Pengunjung

Rabu, 30 Maret 2011

Kasus Teater dalam Pelayanan Kemanusiaan

Uganda - Pertemuan hari ini benar-benar merupakan potentsi besar teater untuk memobilisasi komunitas dan menjembatani perbedaan-perbedaan.
Apakah anda pernah membayangkan bahwa teater dapat menjadi alat yang ampuh untuk perdamaian dan rekonsiliasi? Ketika bangsa-bangsa menghabiskan banyak dana keuangan untuk misi menjaga perdamaian di wilayah-wilayah konflik pelanggaran dari dunia ini, sedikit perhatian diberikan terhadap teater sebagai alternatif yang sesuai untuk mentransformasi dan mengelola konflik. Bagaimana para warga bumi ini dapat meraih perdamaian universal ketika alat yang digunakan berasal dari luar dan nampak menjadi kekuatan yang represif.
Teatre secara halus menyerap jiwa manusia yang dicekam rasa takut dan curiga, dengan mengubah citra diri dan karenanya membuka ruang-ruang alternatif kepada individual dan komunitas. Teater bisa memberi makna terhadap realitas keseharian sambil mencegah masa depan yang tak pasti. Teater bisa menarik perhatian situasi politik bangsa-bangsa dengan cara yang mudah dan sederhana. Karena teater secara inklusif bisa menghadirkan suatu pengalaman yang mampu melampaui kesalahpahaman yang ada sebelumnya.
Selain itu, teater telah terbukti menjadi alat advokasi dan memajukan ide-ide bahwa kita secara kolektif menjaganya dan bersedia memperjuangkan ketika terjadi pelanggaran.
Untuk mengantisipasi masa depan yang damai, kita harus mulai menggunakan piranti perdamaian untuk mencari, mengerti, menghargai dan mengenali kontribusi tiap manusia dalam kualitas personal terhadap perdamaian yang terkontrol.
Dengan secara aktif berpartisipasi, teater dapat membawa banyak jiwa manusia untuk medekonstruksi persepsi yang dimiliki sebelumnya. Dan dengan cara ini teater bisa memberi kesempatan kepada individu bangkit agar bisa menentukan pilihan-plihan berdasarkan penemuan kembali akan pengetahuan dan realitas..
Dengan berusaha meraih transformasi dan reformasi sosial dari komunitas-komunitas, teater telah eksis dalam wilayah robekan peperangan dan diantara penduduk yang menderita dari kemiskinan atau penyakit yang kronis
Oleh karena itu, suatu kegagalan menghadirkan nilai dan kualitas menjadi diam, seperti pengetahuan dalam diri kita terhadap kekuatan teater Biarkan pemegang senjata api dan dan peluncur bom menjadi penjaga perdamaian dunia kita. Bagaimana mungkin piranti alienasi bersifat ganda sebagai instrumen perdamaian dan sekaligus rekonsiliasi.
Saya mendesak anda pada Hari Teater Dunia ini untuk merenungkan prospek dan meletakkan teater di depan sebagai alat universal untuk dialog, transformasi dan reformasi sosial. Sedangkan PBB menghabiskan banyak dana keuangan untuk misi perdamaian di dunia lewat penggunaan tentara, teater menjadi alternatif yang spontan, manusiawi, berbiaya sedikit dan lebih jauh menjadi alternatif yang ampuh.
Sementara, mungkin ini hanya jawaban untuk membawa perdamaian. Teater seharusnya pasti menjadi bagian dari sesuatu yang lebih besar sebagai alat yang efektif dalam misi menjaga perdamaian. [Jessica A. Kaahwa, dosen di Fakultas Drama dan Sastra di Universitas Makerere]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar