Pengunjung

Kamis, 16 Juni 2011

Melongok Ikon Batik Wonosobo Yohana di Kertek

- Terus Kembangkan Kreasi Dengan Melihat Mode Kekinian

Griya batik Kembangkeli milik Yohana di Kertek ini telah populer dimana-mana. Kesuksesan tersebut tak lepas dari kerja kerasnya mengeksplorasi seni batik tulis. Tawaran motif carica, purwaceng, Candi Dieng dan lain sebagai ikon kabupaten Wonosobo menjadi daya tarik dan tawaran bagi konsumen. Bahkan kini perempuan kelahiran 17 Mei 1973 ini terus eksis berkarya.


Wonosobo - Lentik jari remaja itu menorehkan guratan diatas kain putih. Matanya mengamat tajam tiap lekuk dengan hasil yang digoreskan. Salah satu anak didik Yohana ini sesekali menyibat lembaran kain setelah beberapa sentimeter lukisan batik berhasil dia torehkan. Itulah sekelumit gambaran aktivitas rumah batik tulis Kembangkeli di rumah Yohana jalan Parakan nomor 258 Campursari Kertek.
Menurut Yohana upaya untuk mempromosikan kain batik Kembangkeli sudah dikenal masyarakat Wonosobo. Perempuan berusia kepala 40 an ini memiliki obsesi bahwa batik Kembangkeli nantinya tidak hanya terkenal di Indonesia namun merambah sampai luar negeri.
Sarjana Sains (SSi) program studi Biologi Universitas Duta Wacana Yogyakarta ini berpendapat kain batik Wonosobo merupakan potensi lokal yang dapat mengangkat derajat daerah Wonosobo di kancah nasional dan internasional. Sebab, punya ciri khas sendiri.
Secara ekonomi, industri kreatif pembuatan batik, juga menguntungkan. Itu ditandai dengan permintaan seragam batik maupun batik kasual yang kini tengah menjadi trend di mana-mana.
"Jika dulu batik hanya disenangi kalangan tua dan tradisional. Kini batik sudah mulai digandrungi kalangan muda dengan motif-motif modern dan khas daerah", ucap Yohana.
Mantan aktifitas LSM yang pernah bercita-cita jadi guru ini mengaku semula hanya memiliki bekal ilmu di Universitas Terbutka (UT). Yakni ilmu pendidikan biologi. Namun setelah mengikuti praktik mengajar di SMA Kristen Wonosobo dia mengaku ingi keterusan mengajari.
“Karena tak bakat ngajar saya kemudian mengambil studi ketrampilan di jurusan Desain Fashion di LP PAPMI Jogjakarta,” tuturnya sambil terkekeh.
Berbekal ilmu dari tempat itulah Yohana benar-benar kepincut dengan duni fashion. Perempuan yang selalu murah senyum ini beberapa kali telah juga melakukan studi lapangan dan mengikuti seminar tentang mode dan fashion.
“Awalnya saya mencoba mengembangkan mode kasual berbahan kain blacu (unbleached fabric/grey). Kain blacu itu saya padu dengan pernik-pernik batik,” ujarnya. Lantaran tak puas dengan blacu Yohana mengembangkan batik khas Wonosobo pada tahun 2007. Batik Kembang Keli ia launchingkan.Sentuhan tangan kreatif yang dilakukan putri bungsu pasangan almarhum Sudiyono dan Rastati ini, kini mulai membuahkan hasil. Para pemesan batiknya tidak hanya dari Wonosobo namun juga dari luar daerah.
Dalam kilas balik berdirinya batik Kembangkeli, lanjut dia seetidaknya pernah di tampilkan pada acara proklamasi Indonesia Award dan Nasional Cultur Show di Semarang bersama Exsis modeling Bayu Ramli.
“Saya bersyukur karena dinobatkan menjadi the best desainer,” ucapnya bangga.
Kiprah dari Yohana tidak hanya itu saja. Dia juga mengaku pernah di Trens News Year Model di Jogjakarta. Dalam waktu tak lama lagi batik kembangkeli karyanya bakal ditampilkan dalam acara Kampung Lerep bersama perancanag model beken dari kota gudeg dan lumpia.
“Kalau di lokalan Wonosobo tak terhitung jumlahnya,” ujar Yohana menjelaskan.
Yohana mengaku benar-benar piawai memoles batik kain basah selepas mengikuti pelatihan penguasaan gallery boutique dan artshop di Jogja Tourism Training Centtre yang diselenggarakan Disperindag Provinsi Jawa Tengah. Selain itu juga ikut pelatihan e-commerce dan promosi produk UKM.
Dibantu tujuh karyawannya kini batiknya terus berinofasi menyelaraskan gaya-gaya pakaian yang lagi ngetren. Itu dia desain sendiri. Namun khusus untuk proses chanting, pewarnaan dan yang lain Yohana mengaku dikerjakan karyawannya.
“Sebulan bisa 20 potong batik kami buat. Yang lagi unik motif limited edition (atau edisi terbatas). Harga kami patok per potong kain Rp 85.000 - Rp 250.000,tergantung dari motif dan bahan yang digunakan,” pungkas dia. [R/Yudi]

1 komentar: