dan produksi. "Lare-lare ngantos sak meniko, sami luar kotanan. (Anak-anak muda hingga saat ini banyak yang ke luar kota (untuk bekerja, red)," lanjutnya.


Ikut Merasakan
Masyarakat pun kini sebenarnya tidak sekadar menunggu realisasi pendirian pabrik gula yang rencananya akan mulai dibangun pada April mendatang di Desa Tinapan, Kecamatan Todanan. Melainkan, ingin ikut merasakan manisnya mendapatkan penghasilan dengan ikut bekerja di pabrik gula itu.
"Mugi-mugi mboten gulone mawon ingkang manis, warga ugi saget ngraosake manise nderek nyambut damel. (Semoga yang manis tidak cuma gulanya saja, melainkan warga ikut merasakan manisnya keberadaan pabrik gula dengan ikut bekerja," tegas Pitri.
Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Blora, Bambang Sulistya, jauh-jauh hari juga mengemukakan hal senada. "Nanti kita upayakan dari pemerintah, jangan sampai warga cuma jadi penonton saja," katanya.
Dalam arti, lanjutnya, warga sekitar pabrik khususnya benar-benar bisa ikut merasakan manfaat dari adanya pabrik dengan investor dari PT IGN (Industri Gula Nusantara), Cepiring, Kendal. Total investasi mencapai Rp 1,5 triliun.
Bupati Blora Djoko Nugroho sangat terbuka dengan kehadiran investor yang akan mendirikan pabrik gula, untuk mendukung program swasembada gula yang dicanangkan pada 2014. Sementara Jateng berkomitmen untuk merealisasikan swasembada gula setahun lebih awal, yaitu pada 2013.
"Ini senafas dengan visi pemerintahan Blora, yaitu terwujudnya pemerintahan yang bersih menuju masyarakat Blora yang sejahtera," katanya. Selain itu, dalam berbagai kesempatan orang nomor satu di Kota Satai ini mengatakan, adanya pabrik gula itu, nantinya bisa menyerap ribuan tenaga kerja di sektor industri gula.
Blora, kabupaten yang berbatasan dengan Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, ini berdiri pada 1749. Saat ini, jumlah penduduknya mencapai 977.074 jiwa, yang terdiri atas 487.471 jiwa laki-laki dan 489.603 perempuan. 61,9 % penduduk bekerja di sektor pertanian.
Namun, tingkat kesejahteraan masyarakat Blora masih sangat memprihatinkan. Pasalnya, sebanyak 296.760 jiwa (30,37 %) masuk kategori penduduk miskin dan masih ada 40.717 orang (4,77 %) pengangguran yang membutuhkan lapangan pekerjaan.
Dengan kondisi demikian, semestinya lah kehadiran PT IGN dipandang sebagai peluang (investasi) yang harus ditangkap dengan baik, sehingga bisa membantu mengentaskan kemiskinan dan mengurangi pengangguran. Anugerah yang akan mengantarkan masyarakat mencecap manisnya gula dan bekerja untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Bukankah sudah saatnya Blora berubah? [R]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar